Bola.com, Jakarta - Jauh sebelum menjadi penjaga gawang top di Indonesia seperti saat ini, Andritany Ardhiyasa melewati perjalanan yang cukup panjang untuk bisa memantapkan posisinya sebagai kiper utama Persija Jakarta.
Karier Andritany di level senior dimulai bersama klub Divisi Satu Liga Indonesia, Pesik Kuningan. Setelah empat bulan, dia mendapatkan kesempatan besar untuk bergabung dengan klub raksasa, Sriwijaya FC, pada 2008.
Advertisement
Padahal, ketika itu, usianya belum genap 18 tahun. Andritany Ardhiyasa masih berstatus sebagai siswa Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan saat krisis penjaga gawang melanda Sriwijaya FC.
Kesempatan semacam itu memang membuat Andritany harus bersabar untuk bisa mendapat menit bermain. Ketika itu, di depannya ada deretan penjaga gawang legendaris seperti Ferry Rotinsulu hingga Hendro Kartiko.
"Saat itu, saya harus menjadi kiper ketiga terlebih dahulu setelah nama-nama seperti Ferry Rotinsulu hingga Hendro Kartiko," kata Andritany seperti dikutip dari kanal YouTube Vivagoal, Jumat (19/5/2023).
"Kira-kira, lamanya menunggu debut itu berlangsung selama setahun. Momen itu terjadi ketika mas Hendro cedera dan istrinya melahirkan, sedangkan Ferry juga cedera," tambah Andritany Ardhiyasa.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Muda Mesti Bersabar
Bersama Sriwijaya FC, Andritany Ardhiyasa memang tak mendapat banyak kesempatan bermain. Satu-satunya laga yang dicatatkannya ialah saat Sriwijaya FC bermain imbang 1-1 melawan Persik Kediri.
Namun, minimnya kesempatan seperti ini tak lantas membuatnya terpuruk. Sebagai pemain yang masih sangat muda, memiliki kesabaran dan kemauan untuk belajar merupakan kunci untuk bisa terus berkembang.
"Kalau waktu itu, saya justru berpikir bahwa sebagai pemain muda, punya KTP saja belum, tapi bisa bermain di tim besar bersama pemain top seperti Charis Yulianto, Ponaryo Astaman, Zah Rahan, Ferry Rotinsulu," katanya.
"Di situlah waktu di mana saya harus belajar dari mereka pemain senior. Sehingga, nanti suatu saat bisa seperti mereka, bahkan melebihi mereka," imbuhnya.
"Karena untuk umur pemain usia 16-17 itu saatnya belajar. Itulah mengapa, pemain muda harus belajar dari pemain senior. Tentu belajar dari sisi positifnya, bukan yang negatif," lanjutnya.
Advertisement
Tantangan Serupa di Persija Jakarta
Setelah mengakhiri masa kontraknya bersama Sriwijaya FC, Andritany memutuskan untuk mengikuti sang pelatih, Rahmad Darmawan, yang saat itu bergabung dengan Persija Jakarta.
Di bawah asuhan RD, Andritany juga masih menghadapi tantangan serupa. Selain masuknya nama Hendro Kartiko yang menjadi seniornya di Laskar Wong Kito, Tim Macan Kemayoran juga baru saja menambah satu kiper top berlabel Timnas, Jendri Pitoy.
Nama-nama kiper yang kemudian menjelma legenda ini memang memberikan pengalaman penting di masa-masa awal perjalanan karier Andritany. Dari mereka, dia bisa menimba pengalaman berharga untuk menjadi penjaga gawang berkualitas wahid.
"Makanya, ketika itu saya bermain bersama kiper-kiper hebat. Ada Ferry Rotinsulu, Hendro Kartiko, hingga Jendri Pitoy. Tiga-tiganya itu kan kiper top semua," ujarnya.
Simak Posisi Akhir Klub Favorit Kamu di Bawah Ini:
Advertisement