Bola.com, Surabaya - PSSI masih juga belum memberi pengumuman terkait evaluasi wasit. Padahal, publik mendesak ada hukuman untuk wasit kontroversial yang memimpin pertandingan di pekan kedua BRI Liga 1 2023/2024 lalu.
Persebaya Surabaya jadi salah satu klub yang dirugikan dengan keputusan wasit. Manajemen klub telah mendesak lewat kiriman surat kepada PSSI tertanggal 9 Juli 2023, namun belum ada respons. Padahal, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, juga menjabat sebagai Komite Wasit.
Baca Juga
Advertisement
Persebaya sempat jadi korban keputusan wasit kontroversial saat menjamu Barito Putera di pekan kedua lalu (8/7/2023). Duel itu dipimpin oleh wasit Thoriq Alkatiri dan berakhir dengan skor imbang 1-1.
Wasit berlisensi FIFA itu dianggap membuat keputusan kontroversial. Satu momen krusial menjadi sorotan yakni saat pemain belakang Barito Putera, Bagas Kaffa, menarik kaus pemain asing Persebaya, Song Ui-Young, hingga terjatuh di dalam kotak penalti.
Thoriq Alkatiri tidak menganggap tindakan Bagas Kaffa itu sebagai pelanggaran. Dia juga memilih tidak memberikan hadiah penalti meski insiden itu terjadi di depan matanya. Sontak saja, para pemain Persebaya Surabaya melancarkan protes.
“Kami menunggu bagaimana PSSI menyikapi keputusan-keputusan kontroversial di Liga 1 pada pekan 1 dan 2. Bukan hanya laga Persebaya lawan Barito, namun pertandingan-pertandingan lain,” kata Yahya Alkatiri, manajer Persebaya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Nantikan Sikap PSSI
Video rekaman ulang insiden ini juga telah beredar di media sosial. Banyak pecinta sepak bola nasional yang mempertanyakan keputusan Thoriq Alkatiri yang tidak memberi hadiah penalti.
Bukan hanya Persebaya, pada pekan kedua ada beberapa kejadian lain yang mengundang kontroversi. Selain wasit Thoriq, keputusan tidak tepat juga diberikan oleh wasit Nendi Rohaendi yang memimpin laga Bhayangkara FC melawan RANS Nusantara.
Tidak hanya satu, bahkan ada dua kesalahan fatal di laga tersebut yang berujung gol dan semuanya menguntungkan RANS.
Dari tayangan video yang beredar luas di masyarakat, penalti yang diberikan Nendi pada menit ke-36 kepada RANS setelah Abdul Rahman dilanggar di dalam kotak penalti tidak tepat.
Jelas terlihat Rahman menjatuhkan diri alias diving. Kesempatan tendangan penalti dimaksimalkan RANS untuk mencetak gold an unggul 1-0.
“Bagi kami, keputusan wasit yang bermasalah itu bisa menggerus kepercayaan publik akan proses tRANSformasi sepak bola Indonesia. Kalau hal itu terjadi, PSSI dan klub akan serba salah, melakukan apa pun tidak akan dipercaya publik,” imbuh Yahya Alkatiri.
Advertisement
Awas, Kehilangan Kepercayaan
Kontroversi kedua, gol penyerang Bhayangkara Dendy Sulistyawan pada menit ke-83 dianulir oleh wasit dan hakim garis. Posisinya dianggap offside, padahal, dari video yang beredar luas, posisi Dendy onside.
“Publik saat ini dengan mudah bisa menilai mana wasit yang tidak benar, mana klub yang selalu diuntungkan wasit. Publik mengamati secara langsung kinerja wasit melalui video dan foto yang demikian mudah viral,” ujar Yahya Alkatiri.
“Sangat bahaya jika PSSI tidak terbuka dalam melakukan evaluasi pada wasit. Jangan-jangan PSSI akan kehilangan kepercayaan seperti dulu lagi,” ucapnya.
Keterbukaan
Di masa kepemimpinan PSSI terdahulu, sebenarnya ada keterbukaan terkait evaluasi pada wasit-wasit yang bermasalah. Pernah ada wasit yang dihukum delapan pekan tidak boleh memimpin dan itu diumumkan PSSI.
Kondisi itu diterima oleh publik dengan sangat positif. Namun, belakangan tidak dilanjutkan. Evaluasi kembali dilakukan secara tertutup dalam pembahasan hukuman pada wasit-wasit bermasalah.
Selain keterbukaan proses evaluasi wasit, Yahya juga menuntut PSSI terbuka soal bagaimana struktur dan personel yang ada di Komite Wasit.
“Yang kami tahu saat ini adalah ketua komite wasit langsung dipegang Pak Erick Thohir yang juga ketum PSSI. Namun, siapa yang di bawah beliau tidak pernah tahu. Jangan-jangan orang lama yang bermasalah dan terus bercokol,” ucap Yahya.
Advertisement