Bola.com, Jakarta - Klub yang doyan gonta ganti pelatih di BRI Liga 1 kini melekat pada Arema FC. Sudah ada tiga pelatih yang datang dan pergi dari Tim Singo Edan pada musim ini.
Mulai dari Eduardo Almeida, Javier Roca, dan kini I Putu Gede Swisantoso. Sebuah langkah yang membuat banyak pihak bertanya, ada apa sebenarnya di internal Arema FC?
Baca Juga
Advertisement
Pergantian pelatih sampai tiga kali tentu bukan persoalan teknis semata, tetapi juga ada faktor lain yang jadi penyebabnya. Bola.com mengambil sample dalam lima musim terakhir, di mana Arema menggunakan delapan pelatih.
Mayoritas di antaranya berakhir dengan pengunduran diri atau pemecatan. Hanya Milomir Seslija dan Eduardo Almeida yang sempat merasakan satu musim penuh menangani Arema.
Keduanya juga mempersembahkan gelar trofi pramusim untuk Tim Singo Edan, yakni Piala Presiden. Yang jadi pertanyaan besar, kenapa mayoritas pelatih tidak bisa bertahan lama di Arema FC?
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ekspektasi Tinggi dan Tekanan Suporter
Jawabannya adalah ekspektasi yang tinggi ditambah tekanan dari suporter. Sejauh ini, belum ada pelatih yang bebas dari kritikan. Bisa jadi karena setiap musim, target dari manajemen Arema FC di Liga 1 tak bisa terpenuhi.
Dalam lima musim terakhir, Arema selalu menargetkan bisa lolos ke Piala AFC. Jadi, Tim Singo Edan minimal harus finis di posisi runner-up untuk memenuhi target tersebut.
Arema FC mematok target tinggi karena saat pramusim masih sering jadi jawara, terutama di Piala Presiden. Pada 2019 dan 2022, Seslija dan Almeida memberikan gelar pramusim paling bergengsi. Namun di kompetisi, Tim Singo Edan seperti kehabisan bensin.
Â
Advertisement
Hanya Satu Pelatih Dapat Perpanjangan Kontrak
Dari delapan pelatih yang menangani Arema FC dalam lima musim terakhir, hanya satu nama yang dapat perpanjangan kontrak, yakni Eduardo Almeida. Pelatih asal Portugal itu membawa Arema finish di urutan keempat pada musim 2021 sampai 2024.
Bagi Tim Singo Edan, posisi teratas adalah yang terbaik dalam lima musim terakhir. Manajemen Arema FC kemudian memberikan reward dengan perpanjangan kontrak sampai 2024.
Bagi Arema, itu merupakan sebuah rekor baru. Sejak era Liga 1, Arema FC tak pernah memberikan perpanjangan kontrak untuk pelatihnya.
Almeida menjawabnya dengan gelar juara Piala Presiden 2022. Namun, baru delapan pertandingan di Liga 1, dia didepak dari kursi pelatih.
Eduardo Almeida dianggap tak sanggup membawa Arema bersaing di papan atas klasemen BRI Liga 1. Tim Singo Edan hanya meraih tiga kemenangan, sekali imbang, dan menelan tiga kekalahan. Gelombang kritikan dari Aremania dialamatkan kepada Almeida.
Aremenia seperti sudah lupa jika pelatih berusia 44 tahun itu baru memberikan gelar Piala Presiden 2022. Suporter tak terima Arema terseok-seok di papan tengah karena dianggap punya materi pemain lebih bagus.
Mulai dari Evan Dimas, Adam Alis, dan beberapa nama beken lainnya. Namun, para pemain bintang yang ada tak mampu mendongkrak performa Arema FC.
Â
Pelatih Termahal pun Gagal
Arema sempat mengambil kebijakan dengan mengontrak pelatih mahal. Tujuannya untuk mengangkat performa tim. Arema FC mendatangkan Mario Gomez dari Borneo FC pada musim 2020.
Waktu itu pelatih asal Argentina tersebut berstatus sebagai pelatih termahal sepanjang sejarah Arema. Gomez disinyalir mendapatkan kontrak dengan berkisar Rp 2,5 miliar.
Dibayar mahal, Mario Gomez diharapkan bisa menyulap Arema yang menjadi tim medioker kembali ke papan atas. Sang pelatih juga dapat kebebasan membawa gerbong pemain.
Beberapa pemain yang digaet ke Arema FC adalah Jonathan Bauman dan Oh In Kyun yang sempat dilatih Gomez di Persib Bandung. Anggaran Tim Singo Edan pun membengkak waktu itu.
Apalagi dia membawa pelatih fisik dari negaranya, Marcos Gonzales. Hasilnya juga tidak memuaskan. Liga 1 2020 baru berjalan tiga pertandingan, Arema berada di urutan ke-12 dengan hanya meraih satu kemenangan.
Setelah itu kompetisi berhenti karena pandemi COVID-19. Namun, akhirnya Mario Gomez mengundurkan diri dari Arema FC, karena tidak setuju manajemen klub memangkas gajinya sebesar 75 persen ketika kompetisi berhenti.
Anehnya, waktu itu Arema mencari pengganti Gomez ketika kompetisi belum pasti kapan bergulir lagi. Mereka menemukan pelatih asal Brasil, Carlos Oliveira.
Namun, dia melatih Arema tanpa merasakan pertandingan. Uniknya, jelang kompetisi justru kontraknya tak diperpanjang dan digantikan Eduardo Almeida pada musim 2021.
Â
Advertisement
Legenda Klub Juga Gagal
Pada musim 2018, Arema mengawali kompetisi dengan Joko Susilo sebagai pelatih kepala. Dia merupakan legenda klub, karena pernah cukup lama berseragam Arema.
Setelah pensiun, Getuk, sapaan akrabnya juga mengabdi sebagai pelatih akademi dan asisten pelatih di tim senior Arema FC dalam waktu yang lama.
Waktu itu, Getuk tidak dapat anggaran belanja pemain yang besar. Komposisi timnya lebih banyak pemain muda ketimbang yang sudah punya nama, satu di antaranya adalah Jayus Hariono.
Namun, posisi Getuk sebagai pelatih kepala hanya bertahan delapan pertandingan. Arema ada di dasar klasemen karena hanya sekali menang.
Posisinya lalu digantikan Milan Petrovic yang sebelumnya jadi asisten pelatih Arema. Ini membuktikan jika legenda klub juga tak sanggup memberikan kejayaan untuk Arema.
Torehan itu juga mengulang musim 2017, di mana Aji Santoso mundur di tengah jalan karena Singo Edan berkutat di papan tengah.
Â
Daftar Pelatih Arema FC dalam Lima Musim Terakhir
Musim 2018: Joko Susilo (8 pertandingan), Milan Petrovic (26 pertandingan)
Musim 2019: Milomir Seslija (34 pertandingan)
Musim 2020: Mario Gomez (3 pertandingan), Carlos Oliveira (-)
Musim 2021/2022: Eduardo Almeida (34 pertandingan)
Musim 2022/2023: Eduardo Almeida (8 pertandingan), Javier Roca (12 pertandingan), I Putu Gede
Advertisement