Bola.com, Kediri - Pada dua pertandingan terakhir, Persik Kediri mencatat hasil sangat impresif. Sebagai tim medioker yang terbenam di papan bawah klasemen, Macan Putih berhasil membalikkan fakta.
Tak tanggung-tanggung, dua tim yang dijungkalkan adalah Persib Bandung dan Persija Jakarta, klub legendaris Indonesia dengan materi pemain mentereng dan ditangani pelatih bereputasi tinggi asal Eropa, yakni Luis Milla dan Thomas Doll.
Baca Juga
Absen 3 Tahun Lebih, Ezra Walian Berambisi Comeback ke Timnas Indonesia: Saya Akan Menunjukkan dengan Kaki, Tidak Kata-kata
Catat Rekor 50 Laga Bersama Persik, Pelatih Asal Brasil Akui BRI Liga 1 Sangat Kompetitif
Kisah Ezra Walian, Spesialis Tendangan Pisang: Pewaris Nomor Punggung 8 Kebanggaan Bos Persik Arthur Irawan
Advertisement
Lebih spektakuler lagi, Macan Putih mengganjal Maung Bandung serta Macan Kemayoran yang sedang berburu poin guna mengejar ketinggalan dari PSM untuk menapak tangga juara musim ini.
Persik mempermalukan Persib 0-2 pada laga berstatus tandang di hadapan ribuan Bobotoh di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor, Rabu (8/3/2023).
Empat hari berselang, giliran Persija mati kutu menghadapi serbuan Persik Kediri yang ditutup dengan skor 2-0 di Stadion Brawijaya Kota Kediri.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Persib dan Persija Ciut!
Kekalahan menyakitkan ini membuat Luis Milla dan Thomas Doll bersungut-sungut menahan kecewa. Keduanya seolah sepakat tim besutannya bermain sangat buruk saat ditumbangkan Persik. "Ini kekalahan dan permainan terburuk Persib selama saya tangani," sungut Luis Milla.
Komentar Thomas Doll lebih frontal lagi menanggapi kekalahan Persija. "Tim ini tak punya mental juara. Kami main seperti tim Liga 2," ucap Thomas Doll dengan nada tinggi.
Apa sih rahasia Divaldo Alves sukses menjinakkan Persib dan Persija untuk menggenapi lima rekor kemenangan beruntun yang diraih Arthur Irawan dkk.? Berikut ulasan Bola.com mengamati kebangkitan Persik tersebut.
Â
Advertisement
1. Peran Baru Renan Silva dan Rohit Chand
Keberhasilan Persik berkat kecerdasan Divaldo Alves memberi peran baru untuk Renan Silva dan Rohit Chand. Alves paham betul dengan ketahanan fisik Renan dan Rohit yang telah berusia di atas 30 tahun tentu tak mampu bermain stabil sepanjang babak.
Makanya, di lima laga terakhir, dua peraih gelar Pemain Terbaik Liga 1 2019 dan 2018 itu diplot bermain lebih taktis. Renan hanya boleh beroperasi di setengah zona lapangan atas.
Alves benar-benar ingin mengoptimalkan skill tinggi Renan guna membantu alur serangan lewat umpan-umpan matang kepada striker Persik dari dua sayap dan jantung pertahanan.
Sementara tugas Rohit Chand sebagai buffer sektor gelandang yang berjibaku mulai garis tengah hingga daerah pertahanan Persik. Di area ini, Rohit dibantu gelandang lokal yang lebih bertenaga, seperti Arthur Irawan, Bayu Otto, Fitra Ridwan, dan Adi Eko Jayanto.
Rohit Chand baru berani naik membantu serangan, jika otoritanya dianggap sudah aman dari gangguan lawan.
Â
2. Duet Benteng Tangguh
Di jantung pertahanan, Alves sudah menemukan formasi terbaiknya. Yaitu menduetkan bek tengah asal Brasil, Anderson Nascimento dan Al Hamra Hehanusa, yang memiliki karakter nyaris sama.
Hamra Hehanusa berperan sebagai penyapu ranjau ketika bola mengancam benteng Persik. Bek muda eks Persija ini dilarang menguasai bola terlalu lama.
Karena tugas membangun permainan dari bawah diberikan kepada Anderson. Bek asing ini berkarakter tenang dan punya visi bagus membaca permainan.
Duo bek tengah ini seperti sejoli yang sudah sehati. Di lini belakang, mereka paham kapan harus saling mengisi dan menutup kelemahan masing-masing.
Jika kita amati, tiga gol sundulan kepala Hamra Hehanusa berkat chemistry dengan Anderson. Ketika Persik punya peluang dari bola-bola mati, Anderson sebagai pengganggu bek lawan.
Saat duel udara, Anderson tidak benar-benar ingin menyundul bola. Tapi dia membiarkan bola lewat untuk ditanduk Hamra Hehanusa yang leluasa berdiri di belakang Anderson. Kolaborasi mereka sukses mengelabui Victor Igbonefo dan Ondrej Kudela saat Hamra menjebol jala Persib dan Persija.
Â
Advertisement
3. Sirkulasi Dua Sayap
Posisi dua bek sayap Persik seolah jadi monopoli Agil Munawar di kanan dan Yusuf Meilana sebelah kiri. Kedua keduanya absen, Alves telah mencoba Fahad Abdullah dan Rangga Widiansyah sebagai pengganti Agil dan Yusuf.
Namun kualitas suksesor ini belum sepadan dengan duo bek utama. Agil dan Yusuf tak melulu bertugas membantu pertahanan.
Dengan kemampuan fisik prima, keduanya juga sering naik membantu serangan dari dua sisi sayap. Sirkulasi pinggir garis lapangan ini makin cair, ketika Faris Aditama, Riyatno Abiyoso, dan Feri Pahabol turun mengisi posisi yang ditinggalkan Agil dan Yusuf di belakang.
Â
4. M. Khanafi Jadi Kartu Turf
Ibarat duduk di meja judi sebuah kasino, Divaldo Alves adalah pakar bermain jenis Turf. Dia tahu betul kapan mengeluarkan kartu turf untuk mematikan lawan.
Di Persik, M. Khanafi lah kartu turf yang terakhir dikeluarkan Alves untuk membunuh RANS Nusantara FC, Persib, dan Persija. Khanafi dimasukkan saat stamina bek lawan mulai kedodoran.
Dengan kecepatan lari, kualitas dribel, dan finishing bagus, Khanafi berhasil empat kali menyarangkan bola ke gawang empat tim tersebut.
Yang luar biasa lagi, eks kapten tim Persedikab di Liga 3 itu dua kali mengolongi kiper kawakan Wawan Hendrawan (RANS) dan Reky Rahayu (Persib). Bahkan seorang Andritany Ardhiyasa pun hanya bisa melongo saat jalanya dikoyak-koyak M. Khanafi.
Advertisement