Bola.com, Jakarta - Nomor punggung 13 sudah jadi identitas Budi Sudarsono samasa jadi pemain. Di klub maupun Timnas Indonesia, dia selalu memilih nomor tersebut.
Padahal banyak anggapan jika 13 merupakan angka sial. Tapi Budi bisa mengubahnya sebagai nomor punggung yang membuatnya meraih beberapa prestasi.
Baca Juga
Mengenang Pertemuan Timnas Indonesia Vs Myanmar di Piala AFF: Tarian Budi Sudarsono Menyihir SUGBK
Budi Sudarsono Berharap Hokky Caraka dan Ramadhan Sananta Bisa Berkembang demi Timnas Indonesia: Potensinya Ada, Cuma Butuh Jam Terbang!
Budi Sudarsono Optimistis Timnas Indonesia Bisa Sulitkan Jepang: Peluang Tetap Ada, tapi Jangan Over-Confident
Advertisement
Dalam kanal youtube Omah Bal-Balan, Budi menjelaskan jika nomor punggung 13 dikenakannya saat pertama terjun di sepakbola professional. Yakni kala membela Persebaya Surabaya tahun 1999.
“Waktu itu saya baru promosi ke tim senior Persebaya. Ada kitman Persebaya yang bilang. Saya lupa namanya. Katanya, di Persebaya jangan sampai ada yang pakai nomor 13 Karena tidak akan berhasil,” kenang Budi Sudarsono.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Justru Merasa Tertantang
Mendengar petuah itu, Budi justru merasa tertantang. Sebagai pemain muda, dia punya kepercayaan diri tinggi dan justru ingin memberi bukti, dalam sepak bola tidak ada nomor punggung yang membawa sial.
“Saya justru meminta nomor 13. Karena di benak saya, nomor sial,” imbuhnya.
Kepercayaan diri Budi makin terlihat ketika membela Timnas Indonesia. Dia jadi salah satu pemain yang tak gentar menghadapi tim di level Asia.
Advertisement
Piala Asia
Budi dikenal dengan gol-golnya di Piala Asia. Budi jadi pemain yang berkontribusi mengantar Indonesia menang di laga pertama Piala Asia 2004 dan 2007.
Pertama, dia mencetak satu gol ke gawang Qatar dan membuat Indonesia menang 2-1. Di tahun 2007, Budi mencetak gol ke gawang Bahrain dan membuat Merah Putih kembali menang 2-1.
“Kuncinya, memotivasi diri sendiri. Kalau motivasi dari orang lain itu hanya beberapa persen saja. Kuncinya kembali ke diri sendiri. Kita ini sebenarnya bisa bersaing. Kembali lagi, tidak ada yang tak mungkin dan jangan pernah minder,” imbuhnya.
Dulu dan Sekarang
Pada eranya, Indonesia memang tersingkir di fase grup saat Piala Asia. Namun setidaknya tim sekelas Qatar dan Bahrain bisa ditaklukkan. Berbeda dengan saat ini.
Di kancah Asia Tenggara, justru Indonesia mulai tertinggal dari Vietnam.
“Dulu, lawan Vietnam kami selalu menang baik di kandang sendiri maupun lawan. Tapi akhir-akhir ini Indonesia kalah,” sindirnya.
Advertisement