Bola.com, Jakarta - Carut marut sepak bola Indonesia mencapai puncaknya dalam Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu.
Peristiwa mengenaskan yang menewaskan 135 korban jiwa tersebut ibarat fenomena gunung es dalam persepakbolaan Tanah Air.
Advertisement
Banyak pihak lantas menuding ketidakbecusan PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) dalam menggulirkan kompetisi. Mereka dianggap abai terhadap hal-hal penting dalam sebuah pertandingan.
Pemerintah pun tak tinggal diam untuk memperbaiki sengkarut yang selama ini terjadi. Salah satu keputusannya adalah meminta jajaran pengurus PSSI untuk mengundurkan diri.
Walau sempat kukuh, Mochamad Iriawan selaku pimpinan tertinggi PSSI akhirnya menyerah. Dalam rapat bersama komite eksekutif (Exco), mereka memutuskan untuk mempercepat Kongres Luar Biasa (KLB).
Langkah ini diharapkan bakal menjadi titik balik sepak bola Indonesia. Bukan kebetulan, bila calon ketua umum (Ketum), wakil ketua umum (Waketum) dan Exco PSSI datang dari para profesional yang memahami industri sepak bola.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gede Widiade Tak Pernah Berencana Jadi Waketum PSSI
Presiden Persiba Balikpapan, Gede Widiade merupakan salah satu yang mencalonkan diri sebagai Waketum PSSI. Pria asal Tuban ini merupakan salah satu calon yang terbilang mumpuni karena paham betul dengan sepak bola Indonesia.
Gede bahkan pernah memenangkan gelar Liga Indonesia bersama Bhayangkara FC dan Persija Jakarta. Walau saat ini, lebih sibuk membangun infrastruktur sepak bola nasional melalui perusahannya PSF Group.
"Last minute itu beberapa rekan voters meminta saya untuk mengajukan jadi Waketum. Sebenarnya dengan berat hati karena saya inginnya sih memberikan kontribusi dari luar federasi," ungkapnya.
"Mereka ngomong apa salahnya kalau di dalam federasi memberikan kontribusi. Yang penting kan niatnya. Akhirnya kurang 10 menit saya masukkan. Padahal enggak ada niat sama sekali," terang Gede.
Â
Advertisement
Ibarat Harimau Bersayap
Pria yang memiliki darah Bali ini mempunyai keinginan mulia seandainya terpilih sebagai bagian dari kepengurusan PSSI. Ia mengaku bakal berbuat lebih banyak untuk memajukan sepakbola nasional.
Dengan jabatan di tangannya, ia bisa mendorong kebijakan yang berpihak kepada pelaku sepak bola. Bahkan, ia mengibaratkannya seperti 'harimau bersayap'.
"Di luar federasi, saya kira sudah berbuat maksimal sesuai dengan bidang kami di sepak bola. Kalo di dalam ya pasti lebih optimal lagi. Malah bisa lebih enak," ujarnya.
"Kalau seumpamanya kami ini seekor harimau, sekarang dikasih pinjam sayap. Biar bisa terbang, bisa gigit 'tikus-tikus' sama 'kucing-kucing'," tandas Gede.
LaNyalla Banjir Dukungan
Sementara itu, La Nyalla Mahmud Mattalitti yang kini menjabat Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, juga menuai dukungan positif dari para voters. Sebagai figur yang yang kenyang pengalaman, yakni dengan menjabat Ketua Umum PSSI 2013 sampai 2016, LaNyalla memiliki target membuat kaya klub-klub yang ada di Tanah Air.Â
Hal tersebut diungkapkan oleh Eddy Moelyo dari Persikab Kabupaten Bandung. Menurutnya, pemilik klub-klub Liga 2 butuh stimulus atas berhentinya kompetisi.
"Saya sebagai pemilik klub Liga 2 yakin Pak LaNyalla akan bisa mengakomodir keinginan para klub. Saya tahu rekam jejak beliau dalam mengelola persepakbolaan nasional. Beliau sangat profesional dan berpengalaman," ujarnya, Kamis (19/1/2023).
"Pak LaNyalla punya pandangan ke depan sangat bagus bahwa beliau telah menyiapkan stimulus tersebut berupa solusi konkret bergulirnya kompetisi Liga 2 serta pengembangan industri sepakbolanya," terangnya.
Eddy Moelyo menambahkan, posisi strategis Pak LaNyalla sebagai ketua lembaga tinggi negara menjadi poin plus bagi sepak bola Indonesia.
"Jika Ia menjadi Ketua Umum PSSI, Ia akan dengan mudah mengimplementasikan Inpres Nomor 3 Tahun 2019 untuk dijadikan program kerja beliau yang tentunya akan memajukan sepak bola Indonesia," katanya menambahkan.
Advertisement
Lanjutkan Perjuangan
Tekad Eddy Moelyo memberikan dukungan penuh diperkuat dengan cerita hidupnya bersama sosok AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Ia sudah berteman lama dan sangat yakin mantan Ketua Umum PSSI-KPSI periode 2011-2013 itu adalah figur paling tepat memimpin perkembangan sepak bola Indonesia.
"Saya dan Mas Nyalla sama-sama dari jalanan sejak jaman jahilliyah, beliau tidak pernah lepas dari yang namanya berjuang untuk kebaikan sejak saat itu. Prinsip dasar kami adalah tidak boleh ada pengkhianatan dalam perjuangan sampai selamanya dalam hidup kita," tambahnya.
LaNyalla, di sisi lain, juga bertekad untuk melanjutkan perjuangan sekaligus membayar tuntas dukungan para voters yang telah memercayainya untuk maju menjadi bakal calon Ketum PSSI periode 2023-2027.
"Sudah saatnya saya membayar utang saya kepada para voters sebagai pemberi amanah. Yang pasti, tugas saya belum selesai, dan pada saatnya saya ungkapkan rencana saya untuk memajukan sepak bola Indonesia," tegas LaNyalla.
Operator Liga 2 dan Liga 1 Dipisah
Mengenai pencalonan LaNyalla menjadi Ketua Umum PSSI periode 2023-2027, lanjut Eddy Moelyo, mengatakan bahwa Mantan Ketua KONI Jatim itu merupakan sosok yang selalu berjuang untuk memajukan sepak bola Tanah Air.
"Beliau selalu berjuang terus tanpa lelah sampai saat ini menjadi Pimpinan Lembaga Tinggi Negara yang setingkat Presiden RI dan mau terus berjuang mendegradasikan dirinya untuk PSSI semata mata hanya untuk kemajuan persepakbolaan di Tanah air kita," tuturnya.
Proyek nyatanya adalah dengan memisahkan operator liga. Konsep seperti ini berlaku di Liga Inggris, di mana Premier League dan English Football League memiliki scope sendiri-sendiri meski secara piramida masih dalam tatanan yang sama.
"LaNyalla bukan nama baru di sepak bola. Pak LaNyalla sudah menanyakan soal kompetisi klub liga 2, sudah saya sampaikan secara objektif posisi klub liga 2 ini memang mayoritas menghendaki untuk kompetisi dihentikan. Dan akan digelar kembali dengan operator baru" katanya.
"Maka dari itu secara objektif Pak LaNyalla mendukung bahwa Liga 2 harus dibuat operator sendiri dan yang memegang saham para klub di Liga 2," ujar Eddy menambahkan.
Advertisement