Bola.com, Jakarta - Nama Budi Sudarsono masuk dalam daftar penyerang legendaris Timnas Indonesia.
Pemain asal Kediri yang pensiun di tahun 2017 ini punya caps dengan Timnas Indonesia sebanyak 46 kali. Budi mengemas 16 gol saat mengenakan seragam Merah Putih. Dia pernah meraih sepatu emas di Piala AFF 2008.
Baca Juga
Mengenang Pertemuan Timnas Indonesia Vs Myanmar di Piala AFF: Tarian Budi Sudarsono Menyihir SUGBK
Budi Sudarsono Berharap Hokky Caraka dan Ramadhan Sananta Bisa Berkembang demi Timnas Indonesia: Potensinya Ada, Cuma Butuh Jam Terbang!
Budi Sudarsono Optimistis Timnas Indonesia Bisa Sulitkan Jepang: Peluang Tetap Ada, tapi Jangan Over-Confident
Advertisement
Sedangkan di klub, dia ikut membawa Persija Jakarta dan Persik Kediri sebagai juara di kasta tertinggi. Bisa dibilang prestasinya sudah lengkap sebagai pemain.
Beberapa waktu lalu, di kanal youtube Omah Bal-Balan, mantan pelatih Persik Kediri ini membuka resep keberhasilannya.
“Dulu, ketika orang tidur siang, saya latihan. Sekitar pukul 11 siang saya lari. Saya merasa harus punya modal lebih daripada orang orang. Menurut saya, sepak bola itu kalau taktik dan tehnik sudah sama, tenaga yang akan jadi pembedanya,” kata Budi Sudarsono.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tuntutan Posisi
Itu sebabnya, semasa bermain Budi Sudarsono punya stamina dan kecepatan di atas rata-rata.
Padahal, karakternya merupakan penyerang yang sering membawa bola. Tak jarang pemain yang dijuluki si ular piton itu melakukan solo run dengan melewati beberapa pemain lawan sebelum mencetak gol.
Cara bermain seperti ini tentu membutuhkan tenaga ekstra. Budi menyadari hal itu sehingga dia menambah porsi latihan sendiri.
“Itu jadi sebuah perjuangan. Kalau sore ada latihan, saya lakukan persiapan dengan lari minimal 10 putaran. Alhamdulillah, istilahnya kalau lari saya masih nomor satu,” sambungnya.
Advertisement
Karier Panjang
Perjuangan itu yang membuat Budi tergolong pemain yang punya karier panjang di sepak bola Indonesia. Dia bermain selama 17 tahun dan berhasil menancapkan namanya sebagai salah satu penyerang berbahaya di Indonesia.
Semasa aktif bermain, Budi berpindah klub 10 kali. Tapi beberapa di antara proses perpindahannya hanya kembali ke klub lamanya. Mulai Persija Jakarta, Persik Kediri dan Deltras Sidoarjo pernah dibelanya dalam dua periode.
Budi mengakui jika dia termasuk pemain yang senang berpindah klub. Bukan karena tidak betah atau kurang setia di satu klub. Namun dia merasa butuh tantangan di setiap musim.
Itu jadi pelecut untuk membuat permainannya tetap di level tertinggi.
“Saya sering berganti klub karena ingin membuktikan tetap bisa bersinar dimana saja. Itu jadi tantangan dalam diri saya sendiri,” sambungnya.
Hasrat yang Belum Digapai
Hanya saja ada satu hasrat yang sempat tak tercapai ketika dia berstatus pemain, yakni bermain di kompetisi Australia.
Padahal waktu itu dia sudah menjalin komunikasi dengan salah satu klub kasta tertinggi di sana.
“Waktu itu saya dari pemusatan latihan dengan Timnas. Ada komunikasi dengan Sidney. Tapi kecewa juga karena tidak jadi bermain di sana. Akhirnya bermain di Liga Malaysia. Tapi hanya setengah musim di sana. Setelah itu kembali lagi ke Indonesia,” kenangnya.
Advertisement