Bola.com, Malang - Timnas Indonesia U-22 berhasil melaju ke final SEA Games 2023 di Kamboja. Kepastian itu didapatkan setelah Tim Garuda Muda menekuk Vietnam dengan skor 3-2 di semifinal, Sabtu (13/5/2023). Pada laga final, Indonesia akan bertemu dengan Thailand di Stadion Olimpiade, Phnom Penh, Selasa (16/5/2023).
Perlu diketahui, sebelumnya Indonesia sudah tujuh kali melaju ke final SEA Games. Sayangnya, sejarah mencatat jika Merah Putih lebih banyak jadi runner-up ketimbang juara. Indonesia baru dua kali meraih medali emas.
Baca Juga
Terungkap! Mees Hilgers Rupanya Pernah Menolak Tawaran dari PSV Eindhoven
Otak-Atik Pertahanan Australia tanpa Harry Souttar di R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Wajib Dicermati Timnas Indonesia
Media Korsel Membandingkan Program Naturalisasi Pemain Keturunan Indonesia dan Malaysia: Ada yang Berhasil, Ada yang Gagal
Advertisement
Meski agak mengecewakan, di balik itu ada perjuangan yang sudah dilakukan. Terutama dari kursi pelatih.
Ada 6 nama yang membawa Timnas Indonesia sampai final SEA Games. Mulai dari Wiel Couver hingga Indra Sjafri. Yang menarik, dua pelatih lokal sudah pernah dua kali memimpin Indonesia ke partai puncak.
Inilah para pelatih yang pernah membawa Timnas Indonesia ke final SEA Games.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Wiel Coerver (1979)
Pelatih pertama yang membawa Indonesia menjalani laga final SEA Games, tepatnya pada 1979. Waktu itu, Indonesia menjadi tuan rumah. Sehingga partai puncak digelar di Stadion Senayan, Jakarta, atau yang kini dikenal sebagai Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Pelatih asal Belanda ini disebut sebagai Albert Einstein-nya sepak bola. Dia menjadikan Indonesia sebagai salah satu obyek eksperimen.
Untuk persiapan SEA Games 1979, Wiel memanggil 100 pemain untuk seleksi. Terjaring 30 nama untuk ikut pemusatan latihan.
Proses pemusatan latihannya tergolong sangat berat. Pemain menjalani karantina, tanpa ada hiburan dan latihan hingga tiga kali sehari.
Latihan fisik dilakukan di siang hari. Pemain seperti Iswadi Idris, Djoko Malis, Rudy Keltjes, hingga Ronny Pattinasarani ada dalam skuat utama ke SEA Games waktu itu.
Babak penyisihan, Indonesia hanya dua kali menang. Dua laga lain berakhir imbang melawan Malaysia dan kalah dari Thailand.
Dalam laga final, Indonesia kembali bertemu Malaysia. Sayang, di puncak justru Merah Putih menelan kekalahan tipis 0-1. Meski gagal meraih medali emas, setidaknya latihan berat yang diberikan Wiel bisa membawa Indonesia pertama kali ke final SEA Games.
Wiel sebenarnya bukan pelatih sembarangan. Sebelum menangani Indonesia, dia membawa Feyenoord Rotterdam jadi juara Piala UEFA 1974. Karena itu dia punya nama besar di Belanda. Sang pelatih tutup usia pada 22 April 2011 silam.
Advertisement
Bertje Matulapelwa (1987)
Pelatih asal Ambon ini memberikan medali emas pertama di SEA Games untuk cabor sepak bola, tepatnya pada 1987. Prestasi itu diraih karena Bertje punya waktu lumayan panjang untuk mempersiapkan tim.
Tercatat sejak 1985, mantan pemain PSA Ambon itu jadi pelatih Timnas Indonesia. Tugas pertamanya menangani Indonesia di SEA Games 1985 Thailand. Namun, prestasinya waktu itu hanya membawa Merah Putih sampai semifinal.
Dua tahun selanjutnya, skuat Indonesia sudah lebih matang. Apalagi SEA Games digelar di kandang sendiri, Jakarta. Namun dalam memilih materi pemain, kerjanya tidak mudah, karena Bertje harus menggabungkan materi pemain dari dua kompetisi, Galatama dan Perserikatan.
Namun, sisi positifnya, dia punya banyak pilihan pemain. Waktu itu pemain seperti Ricky Yakob, Herry Kiswanto, Rully Nere, Robby Darwis ada di dalamnya.
Hasilnya, Indonesia lolos dari fase grup bersama Thailand. Dalam laga semifinal, Timnas Indonesia melumat Myanmar 4-1. Sedangkan di partai final, Indonesia menang dari rivalnya, Malaysia, satu gol tanpa balas. Medali emas pertama sepak bola Indonesia di SEA Games pun didapat.
Bertje dikenal sebagai sosok yang dingin, karena itu dia kerap dijuluki sebagai 'Sang Pendeta'. Tercatat dia 4 tahun menangani Timnas Indonesia.
Setelah itu, dia melatih klub Pelita Jaya, Persegres Gresik hingga PSIM Yogyakarta. Tahun 2002, Bertje meninggal dunia dalam usia 61 tahun.
Anatoli Polosin (1991)
Nama yang satu ini sampai saat ini masih banyak disebut setiap kali SEA Games digelar. Pelatih asal Rusia tersebut yang memberikan medali emas terakhir sepak bola di SEA Games 1991, Filipina.
Namun, di balik prestasi itu, ada juga cerita latihan keras yang diterapkan Polosin. Tiga bulan sebelum SEA Games, pemain diberi latihan yang kabarnya di luar batas kemampuan.
Pemain muntah dan kabur dari pemusatan latihan sudah hal biasa karena latihan digelar tiga hari sekali dan didominasi program fisik. Sang pelatih ingin membuat pemain Indonesia punya stamina layaknya pemain di Eropa.
Fachri Husaini, Jaya Hartono, juga memilih tidak lanjut pemusatan latihan. Namun Polosin justru menemukan potensi para pemain muda. Seperti Rochy Putiray, Widodo Cahyono Putro, Sudirman hingga Peri Sandria.
Hasilnya, Indonesia tak terkalahkan di SEA Games, Filipina. Dalam fase grup, Indonesia menekuk Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Sedangkan di semifinal, mereka menang adu penalti 4-2 dari Singapura.
Dalam laga final, Indonesia bertemu lawan tangguh, Thailand. Setelah imbang tanpa gol di waktu normal, Indonesia menang 4-3 lewat adu penalti.
Setelah memberikan gelar medali emas, Polosin tak melanjutkan kariernya di Indonesia. Dia kembali melatih klub di negaranya, Rusia. Sang pelatih tutup usia pada 11 September 1997 di Moskwa, Rusia.
Advertisement
Henk Wullems (1997)
Dia jadi pelatih asal Belanda kedua yang berhasil membawa Indonesia ke final SEA Games. Henk Wullems. Merupakan pelatih dengan pengalaman mentereng di negaranya. Karena dia sempat melatih tim kasta tertinggi seperti NAC Breda, Vitesee dan Go Ahead Eagles , AZ Alkmaar.
Namun, sebelum menukangi Timnas Indonesia, dia lebih dulu jadi pelatih Bandung Raya. Baru di tahun 1996 dia menerima tawaran PSSI. Target medali emas SEA Games 1997 ada di pundaknya. Karena Indonesia menjadi tuan rumah.
Materi pemain Indonesia waktu itu dihuni banyak pemain berkualitas. Seperti Aji Santoso, Uston Nawawi, Roni Wabia, Ansyari Lubis hingga Fachri Husaini. Di fase grup, Indonesia sempat ditahan Vietnam 2-2. Namun tiga lainnya melawan Laos, Malaysia dan Filipina berhasil dimenangi. Di semifinal, Singapura yang dikalahkan 2-1.
Di final, lagi-lagi Thailand yang dihadapi. Setelah hasil imbang 1-1, pemenang ditentukan lewat adu penalti. Rony Wabia dan Uston Nawawi gagal menjaringkan bola, sehingga Indonesia takluk 3-5.
Jika melihat Henk, dia lebih pada sosok kalem yang bisa melakukan pendekatan dengan hati kepada pemain. Sehingga tidak ada cerita latihan fisik diluar batas kemampuan pemain di masa persiapan.
Karakternya ini membuat Henk diterima cukup lama di sepak bola Indonesia. Setelah tidak lagi menangani Timnas Indonesia, dia melanjutkan kariernya bersama PSM Makassar, Arema Malang dan Persegi Gianyar. Pada 2020, Henk meninggal dunia di Belanda.
Rahmad Darmawan (2011 dan 2013)
Sosok pelatih lokal jenius yang dimiliki Indonesia di era milenial. Rahmad Darmawan jadi satu-satunya pelatih yang berhasil membawa Indonesia melaju ke final dua kali beruntun, yakni SEA Games 2011 dan 2013. Sayang, dalam dua final itu Indonesia hanya meraih medali perak.
Waktu itu, RD, sapaan akrabnya berhasil mengumpulkan bakat-bakat muda Indonesia. Pada 2011, banyak yang meyakini tim ini bisa meraih medali emas.
Selain SEA Games yang berlangsung di Indonesia, materi pemainnya merata. Seperti Patrick Wanggai, Titus Bonai, Egi Melgiansyah, Hasim Kipuw, Kurnia Meiga, dan munculnya pemain naturalisasi Diego Michiels.
Pada masa persiapan, pemain sempat digembleng ala militer di Pusdiklatpassus, Batujajar. Secara mental dan fisik, pemain Indonesia bisa prima.
Hasilnya, empat laga penyisihan disapu bersih. Padahal Indonesia masuk di grup neraka. Mereka bisa menekuk Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Sementara di semifinal, giliran Vietnam yang dikalahkan. Sayangnya, di final mereka kalah dari Malaysia lewat adu penalti. Padahal Malaysia sempat dikalahkan di fase grup.
Pada 2013, RD kembali dipercaya jadi pelatih kepala di SEA Games Myanmar. Beberapa pemain pada edisi 2011 masih dipertahankan, seperti Kurnia Meiga, Diego Michiels, Egi Melgiansyah, dan beberapa nama lain. Namun, tim ini masih kurang ideal. Mereka tak punya striker tajam yang moncer di kompetisi ISL.
Satu-satunya striker murni yang dibawa adalah Yandi Sofyan Munawar. Namun, RD bisa membawa tim ini sampai ke final. Meskipun di penyisihan, Indonesia dihajar Thailand 1-4 dan ditahan Timor Leste 0-0.
Pada semifinal. Indonesia menang adu penalti dari Malaysia, tetapi akhirnya menyerah dari Thailand di final dengan skor tipis 0-1.
Sampai saat ini RD masih eksis melatih di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Barito Putera. Meski kariernya belakangan naik turun, di mana pada 2021, RD sempat melatih tim kasta kedua, RANS Nusantara FC dan membawa tim itu promosi ke Liga 1.
Advertisement
Indra Sjafri (2019 dan 2023)
Pelatih ini juga dua kali membawa Indonesia ke final SEA Games, yakni edisi 2019 dan 2023. Bedanya, Indra Sjafri masih punya peluang memberikan medali emas di tahun ini. Final melawan Thailand akan digelar pada 16 Mei nanti.
Dalam final pertamanya, Indra Sjafri menyerah dari Vietnam tiga gol tanpa balas. Waktu itu skema permainan Indonesia berantakan karena Evan Dimas mengalami cedera di babak pertama.
Namun, di sisi lain Vietnam seperti paham cara menjinakkan Indonesia. Sebenarnya, Indra Sjafri dikenal sebagai pelatih yang bisa membuat mental anak buahnya siap tempur. Namun, kehilangan otak serangan secara mendadak tak bisa diantisipasi sang pelatih.
Kini, dia dapat kesempatan kedua di partai final SEA Games 2023. Hanya saja, dia harus kehilangan bek kiri andalan, Pratama Arhan yang menerima kartu merah di semifinal melawan Vietnam.
Kini tinggal bagaimana Indra Sjafri membuat anak buahnya tidak kalah sebelum bertanding melawan Thailand di final.
Eksklusif Liputan SEA Games 2023
Advertisement