Bola.com, Madura - Pelatih Madura United, Fabio Lefundes kembali mengaku kecewa dengan kepempinan sang pengadil saat timnya ditahan imbang tanpa gol oleh Persija Jakarta pada laga yang berlangsung di Stadion Gelora Madura Ratu Pamellingan, Pamekasan, Minggu (26/2/2023) petang WIB.
Pria asal Brasil itu menilai Fariq Hitaba tak bisa menjalankan tugasnya sebagai wasit berstandar FIFA. Ia merasa permainan timnya banyak diganggu oleh keputusan-keputusan ajaibnya.
Baca Juga
BRI Liga 1: Petik Kemenangan Tanpa Pelatih Kepala, Madura United Ingin Lanjutkan Momentum
BRI Liga 1: Persebaya Nyaman di Puncak Klasemen, Madura United Raih Kemenangan Kedua
Hasil Lengkap BRI Liga 1 Hari Ini: Madura United Akhiri Rentetan 6 Kekalahan Beruntun, Persebaya Kukuh di Puncak Setelah Bungkam Borneo FC
Advertisement
Sebagai catatan, pelatih Persija Thomas Doll juga sempat melakukan kritik yang sama terhadap sang pengadil lapangan. Saat menghadapi Barito Putera, ia menilai wasit terlalu banyak meniup peluit.
"Thomas juga pernah komplain karena hal itu. Saat kami lawan Bhayangkara FC, itu adalah laga dengan waktu efektif terbesar karena kami mau main bola meskipun pada akhirnya kami kalah empat gol tanpa balas," bukanya.
"Tetapi datang wasit dari FIFA hari ini dan dia ganggu permainan dalam lapangan. Saya komplain karena Persija Jakarta bisa serang dan mencetak gol, tetapi saya dapat kartu kuning. Seharusnya dia yang dapat kartu," jelas Lefundes.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Wasit FIFA Bukan Jaminan
Pelatih berusia 50 tahun itu melihat lisensi seorang wasit bukan jaminan ia akan memimpin pertandingan dengan baik. Dia pun mengecam Fariq Hitaba yang justru mengancamnya untuk memberikan kartu merah.
"Dia wasit dari FIFA dan seharusnya memiliki kualitas yang bagus, tetapi malah mengancam orang. Dia pikir karena mengantongi lisensi FIFA, mestinya tidak seperti itu. Wasit kalau mengganggu hasil pertandingan, maka itu akan menjadi masalah," tegasnya.
Advertisement
Tidak Bisa Ambil Keputusan
Ia juga menyayangkan bagaimana telatnya pengambilan keputusan wasit di laga tersebut. Terkesan, pengadil tengah tak punya pendirian dan mengharapkan asistennya untuk memberikan saran.
"Birrul Walidain seharusnya dapat kartu kuning melanggar Reva Adi Utama, tetapi dia pikir tidak. Tetapi dia akhirnya dapat kartu kuning setelha melakukan pelanggaran di babak kedua," ujarnya.
"Saat hadangan kepada Malik Risaldi di kotak penalti, kenapa dia harus tunggu wasit garis. Jadi wasit itu menganggu, tak bisa ambil keputusan. Kenapa dia harus tunggu?" jelas Lefundes.
Wasit Pantas Mendapat Kritik
Sebagai wasit berlisensi FIFA, Lefundes menilai seharusnya kejadian-kejadian di lapangan yang berbahaya tak bisa dibiarkan. Ia menilai stagnansi sepakbola Indonesia, salah satunya karena buruknya kualitas wasit.
"Dia dari FIFA seharusnya mengerti dan paham standarnya bagaimana saat dia memimpin pertandingan. Kalau satu pemain tidak bagus pasti ada kritik, begitu juga saya. Wasit pun kalau tidak sesuai kinerja mereka seharusnya mendapat kritik juga," tegasnya.
"Saat kami ingin main cepat setelah dapat bola mati, dia bilang tunggu. FIFA itu mau bola berjalan, lihat statistik setiap Madura United main. Waktu efektif jadi yang paling banyak, Jadi kalau mau maju harus mainkan bola, jangan ada banyak gangguan di pertandingan," tandasnya.
Advertisement