Bola.com, Jakarta - Putra mantan pemain atau pelatih sepak bola di Indonesia bermunculan menghiasi skuad Timnas Indonesia, satu di antaranya Brandon Scheunemann.
Ia kini menjadi satu di antara serdadu Shin Tae-yong di Timnas Indonesia U-20 yang diproyeksikan ke Piala Asia dan Piala Dunia tahun ini.
Advertisement
Brandon merupakan anak Timo Scheunemann. Mantan pemain dan pelatih Persiba Balikpapan. Timo juga sempat menangani Persema Malang. Darah sepak bola Jerman mengalir di tubuh Brandon. Namun dia memilih sebagai warga negara Indonesia. Karena ibunya merupakan perempuan Indonesia. Brandon sendiri lahir dan besar di Malang.
Pemain berusia 17 tahun tersebut dipanggil pelatih Timnas Indonesia U-20 Shin Tae-yong setelah dua kali bermain di Liga 1 bersama PSIS Semarang. Dua pertandingan di mana Brandon bermain penuh dan menghadapi tim besar, yakni Arema FC dan Persib Bandung. Waktu itu, dia bermain sebagai stoper.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bukan karena Reputasi Sang Ayah
Pencapaiannya saat ini bukan semata-mata karena modal reputasi sang ayah di sepak bola Indonesia. Tapi ketekunan Brandon berlatih sejak kecil.
Selain digembleng ayahnya, dia ikut sekolah sepak bola dan akademi di Malang. Sejak tahun lalu dia membela tim muda PSIS Semarang dan Persis Solo. Akhirnya di pertengahan musim ini, Brandon promosi ke tim senior.
Sebenarnya, posisi aslinya bukan seorang stoper. Melainkan gelandang bertahan. Posturnya 186 cm terlihat menjulang dibanding pemain seusianya di Indonesia. Namun dia diturunkan sebagai stoper di tim senior PSIS.
Postur tubuh ideal dan kemampuan bertahan yang baik menjadi pertimbangannya, M. Ridwan, caretaker PSIS, yang mengorbitkannya. Ridwan merupakan pelatihnya di PSIS junior. Jadi, dia sudah paham betul dengan kualitas Brandon.
Advertisement
Beda Posisi dengan Sang Ayah
Biasanya, anak pesepak bola kebanyakan memilih posisi yang tidak berbeda jauh dengan ayahnya. Tapi pengecualian bagi Brandon. Dia lebih kuat bertahan. Padahal ayahnya, Timo merupakan penyerang. Ternyata, Timo sempat mengarahkan anaknya untuk menjadi striker.
Ketika baru menimba ilmu di Ricky Nelson Accademy yang ada di Malang, Brandon pernah jadi striker. Namun sang anak memutuskan berpindah posisi sebagai pemain bertahan. “Saya sempat cemas ketika dia memilih jadi stoper. Karena jika melakukan kesalahan, akan dicaci suporter. Karena tanggung jawab pemain belakang itu besar,” kata Timo.
Tapi, Brandon bisa menepis kekhawatiran tersebut. Karena setelah bermain sebagai gelandang bertahan atau stoper, permainannya tampak lebih matang. Bahkan dia sudah tampil sebagai pengganti dalam mini turnamen U-20 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, saat Indonesia melawan Selandia Baru, Minggu (19/2/2023).
Lebih Fasih Bahasa Indonesia Ketimbang Jerman
Ada yang unik dari kepribadian Brandon. Meski lahir dari keturunan Jerman, dia lebih fasih berbahasa Indonesia dan Jawa. Remaja pendiam itu lahir di Malang. Justru kemampuan berbahasa Jerman yang dimiliki Brandon masih kurang.
Dalam kesehariannya di rumah, Timo lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa.
Beberapa tahun lalu, Bola.com sempat berkunjung ke rumah Timo di Malang. Waktu itu, Brandon justru mengikuti kursus bahasa Jerman. Wajar, selama bergaul di sekolah maupun di tim sepak bola, bahasa Indonesia lebi banyak digunakan.
Bahkan saat berkomunikasi dengan keluarga besarnya. Lantaran Timo bersama keluarga besarnya sudah banyak yang tinggal di Indonesia.
Advertisement