Bola.com, Jakarta - Striker andalan Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011, Titus Bonai, membagikan pengalamannya saat mengikuti kerasnya program pelatihan dan pendidikan pembentukan karakter.
Ketika itu, Titus dan sekitar 40 pemain yang mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-23 digembleng di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus), Batujajar, untuk bersiap menghadapi SEA Games 2011.
Baca Juga
Thom Haye Agak Menyesal Banyak Peluang Terbuang saat Timnas Indonesia Hadapi Jepang: Tapi, Mereka Memang Bagus Banget!
Zanadin Fariz Siap Hadapi Latihan Keras Ala Shin Tae-yong Jelang Piala AFF 2024: Tak Mau Buang Kesempatan Bela Timnas Indonesia
Terungkap! Saat Memperkuat Timnas Indonesia Melawan Arab Saudi, Thom Haye Memikirkan Anak yang Sedang Sakit di Belanda
Advertisement
Program yang berada di bawah naungan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) itu, merupakan upaya mempersiapkan skuad Garuda Muda untuk merebut medali emas di cabor sepak bola putra SEA Games 2011.
Titus Bonai mengakui, latihan ala militer yang dijalani setiap hari memang cukup berat. Menurutnya, ini adalah salah satu masa-masa sulit yang harus dilewatinya selama memperkuat Timnas Indonesia.
"Saat itu rasanya memang berat sekali, tetapi ya kami jalankan saja. Itu masa-masa yang memang sangat pahit," kata Titus Bonai seperti dikutip dari kanal YouTube Sport77.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bangun saat Subuh, Tidur Pakai Seragam
Salah satu tantangan berat yang harus dihadapi para pemain Timnas Indonesia U-23 kala itu ialah memulai aktivitas sejak dini hari. Sebab, mereka sudah harus bangun pukul 04.00 untuk beraktivitas.
Bagi pemain yang akrab disapa Tibo itu, aktivitas yang menuntut kedisiplinan semacam ini memang berat. Bahkan, agar bisa siap untuk mengikuti aktivitas sehari-hari, dia memilih untuk mengenakan seragamnya saat tidur.
"Kami sudah harus bangun saat subuh. Awalnya, kami memang sudah diberi tahu soal aba-aba ini. Tetapi, kami memang berbeda dengan militer," ujarnya.
"Ketika mendengar bunyi aba-aba, kami harus bangun langsung lari. Jadi, kami tidur sudah memakai seragam. Pokoknya jam empat subuh sudah harus siap," imbuhnya.
Advertisement
Gembleng Aspek Fisik dan Mental
Program yang berlangsung selama dua pekan itu memang secara khusus menggembleng kesiapan para pemain pilihan pelatih Rahmad Darmawan saat itu, terutama dari segi fisik dan mental.
Selama program ini berlangsung di institusi pendidikan yang melatih Korps Pasukan Khusus (Kopassus) itu, Tibo menyebut tidak ada satu pun aktivitas yang berkaitan dengan sepak bola.
"Kami harus menjalankan semua program yang mereka rancang. Kami melakukan seperti apa yang tentara lakukan. Tidak ada bedanya," ujarnya.
"Jadi, selama itu program yang berkaitan dengan sepak bola tidak ada sama sekali. Yang diasah adalah fisik dan mental," pemain asal Jayapura itu menambahkan.
Berakhir dengan Medali Perak
Setelah mengikuti program itu, Timnas Indonesia U-23 sebetulnya mampu mencatatkan kiprah yang mentereng di SEA Games 2011 yang saat itu berlangsung di Jakarta dan Palembang.
Mereka mampu lolos dari fase penyisihan dengan status sebagai runner-up Grup A. Indonesia tercatat menang atas Kamboja (6-0), Singapura (2-0), Thailand (3-1), tetapi kalah dari Malaysia (0-1).
Pada fase semifinal, Vietnam pun berhasil digilas dua gol tanpa balas. Sayangnya di final, skuad asuhan Rahmad Darmawan itu harus takluk dari Malaysia via adu penalti dengan skor 3-4.
Ketika itu, Titus Bonai, Egi Melgiansyah, dan Abdul Rahman sukses mengeksekusi penalti. Namun, Gunawan Dwi Cahyo dan Ferdinand Sinaga gagal menuntaskannya.
Advertisement