Sukses


Adu Visi dan Misi Dua Kandidat Ketua PSSI untuk Timnas Indonesia: Shin Tae-yong Butuh Sentuhan Spiritual

Bola.com, Jakarta - Februari 2023 akan jadi momentum penting buat perubahan sepak bola Indonesia. Pada tanggal 16, akan dilaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB), yang mana akan menghasilkan Ketua PSSI terbaru.

Saat ini, Komite Pemilihan sedang melakukan verifikasi bakal calon ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota eksekutif (Exco) PSSI periode 2023-2027. Setidaknya ada lima calon ketua umum yang sudah mendaftar.

Dua nama diprediksi bakal menjadi kandidat kuat pemenang pemilihan ketua PSSI baru, menggantikan peran Mochamad Iriawan yang sudah menjabat sejak akhir 2019. Mereka adalah Erick Thohir dan La Nyalla Mahmud Mattalitti.

Keduanya punya segudang pengalaman di dunia olahraga dan khususnya sepak bola. Erick Thohir dan La Nyalla Mattalitti tentunya juga memiliki program terkait roda kompetisi sepak bola di Tanah Air dan Timnas Indonesia.

Erick Thohir, meski belum pernah berkecimpung di PSSI, memiliki peran sentral di balik sukses Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Ia juga dikenal sebagai figur yang punya gagasan modern dengan pembuktian menduduki kursi strategis di NOC (Komite Olimpiade).

Sementara itu, La Nyalla Mattalitti berperan sangat penting di PSSI periode 2011 hingga 2015. Berkat sentuhannya, ia dianggap menjadi penyelamat sepak bola nasional kala terjadi dualisme yang berujung pada pembekuan dari FIFA.

Lantas, apa saja visi dan misi La Nyalla Mattalitti dan Erick Thohir jelang KLB PSSI pada 16 Februari 2023? Berikut ini ulasan khususnya:

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Tolok Ukur Keberhasilan PSSI

Secara garis besar, tolok ukur keberhasilan PSSI adalah penampilan Timnas Indonesia. Sukses atau tidak, sangat mungkin direpresentasikan oleh performa Merah Putih di pentas internasional.

Mochamad Iriawan terbilang cukup sukses mengenai konteks ini. Meski Timnas Indonesia senior gagal pada dua Piala AFF beruntun, lain ceritanya di kategori atau level usia muda.

Skuad Garuda berhasil memenangi Piala AFF U-16 2022. Selain itu, Timnas Indonesia U-20 juga lolos ke Piala Asia U-20.

Sementara itu, Timnas Indonesia senior juga berhasil lolos ke Piala Asia 2023. Selama masa kepemimpinan Mochamad Iriawan alias Iwan Bule, peringkat FIFA juga meningkat drastis dari 176 ke 151.

Jadi tidaklah mengherankan kalau publik menilai tolok ukur keberhasilan Ketua PSSI adalah keberhasilan Timnas Indonesia. Lalu, bagaimana Erick Thohir dan La Nyalla Mattalitti memprogramkan Timnas Indonesia?

3 dari 6 halaman

Momen Paling Pas

Sepak bola Indonesia sedang melewati karut marut. Tragedi Kanjuruhan dan kegagalan di Piala AFF 2022 jadi PR yang belum tuntas pada era Iwan Bule.

La Nyalla Mattalitti ikut menyoroti hal ini, terutama soal melempemnya Timnas Indonesia pada Piala AFF 2022. Menurutnya, saat ini merupakan momen paling tepat baginya kembali memegang kendali sepak bola Indonesia melalui organisasi PSSI.

"Ya memang sudah saatnya. Saya beranggapan kalau situasi saat ini sudah miris. Saat saya melihat pertandingan melawan Vietnam, saya lihag itu kok enggak ada kemajuannya gitu loh," ujar La Nyalla.

Bagi Ketua DPD RI ini, PSSI harus menaruh target pada Timnas Indonesia. Skuad Merah Putih, menurutnya, harus berjenjang dari usia muda hingga senior.

Program naturalisasi bukannya hal negatif. La Nyalla mengatakan tidak perlu mencari keluar. Alih-alih, bukakan pintu bagi mereka yang memang ingin membela Timnas Indonesia sepenuh hati.

"Ya kita harus punya target ya. Saya waktu tahun 2013 itu target kita juara Piala AFF tercapai yang usia muda. Kemudian berjalan sekarang ini Timnas Indonesia harus berjenjang, harus jadi dari usia dini, tapi nyatanya hilang semua itu pemain enggak tahu ke mana. Harusnya kontinyu."

"Nah, sekarang muncul yang baru ini. Maksud saya, semuanya harus dari bawah. Kemudian kok sekarang sudah ada apa namanya, tim, yah, masih gunakan naturalisasi. Itu kebijakan Iwan Bule, kita jangan salahkan, itu kebijakan bersama, ya sudah. Tetapi kalau saya terpilih saya tidak akan menggunakan naturalisasi dalam arti kata mencari-cari di luar."

"Jadi kalau ada yang mau masuk ya silakan. Kayak sekarang ini pemain naturalisasi sudah masuk ya itu tidak bisa menafikkan ya, tetap kita akomodasi, sepanjang dia bisa bermain dengan pemain lokal," katanya menambahkan.

4 dari 6 halaman

Pentingnya Kultur

Jika La Nyalla menitikberatkan pada pembinaan usia muda dan Timnas Indonesia yang berjenjang, Erick Thohir melihatnya dari sisi humanis. Bagi Menteri BUMN ini, sepak bola haruslah ditanamkan atas dasar kultur.

Ia mencontohkan etos Jepang. Seperti diketahui, Negeri Samurai Biru itu baru membangun sepak bolanya pada 1991. Bahkan kabarnya, mereka 'belajar' dari Liga Indonesia, bagaimana menjalankan kompetisi dan lain sebagainya.

Menariknya, saat ini sepak bola Jepang sudah jauh mengungguli Indonesia. Mereka bisa bersaing dengan negara-negara dengan tradisi si kulit bundar yang kuat. Banyak pemain Jepang yang juga telah merambah Eropa.

"Di sana main sepak bola tidak individualistis, tapi maju mundur seperti ombak. Di sana pemain bahkan memastikan loker bersih, penontonnya juga demikian. Ini kultur," kata Erick Thohir dikutip Antara.

Bicara kultur tentu tak lepas dari support system yang proporsional. Kaitannya dengan ini, Erick Thohir ingin menciptakan ekosistem yang mendukung evolusi sepak bola di Indonesia.

"Yang dibutuhkan PSSI untuk maju hari ini adalah nyali untuk menerobos keterbatasan, dan berani menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri sepak bola nasional," kata Erick.

 

5 dari 6 halaman

Shin Tae-yong Butuh Sentuhan

Di sisi lain, menunjuk Ketua PSSI sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Timnas Indonesia juga tidak elok. PSSI semestinya memiliki staf teknis yang mengurusi kegiatan Timnas Indonesia, yang mana bertugas untuk mencarikan pelatih yang paling tepat.

Ya, selain Ketua PSSI, pelatih Timnas Indonesia juga memikul tekanan yang luar biasa hebat. Ketika menelan kekalahan dalam sebuah pertandingan, mental harus kuat menghadapi cibiran dan ketidakpercayaan dari suporter.

Bicara mental, La Nyalla Mattalitti memiliki pendapat menarik. Menurutnya, Shin Tae-yong sudah bagus, tetapi butuh sentuhan spiritual. "Bagus, tapi masih kurang sentuhan. Ya harus saya yang sentuh, harus tangan dingin saya. Sentuhan-sentuhan spiritual."

"Jadi STY ini harus kita ajari kalau waktunya Salat Jumat ya harus, jangan disuruh jalan terus, harus berhenti. Salat Magrib ya Salat dulu. Waktu Salat harus Salat lah. Pemain ini hidup jangan mengandalkan diri kita atau orang lain, tapi andalkan kekuasaan Allah. Kurang sentuhan saja STY."

"Dia sampai akhir masa kontraknya akan tetap saya pertahankan. Untuk selanjutnya harus rapat Exco dulu. Kalau mengenai penggantinya masih panjang, masih Desember kok. Saya yakin STY masih bisa prestasi. Saya sentuh dia bulan Februari ini siapa tahu Indonesia tambah naik. Enggak usah juara, lolos ke Piala Dunia 2026 saja sudah bagus," katanya lagi.

 

6 dari 6 halaman

Mau Timnas Indonesia Bagus ya Liga Harus Bagus

Sementara itu, Erick memaparkan pemikirannya yang lain tentang bagaimana caranya membentuk Timnas Indonesia yang tangguh. Menurutnya, Timnas Indonesia yang kuat berasal dari liga yang kuat pula. Ia pun menginginkan sepak bola Indonesia untuk naik kelas.

"Mencari 11 orang dari 270 juta rakyat Indonesia untuk membentuk tim nasional yang kompetitif tidak sulit jika semua hal itu kita benahi dengan benar," ujar Erick.

"Tim nasional sebuah negara hanya sekuat kompetisi liganya. Liga yang kuat akan menghasilkan tim nasional yang kuat. Liga lemah, tim nasional lemah. Sekarang, sudah saatnya sepakbola kita naik kelas," tambah Erick.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer