Bola.com, Surabaya - Timnas Indonesia gagal memetik kemenangan saat menjamu Palestina. Laga FIFA Matchday itu berakhir imbang tanpa gol di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Rabu (14/6/2023) malam.
Namun, skuad arahan Shin Tae-yong itu menuai banyak pujian karena tampil cukup apik dalam bermain agresif. Aliran bola juga lancar dari belakang maupun tengah menuju lini depan.
Baca Juga
BRI Liga 1: Transisi Bertahannya Lemah, Persis Dibuat Tak Berdaya oleh Dua Winger Timnas Indonesia
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Advertisement
Lini belakang Timnas Indonesia patut mendapatkan pujian dalam laga tersebut. Duet Rizky Ridho dan Elkan Baggott di lini belakang, terutama nama terakhir. Baggott menunjukkan peran vitalnya bersama Timnas Indonesia.
Dia mampu memimpin barisan pertahanan dengan sangat baik, entah saat bertahan maupun menyerang. Bek satu ini juga memiliki kemampuan build-up serangan dari belakang sehingga variasi permainan membuat laga berjalan sengit.
Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan cukup leluasa maju ke depan untuk membantu penyerangan. Elkan Baggott pun jadi bek terakhir Timnas Indonesia yang berulang kali menggagalkan upaya serangan Palestina.
Performa lini tengah pun cukup menjanjikan dengan Marc Klok menjadi jenderal di pos gelandang. Kunci permainan ada padanya, dibarengi dengan Marselino Ferdinan dan Ricky Kambuaya yang juga tampil apik.
Catatan positif menghiasi lini belakang dan tengah yang mampu tampil baik. Bahkan, performa Timnas Indonesia menunjukkan peningkatan. Sayangnya, catatan para pemain depan perlu mendapat perhatian.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perbandingan Statistik
Sejumlah peluang emas yang tercipta di depan gawang lawan gagal dikonversi jadi gol. Total dari 12 tembakan, cuma enam saja yang tepat sasaran.
Sementara Palestina tercatat melepaskan enam tembakan saat melawan Timnas Indonesia. Dari jumlah tersebut, satu di antaranya mengarah ke gawang.
Dominasi Timnas Indonesia juga terlihat catatan penguasaan bola. Laman Lapangbola merilis skuad Garuda membukukan 59 persen ball possession, berbanding Palestina yang 41 persen.
Timnas Indonesia yang menguasai pertandingan memang unggul total passing, yaitu 470 operan. Namun, cuma 380 saja yang akurat. Adapun Palestina mencatat 336 operan dengan total 259 passing di antaranya tepat sasaran.
Secara keseluruhan penampilan Timnas Indonesia layak diberi apresiasi, terutama untuk kinerja lini belakang dan tengah skuad Garuda. Sayang, sentuhan akhir masih menjadi pekerjaan rumah alias PR utama yang harus segera dibenahi.
Advertisement
Penyelesaian Akhir Masih Terkendala, Rafael Struick Jadi Warna Baru
Situasi ini nampaknya selalu jadi momok yang menghantui Timnas Indonesia dalam beberapa kesempatan. Penyelesaian akhir menjadi masalah kompleks yang terlihat di lini depan Garuda, termasuk dalam duel kontra Lions of Canaan.
Duet penyerang Dimas Drajad dan Rafael Struick sejak menit awal sebenarnya tak mengecewakan.
Kredit khusus juga pantas diberikan kepada Rafael Struick. Ini merupakan laga debut bagi pemain keturunan Belanda itu bersama Timnas Indonesia.
Rafael Struick bermain sangat baik dan menghadirkan warna baru di lini depan Garuda. Dalam laga ini, pemain ADO Den Haag di kasta kedua Liga Belanda itu tampil selama 45 menit di babak pertama.
Tidak hanya menciptakan sejumlah peluang berbahaya, Rafael juga tak segan merangsek lewat sayap untuk membuka ruang.
Dalam beberapa kesempatan dia melakukan kombinasi dengan Marselino Ferdinan. Kontrol bolanya juga apik, sehingga mempermudah kerja sama dengan rekan setim.
Penampilan Rafael Struick berakhir usai turun minum. Dia digantikan Dendy Sulistyawan pada babak kedua. Namun, Dendy tidak begitu tampil maksimal. Penyerang Bhayangkara FC itu minim mendapatkan asupan bola matang.