Bola.com, Bogor - Kasus penyerangan yang melibatkan suporter sepak bola di Indonesia belakangan ini menjadi sorotan tersendiri. Aksi tidak terpuji dari oknum suporter yang menyerang bus tim dan kantor manajemen klub sangat disayangkan.
Ada dua kasus penyerangan bus tim terjadi di BRI Liga 1 2022/2023. Pertama adalah penyerangan terhadap bus Arema FC saat pulang dari Stadion Maguwoharjo, Sleman, pada 26 Januari 2023.
Advertisement
Penyerangan itu membuat bus yang ditumpangi pemain dan ofisial tim Singo Edan mengalami pecah kaca dan ada yang mengalami luka karena pecahan kaca.
Kemudian yang kedua terjadi di Tangerang. Kali ini bus tim yang membawa rombongan Persis Solo diserang oknum suporter sesaat meninggalkan area stadion setelah menghadapi Persita Tangerang.
Dalam insiden ini tak ada pemain atau pun ofisial tim Persis yang mengalami luka. Hanya saja kaca bus mereka pecah di beberapa bagian.
Kemudian yang terkini adalah perusakan kantor Arema FC ketika ada aksi unjuk rasa pada Senin (30/1/2023). Dalam kasus ini, manajemen Aream FC bakal melaporkan para perusak ke pihak kepolisian.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Harus Jadi Prioritas Pengurus Baru PSSI
Dari ketiga kejadian tersebut, publik sepak bola di Tanah Air sepakat jika kejadian serupa tak boleh lagi terjadi.
Rivalitas seharusnya cukup di dalam lapangan, tanpa ada embel-embel kejadian di luar stadion yang justru akan menyebabkan kerugian dan mencederai sikap sportivitas yang sudah menjadi marwah sepak bola.
"Kasus kekerasan oleh suporter jelas menjadi persoalan yang harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh stakeholder sepak bola di Indonesia. Ini patut menjadi prioritas ketua umum PSSI yang baru," ujar Founder Football Institute, Budi Setiawan kepada wartawan, Rabu (1/2/2023).
Menurut Budi Setiawan, pembenahan persepakbolaan Indonesia harus menyeluruh dan integral. Bukan hanya perbaikan kualitas klub, kualitas kompetisi, kesejahteraan dan karier pemain, tetapi juga edukasi yang benar dan tegas terhadap suporter maupun komunitas yang menyebut diri sebagai pendukung secara profesional dan berintegritas.
"Kejadian seperti ini tentu tidak boleh lagi dibiarkan sebagai tindakan infalitisme atau kekanak-kanakan yang boleh ditoleransi atau dimaafkan begitu saja seperti yang sudah terjadi. Perlu ada penyelidikan, penyidikan, dan proses hukum yang jelas untuk menghukum pihak yang memang bersalah," ujarnya.
Advertisement
Melawan Oknum yang Tidak Bertanggung Jawab
Menurut Budi Setiawan, ke depan publik sepak bola di Tanah Air harus bersatu melawan oknum yang membuat sepak bola Indonesia tercoreng serta tidak memberikan ruang bagi pihak yang berlindung di balik nama suporter untuk membenarkan tindakan kriminal yang mereka lakukan.
Penting untuk mengurai siapa sebenarnya pelaku perusakan di kantor Arema? Itu akan menjadi yurisprudensi dan referensi baik bagi komunitas sepak bola maupun pihak keamanan.
"Saat ini para pentolan suporter asli Arema FC, baik yang lama maupun yang baru bekumpul. Ini adalah titik balik persatuan Aremania yang tersadar bahwa dalam kesedihannya karena Tragedi Kanjuruhan ternyata dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menjatuhkan klub Arema FC, Aremania, dan Kota Malang," tuturnya.
Budi Setiawan meyakini Arema FC akan bangkit jika seluruh Aremania sejati bersatu dan waspada untuk tidak diadu domba.
"Semoga ini menjadi perhatian seluruh stakeholder sepak bola, khususnya PSSI, agar benar-benar serius memikirkan solusi atas kejadian-kejadian yang merusak citra sepak bola Tanah Air ini," lanjutnya.
Persaingan di BRI Liga 1
Advertisement