Bola.com, Jakarta - Manajer Persipura Jayapura, Yan Mandenas menceritakan apa yang terjadi dalam owner's club meeting Liga 2 2022/2023 pada 14 Desember 2022 atau sebelan sebelum PSSI memutuskan untuk tidak melanjutkan kompetisi.
Rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI menghasilkan kebijakan bahwa Liga 2 musim 2022/2023 tidak dapat kembali diputar akibat tiga penyebab, termasuk tidak ada penyesuaian konsep kompetisi antara klub dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Baca Juga
Advertisement
Kemudian, beredar kabar yang dinarasikan bahwa sekitar 19-20 klub Liga 2 menolak untuk berkompetisi akibat kondisi finansial klub, faktor psikologis, dan aspek komersial.
Tersiar pula tanda tangan perwakilan 19-20 klub setelah owner's club meeting Liga 2 dalam dua surat 'Pernyataan Bersama' dan 'Kesepakatan Bersama', namun sejumlah pihak merasa tanda tangannya dipalsukan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cerita Yan Mandenas
"Yang 19-20 klub itu bukan legimitasi Liga 2 untuk dihentikan. Itu legitimasi untuk hasil owner's club meeting klub dengan PT LIB untuk disampaikan ke PSSI," ujar Yan Mandenas kepada Bola.com di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Selanjutnya, Direktur Utama PT LIB, Ferry Paulus akan menyampaikan hasil pertemuan itu kepada PSSI kemudian keputusannya akan dikonsultasikan dengan klub."
"Tapi, kemudian, kami tidak diajak bicara dan diputuskan sepihak. Hasilnya hasil keputusan dari Exco PSSI itu tertutup dulu karena yang berhak menghentikan kompetisi itu Kongres PSSI."
"Jadi, hasil itu seharusnya dikonsultasikan dengan klub. Setelah itu, disampaikan ke PT LIB, baru PSSI kemudian membawa ke kongres dan kongres yang memutuskan," imbuh Yan Mandenas.
Advertisement
Sebut Tanda Tangan Dipalsukan
"Kalau mereka memutuskan terburu-buru baru kemudian diekspos ke publik, itu suatu kesalahan yang dilakukan. Tak pantas," ucap Yan Mandenas.
"Sebagian tanda tangan dipalsukan. Banyak klub yang sudah mengadu. Sebab tanda tangan lalu diberikan uang transportasi Rp15 juta per tim."
"Tapi tidak tahu itu untuk menghentikan kompetisi atau bukan. Kami tahunya adalah tanda tangan saat kami hadir dalam owner's club meeting," ungkapnya.
3 Opsi Kelanjutan Liga 2
Yan Mandenas mengungkapkan bahwa hasil owner's meeting club menghasilkan tiga keputusan terkait kelanjutan konsep kompetisi yaitu bubble, kandang dan tandang, serta ganti operator kompetisi.
"Hanya satu sampai dua klub saja yang kompetisi ingin dihentikan. Bermasalah dari sisi finansial. Yang lain meminta lanjut karena kompetisi sudah berjalan," terang Yan Mandenas, tanpa menyebut satu sampai dua klub yang menolak itu.
"Harusnya saat lanjutan kompetisi, mereka diverifikasi ulang lagi dari sisi kesiapan. Sama halnya waktu kami mendaftar pertama dan diverifikasi. Tim yang siap, maka lanjut. Yang tidak, kembali ke sanksi-sanksi PSSI," ucap pria yang juga menjadi anggota Komisi 1 DPR RI itu.
Advertisement
Menghadap ke Menpora
Yan Mandenas bersama sembilan perwakilan kontestan Liga 2, pemain, hingga Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) telah menghadap ke Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Zainudin Amali untuk meminta bantuan.
"Sama halnya dengan kami waktu di Liga 1. Kami tak siap main lawan Madura United, kami kalah WO lalu dipotong poin dan kami turun ke Liga 2," ujar Yan Mandenas.
"Kami menjalani sanksi karena sebagai anggota PSSI, kami taat dengan Statuta PSSI. Jangan sampai satu sampai dua klub mengorbankan tim yang banyak ini."
"Mayoritas tim ingin tetap kompetisi untuk lanjut. Kami menyerahkan solusi ke Menpora. Yang jelas, kami ingin kompetisi untuk dilanjutkan," katanya.