Bola.com, Jakarta - Nama Slamet Nurcahyo tak bisa dipisahkan dengan sepak bola di Madura. Karena hampir sepuluh tahun dia bermain untuk tim asal Pulau Garam tersebut.
Pertama, membela Persepam Madura musim 2013, lalu dilanjutkan dengan Madura United sejak musim 2015. Meskipun dia sempat pindah ke Bhayangkara Surabaya United musim 2015, namun dia tetap jadi ikon sepak bola Madura.
Baca Juga
BRI Liga 1: Petik Kemenangan Tanpa Pelatih Kepala, Madura United Ingin Lanjutkan Momentum
BRI Liga 1: Persebaya Nyaman di Puncak Klasemen, Madura United Raih Kemenangan Kedua
Hasil Lengkap BRI Liga 1 Hari Ini: Madura United Akhiri Rentetan 6 Kekalahan Beruntun, Persebaya Kukuh di Puncak Setelah Bungkam Borneo FC
Advertisement
Kini, Slamet sudah berusia 39 tahun. Namun dia belum berfikir untuk pensiun atau meninggalkan Madura United. Bahkan sampai saat ini Slamet tetap dapat kesempatan bermain.
Gelandang serang asal Jember itu juga mendapat keistimewan mengenakan jersey nomor 10 sejak awal sampai sekarang.
"Di Madura United, tidak sembarangan bisa pakai nomor 10. Karena tanggal lahir Pak Achsanul Qosasi (Presiden Klub) dan Madura United. Banyak pemain asing minta nomor 10 tapi tidak dikasih," kata Slamet Nurcahyo di kanal youtube Sportcast77.
"Zah Rahan pernah telepon saya untuk memakainya. Saya boleh saja, tapi harus bilang ke Pak Achsanul dulu. Setelah telepon ternyata tidak dikasih. Begitu juga dengan Cristian Gonzales. Dia sempat minta ke Pak Haruna Sumitro yang jadi manajer tim waktu itu,” jelasnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Idola Presiden Madura United
Jadi, nomor punggung 10 yang dikenakan Slamet Nurcahyo merupakan pemberian dari Presiden Madura United. Dari informasi yang diterima Bola.com, Slamet merupakan pemain idola Achsanul Qosasi. Karena itu, dia mendapatkan nomor spesial.
"Kepercayaan itu yang saya pegang sampai sekarang. Karena Pak Achsanul orangnya baik sekali. Tidak mungkin saya pindah begitu saja dari Madura United,” jelasnya.
Beberapa waktu lalu, sebenarnya Slamet dapat godaan untuk pindah klub. Tim sekelas Bali United yang menawarinya kontrak selama dua musim sekaligus.
Namun, dia tak bisa menerima tawaran itu. Karena Madura United masih membutuhkan tenaganya. "Saya pernah ditawari Bali United dua musim. Tapi saya masih dipertahankan Madura United. Tentu saya ingin menjaga kepercayaan yang diberikan Pak Achsanul,” sambungnya.
Advertisement
Puncak Karier di Madura United
Saat ini, Slamet sudah berkarier selama 19 tahun di sepak bola profesional. Ditanya tentang puncak kariernya, dia merasakannya saat bermain untuk Madura United. Karena dia bisa bermain dengan banyak pemain hebat.
Bahkan dia sempat mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia di usia yang sudah tidak muda lagi. Yakni di musim 2017 ketika Indonesia ditangani Luis Milla.
Bersama Madura Unied, dia merasa tampil apik musim itu. "Puncak karir saya merasa di Madura United. Waktu itu timnya diperkuat Peter Odemwingie (striker asal Nigeria). Karena saya membuat banyak assist untuk dia. Dia minta bola seperti apa, kami sudah tahu,” jelasnya.
Klop dengan Zah Rahan
Musim 2017, Slamet membuat 4 assist dan 4 gol. Dia juga tampil dalam 30 pertandingan. Padahal waktu itu usianya juga sudah 34 tahun.
Selain itu, di Madura United dia merasa klop saat bermain dengan Zah Rahan di musim 2018. Karena dia tampil bersama salah satu gelandang asing terbaik di Liga 1.
"Dengan Zah Rahan kami bermain seperti saling pengertian. Meskipun posisi sama sebaga playmaker, tapi kami bisa saling mengisi,” pungkasnya.
Advertisement