Bola.com, Malang - Gelandang Arema FC, Evan Dimas Darmono, membuat kejutan untuk musim depan. Ia menanggalkan nomor punggung 6 yang selama ini melekat dengan dirinya. Evan Dimas memilih nomor punggung 9 yang akrab dengan posisi penyerang.
Evan Dimas menjelaskan alasannya berganti nomor ini sebagai hasil refleksi jiwa. Mantan pemain Bhayangkara FC itu mengaku sebulan terakhir merenung untuk berganti nomor.
Advertisement
"Setelah 11 tahun pakai nomor 6, saya putuskan ganti ke nomor 9. Alasannya kualitas spiritual atau refleksi jiwa," ujar Evan Dimas.
Gelandang Arema FC merasa ingin memulai perjalanan dengan nomor punggung baru. Namun, bukan berarti ia ingin buang sial setelah beberapa musim terakhir performanya agak menurun.
Pada masa persiapan ini, Evan juga mengalami cedera betis dan hasil istirahat selama beberapa pekan.
"Bukan karena apa-apa, tetapi saya ingin memulai awal perjalanan yang baru," ujar Evan Dimas.
Sementara itu, di Arema FC sendiri, ada beberapa kisah pemain yang sukses dan gagal dengan nomor punggung 9. Dalam satu dekade, ada beberapa nama yang pernah mengenakannya, di mana rata-rata adalah penyerang.
Berikut deretan pemain bernomor punggung 9 di Arema FC:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Chmelo Roman
Pemain asal Slovakia ini bisa dibilang salah satu pemain yang paling sukses dengan nomor 9 di Arema. Roman datang ke Arema pada pertengahan musim 2008/2009.
Namun, awalnya dia memakai nomor 22. Baru di musim 2009/2010 dia memakai nomor 9. Dia tampil apik dan memberikan kontribusi besar membawa Singo Edan jadi juara ISL. Dia bermain sebagai second striker.
Selain jadi pelayan penyerang utama, dia juga rajin mencetak gol dan assist. Roman mengemas 15 gol dari 33 laga. Musim 2010/2011, dia mengoleksi 9 gol dari 24 pertandingan dan membuat Arema finish sebagai runner-up ISL.
Sayang, di era dualisme kompetisi, dia bermain untuk Arema IPL selama dua musim 2012 dan 2013. Kariernya mulai meredup bersamaan dengan carut marut kompetisi di Indonesia.
Dia sempat hengkang ke PSM Makassar pada musim 2014. Namun, permainannya dianggap sudah habis. Meski demikian, Roman meninggalkan kenangan manis Arema.
Sampai dia punya julukan yang sama dengan Cristiano Ronaldo ketika pertama pindah ke Real Madrid, yakni CR9, karena inisial nama dan nomor punggung yang sama.
Advertisement
Beto Gonvalves
Dia didatangkan Arema ketika berada di puncak karier, yakni musim 2013. Beto direkrut Arema dengan status top scorer ISL 2012. Ekspektasi Aremania sangat tinggi kepadanya. Dia bertahan dua musim bersama Singo Edan.
Musim pertamanya membawa Arema jadi runner up ISL 2013. Beto mencetak 14 gol. Sedangkan pada musim kedua, Arema FC takluk di semifinal ISL (kompetisi format dua wilayah) dan menyumbangkan 12 gol.
Bisa dibilang Beto gagal memenuhi ekspektasi karena di Arema prestasinya justru menurun ketimbang saat membela Persipura.
Bersama Arema, dia tidak bisa memberi gelar juara atau mempertahankan capaian top scorer. Padahal waktu itu Singo Edan dihuni banyak pemain bintang, seperti Gustavo Lopez, Cristian Gonzales dan lainnya.
Disinyalir, produktivitas Beto menurun karena dia dipasang sebagai penyerang sayap di Arema.
Samsul Arif
Striker asal Bojonegoro ini gabung Arema musim 2014. Namun, awalnya dia memakai nomor 11. Baru pada musim 2015, Samsul mewarisi nomor punggung 9 yang sebelumnya dipakai Beto Goncalves.
Sayang, kompetisi Liga 1 dengan titel QNB League waktu itu hanya berjalan tiga pertandingan karena FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI.
Namun, selama 2015, Arema meraih banyak gelar turnamen, seperti Bali Island Cup, Inter Island, Piala Jenderal Sudirman, Sunrise of Java dan lainnya.
Samsul jadi andalan utama di lini depan waktu itu. Dia bertandem dengan Cristian Gonzales. Namun, pada musim 2016, Samsul memilih hengkang ke Persib Bandung.
Advertisement
Gustavo Giron
Nama yang satu ini didatangkan Arema dari kompetisi semi-profesional di Australia. Gustavo Giron lahir di Kolombia, tetapi dia besar dan berkarier sepak bola di Australia.
Arema merekrutnya pada musim 2016. Dia mendapatkan nomor punggung 9, karena pemilik sebelumnya Samsul Arif, pindah ke Persib.
Namun, Giron gagal total di Arema. Dia hanya bertahan setengah musim. Giron bermain dalam 9 pertandingan dan mencetak 2 gol.
Pelatih Milomir Seslija melihat sang pemain tidak bisa beradaptasi dengan sepak bola Indonesia. Sehingga Giron lebih sering jadi cadangan.
Setengah musim berikutnya dia membela Gresik United. Setelah menyelesaikan satu musim di Indonesia, Giron memilih kembali berkarier di sepakbola Australia.
Robert Lima Guimaraes
Nomor 9 jadi angka sial di Arema pada musim 2019. Waktu itu striker asal Brasil, Robert Lima Guimaraes, pemiliknya. Penyerang berjulukan Gladiator itu hanya bertahan saat pra musim saja. Padahal manajemen Arema sudah memberikan kontrak.
Arema terpikat dengan aksi Gladiator lewat rekaman pertandingan di youtube. Namun, ketika sang pemain datang, kondisinya berbeda. Skill-nya tak terlalu terlihat karena kelebihan berat badan.
Dia hanya bisa mencetak gol melawan tim kasta kedua. Namun, saat bertemu tim selevel di Piala Indonesia dan Piala Presiden, Gladiator tak sanggup mencetak gol.
Ketika Arema juara Piala Presiden 2019, dia hanya bermain dua kali, setelah itu duduk di bangku cadangan. Menjelang Liga 1 diputar, dia didepak Arema.
Gladiator memilih pulang kampung ke Brasil karena di Indonesia tidak ada klub lain yang menampungnya.
Advertisement
Ahmad Nur Hardianto
Setelah Robert Lima Guimaraes di depan menjelang Liga 1 2019 bergulir, nomor 9 diberikan kepada Ahmad Nur Hardianto. Waktu itu dia dianggap pemain yang punya potensi karena sempat membela Timnas Indonesia U-23.
Sayangnya, Hardianto lebih sering jadi cadangan. Dari 15 pertandingan, pemain kelahiran Lamongan, Jawa Timur, itu menyumbangkan 3 gol. Kesempatan main yang minim membuatnya pindah ke Bhayangkara FC musim 2020.
Image nomor 9 di Arema seperti memberikan kesan negatif, karena tak ada lagi pemain yang berhasil dengan memakai nomor tersebut. Sepertinya para yang mengenakannya merasa punya beban tersendiri.
Carlos Fortes
Baru pada musim 2021/2023, Carlos Fortes tergolong jadi pemain bernomor 9 yang sukses. Dia membawa Arema finis di urutan 4 Liga 1.
Selain itu, striker asal Cape Verde tersebut jadi pemain tersubur kedua. Dia berhasil mengemas 20 gol. Fortes seakan mengakhiri kutukan nomor 9 di Arema. Dia pun jadi idola baru Aremania.
Selain punya skill bagus, Fortes sering mencetak gol indah. Sayang, kebersamaannya dengan Arema hanya berjalan 1 musim.
Dia hengkang ke PSIS Semarang yang memberikan kejelasan kontrak lebih awal. Sedangkan Arema belum sempat melakukan perpanjangan kontrak kepada sang pemain.
Padahal tim pelatih dan manajemen berharap ingin mempertahankannya waktu itu. Namun, justru di PSIS kariernya mulai redup.
Fortes lebih banyak berkutat dengan cedera. Andaikan dalam kondisi fit, striker berambut gimbal ini bakal jadi ancaman lini belakang lawan.
Advertisement