Bola.com, Jakarta - Sarasehan sepak bola yang berlangsung di Surabaya akhir pekan lalu, memunculkan banyak 'kontroversi'. Acara yang dihadiri perwakilan klub Liga 1 dan Liga 2 itu membahas beragam hal termasuk wacana perubahan regulasi.
Salah satu yang menimbulkan pro dan kontra adalah pembatasan pemain naturalisasi di setiap klub.
Baca Juga
Menebak Klub Anyar Kevin Diks dan Ole Romeny: Hijrah ke Liga Inggris atau Negara Lain?
Jay Idzes Ceritakan Kisah Sang Kakek saat Tinggal di Indonesia: Rasakan Penjajahan Jepang dan Sempat Tinggal 10 Tahun di Panti Asuhan
Cita-cita Bek Timnas Indonesia Jay Idzes pada Level Karier Klub: Main di Premier League
Advertisement
Bila sebelumnya klub-klub Liga 1 maupun Liga 2 tak memiliki batasan, kini mereka hanya boleh merekrut maksimum dua pemain naturalisasi. Ide itu mungkin timbul dari kegemaran beberapa tim yang mengumpulkan banyak pemain naturalisasi.
Madura United misalnya, mereka memiliki empat pemain 'asing' yakni Otavio Dutra, Alberto 'Beto' Goncalves, Lee Yu-jun dan Esteban Vizcarra. Tetapi gagasan tersebut mendapat pertentangan keras.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diskriminatif
Dutra bahkan menilai kebijakan ini sangat diskriminatif dan berharap dunia tak mengecap Indonesia sebagai negara yang demikian andai regulasi itu diterapkan.
"Naturalisasi itu proses bukan status. Di paspor dan KTP, saya adalah seorang Warga Negara Indonesia seumur hidup dan bukan WNI naturalisasi. jadi aturan itu sungguh tidak masuk akal," tegasnya.
"Semoga itu tidak terjadi, supaya Indonesia tidak dilihat seluruh dunia sebagai negara yang punya diskriminasi," imbuh pemain kelahiran Brasil tersebut.
Advertisement
Melanggar Hak Warga Negara Indonesia
Senada, Beto juga mengaku kecewa dengan usulan yang dianggapnya tak berdasar tersebut. Dia menilai pembatasan itu melanggar haknya sebagai seorang WNI yang seharusnya memiliki status yang sama dengan WNI lainnya.
"Jelas saya tidak setuju. Saya bersuara bukan untuk saya saja tapi untuk pemain naturalisasi lain yang lebih muda. KTP kami itu tertulis WNI, enggak ada itu naturalisasi. Jadi WNI ya WNI. Separuh hidup saya adalah Indonesia," tegas Beto.
"Ini kok malah dibatasi. Enggak boleh seperti ini, enggak fair namanya. Semoga PSSI pikir baik-baik lagi," sambungnya.
Tinggalkan Brasil demi Indonesia
Pemain berusia 42 tahun tersebut juga menyebut bila keputusan untuk mengajukan proses naturalisasi bukanlah perkara mudah. Ia harus meninggalkan kampung halamannya demi menjadi WNI.
Beto juga mengungkit jasanya untuk Timnas Indonesia. Ia sempat membela tim Merah Putih saat Asian Games 2018, SEA Games 2018 dan Kualifikasi Piala Dunia 2022.
"Mereka harus menghormati kami. Apalagi kami sudah berusaha keras untuk Timnas Indonesia, untuk negara ini. Saya juga pilih negara ini daripada Brasil. Semua keluarga saya pindah ke sini, mau tinggal di sini. Saya berencana main dua tahun lagi, baru pensiun," tandasnya.
Advertisement