Bola.com, Phnom Penh - Menjelang laga Timnas Indonesia U-22 vs Timor Leste pada lanjutan SEA Games 2023, Minggu (7/5/2023), kami bertemu dengan suporter Garuda asli Kamboja.
Ahmath bin Osman namanya, bersama istri dan seluruh keluarga besar sengaja menyaksikan laga Timnas Indonesia U-22 karena satu hal: satu rasa.
Baca Juga
Media Vietnam Singgung Absennya Rafael Struick Jadi Kabar Buruk bagi Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
TC Timnas Indonesia di Bali untuk Piala AFF 2024 Diundur Setelah Pilkada, Dimulai 28 November 2024
Media Vietnam Sebut 3 Pemain Diaspora Bisa Jadi Kekuatan Utama Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Siapa Saja?
Advertisement
“Karena kami cinta Indonesia,” kata Ahmath. “Kami semua Muslim dari suku Cham.”
“Jadi kami support Timnas Indonesia U-22 atas solidaritas sesama Muslim. Kami belum pernah ke Indonesia tetapi kita saudara," katanya.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Belum Dapat Tiket
Ahmath bin Osman dan keluarganya menunggu tiket di gerbang utama Olympic Stadium. Ia mendapat informasi bahwa ada pembagian tiket.
Kami memberitahu mereka bahwa distribusi tiket pada laga Timnas Indonesia U-22 hanya berkisar 150 tiket saja.
Padahal saat laga lawan Myanmar, Permika (Perhimpunan Masyarakat Indonesia di Kamboja) mendapatkan jatah 1000 tiket dari KBRI di Kamboja.
Â
Advertisement
Datang dari Semarang
Selain itu, kami jugaa bertemu dengan WNI yang jauh-jauh terbang dari Semarang untuk menyaksikan Timnas Indonesia U-22.
"Saya bareng istri datang dari Semarang. Lawan Myanmar kita sudah datang, ini hari terakhir kami di sini," kata Bimo Triwicaksono.
"Mudah-mudahan bisa menang lagi dan lolos ke semifinal," ujar suami dari Angela Desi ini.
Sekilas Tentang Komunitas Muslim Kamboja
Komunitas Muslim di Kamboja, umumnya dikenal sebagai "Cham", berasal dari pengungsi dari Kerajaan kuno Champa yang melarikan diri dari Vietnam tengah 500 tahun yang lalu.
Komunitas telah menghadapi dua periode utama penganiayaan yang dramatis. Yang pertama dimulai dengan akhir kerajaan Champa pada abad ke-16, ketika Cham, yang sebagian besar adalah Sunni, dianiaya dan dibunuh, sehingga harus bermigrasi ke Kamboja.
Pada masa modern, umat Islam di Kamboja mendapat pengaruh besar dari Melayu. Banyak orang Kamboja yang beragama Islam belajar Al Quran ke Kelantan, Malaysia.
Islam menjadi agama minoritas yang paling banyak pengikutnya di Kamboja, yakni sebenar 2 persen. Itu masuk akal karena populasi grup etnik Cham juga mencapai 2,4 persen.
Â
Advertisement
Liputan Eksklusif SEA Games 2023 Kamboja
ÂÂÂView this post on Instagram