Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya benar-benar kecewa dengan hasil sidang Komite Disiplin (Komdis) PSSI. Sebab, klub berjulukan Bajul Ijo mendapat sanksi berupa denda sebesar Rp25 juga dari hasil sidang pada 20 Juli 2023.
Sanksi itu dilandasi oleh fakta bahwa ada suporter Persebaya yang menyusup masuk ke pertandingan tandang. Itu terjadi saat Bajul Ijo melawat ke markas PSIS Semarang dalam pekan ketiga BRI Liga 1 2023/2024 di Stadion Jatidiri, Semarang, Minggu (16/7/2023).
Baca Juga
Advertisement
Dalam rilis yang dimuat oleh situs resmi PSSI, disebutkan bahwa jenis pelanggaran yang dilakukan Persebaya adalah adanya suporter Persebaya Surabaya sebagai suporter klub tamu yang hadir dalam pertandingan
Seperti diketahui, PSSI telah membuat regulasi bahwa suporter tim tamu dilarang hadir menemani timnya melakoni partai tandang dan tidak mendapat jatah tiket dari tim tuan rumah.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kecewa Berat
Direktur Persebaya, Candra Wahyudi, meluapkan kekecewaannya terhadap Komdis PSSI lewat sebuah artikel di situs resmi klub. Dia memberi tajuk “Di Mana Akal Sehat Komdis?” dalam tulisan tersebut. Berikut artikel lengkapnya:
Keputusan sepihak Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menghukum klub-klub Liga 1 terkait aturan larangan kehadiran suporter tamu mengusik akal sehat saya. Tidak semata karena mekanisme jatuhnya vonis yang semau Komdis sendiri. Pun karena latar belakang munculnya aturan yang rasanya sangat dipaksakan.
Sudah beberapa musim ini Komdis bersidang layaknya pengadilan sesat. Tidak ada pemanggilan ”terdakwa’’, mendengarkan keterangan ‘’saksi’’ atau kesempatan membela diri. Tahu-tahu Komdis bersidang dan menjatuhkan beragam sanksi. Mulai dari peringatan keras, larangan bermain, sampai denda uang, dengan nominal semau Komdis sendiri.
Advertisement
Tak Ada Banding
Bahkan, dalam beberapa vonis, Komdis menegaskan tidak ada upaya banding. Entah apa alasannya. Sekali lagi, semau Komdis sendiri! Kediktatoran macam apa ini. Sudah pengadilannya sepihak, vonisnya pun tidak bisa dibanding. Terus apa fungsinya Komisi Banding (Komding) yang juga bagian dari badan yudisial PSSI?
Di luar konteks bahwa Komdis menghukum semaunya sendiri, aturan larangan kehadiran suporter tamu memang memantik kontroversi. PSSI berkilah regulasi ini adalah bagian dari transformasi sepak bola Indonesia paska Tragedi Kanjuruhan. Harapannya, pertandingan jadi lebih kondusif. Tapi, aturan itu hanya sebatas deretan huruf yang terangkai menjadi kata-kata saja. Tidak ada teknis lebih detail saat mengaplikasikan di lapangan.
Bagaimana cara mencegah kehadiran tim tamu ketika tiket dijual secara online. Siapa saja bisa membeli. Dicekal lewat deteksi domisili? Masih bisa pinjam identitas suporter tuan rumah. Dicegah dengan larangan menggunakan atribut tim tamu? Tetap bisa masuk karena pakai atribut bebas. Baru di dalam stadion mengeluarkan atribut klub kesayangannya.
Sudah Berusaha Keras
Klub-klub pun bukan tanpa effort. Tim tuan rumah menyerukan tidak boleh ada suporter tamu yang datang. Ketika sudah ada yang telanjur datang, diupayakan langkah evakuasi. Tim tamu juga tidak tinggal diam. Persebaya, misalnya, selain merilis imbauan jangan away, juga menggelar acara nonton bareng. Ini sebagai ikhtiar meminimalisasi pergerakan Bonek ke kandang lawan. Efektif? Bisa jadi. Namun, tidak bisa menggaransi tidak ada Bonek yang away.
Nah, ketika kemudian ada Bonek di Stadion Manahan (Solo) dan Jatidiri (Semarang), apakah salah Persebaya? Apalagi ternyata dua pertandingan itu berjalan adem-adem saja. Tidak ada kerusuhan antarsuporter. Kedua kubu suporter saling menyemangati tim masing-masing dengan sportif. Bonek tahu diri ketika merayakan kemenangan di kandang Persis. Bonek juga berbesar hati ketika Persebaya kalah di markas PSIS.
Bukankah pemandangan seperti ini yang kita inginkan? Bukankah ini yang juga diharapkan PSSI? Nyatanya, akal sehat kita tidak sama dengan Komdis. Pertandingan yang lancar dan kondusif pun tetap dijatuhi sanksi. Tidak hanya Persebaya, juga klub-klub lain. Pokoknya, pertandingan yang ada suporter tamu langsung diganjar vonis Komdis.
Advertisement
Minta Solusi
Padahal, bagi sejumlah klub, kedatangan suporter tamu adalah berkah. Klub-klub dengan fans base yang besar adalah tamu yang ditunggu-tunggu. Bonek, Viking, dan Jakmania, misalnya, adalah penghasil cuan ketika mendukung tim pujaannya bertandang ke kandang lawan.
Apakah Komdis punya solusi? Entahlah. Apakah Komdis tahu bagaimana cara mencegah kedatangan suporter tamu? Rasanya juga tidak.
Sesuai statuta PSSI, anggota Komdis harusnya diusulkan oleh anggota dan dipilih dalam arena kongres. Tapi, Kongres PSSI pada 28 Mei lalu memutuskan menyerahkan kepada executive committee (exco). Dan, simsalabim, muncullah lima nama anggota komdis yang ternyata juga diisi orang-orang lama.
Sesuai namanya, Komdis harusnya punya tugas mulia. Menegakkan aturan pertandingan secara baik dan benar. Bukan malah asal menghukum dan menjadi mesin penghasil denda bagi PSSI.
Rekomendasi FIFA
Keputusan PSSI untuk membuat kebijakan melarang kedatangan suporter tamu sebenarnya didasarkan pada rekomendasi FIFA. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh Tragedi Kanjuruhan yang meletus pada 1 Oktober 2022.
Persebaya pun bukan satu-satunya klub yang mendapat sanksi dengan alasan serupa dalam sidang Komdis PSSI pada 20 Juli 2023. Arema FC juga menerima denda dengan nominal serupa karena suporternya hadir saat timnya bertanding di kandang Persik Kediri (15/7/2023).
Persik pun ikut terkena dampak menerima sanksi denda Rp25 juta dan sanksi penutupan sebagian stadion (tribun Timur tempat terjadinya penganiayaan dan atau perkelahian) sebanyak 1 pertandingan saat menjadi tuan rumah, sejak keputusan diterbitkan dan berlaku pada pertandingan terdekat.
Hukuman ini diberikan kepada Persik dengan jenis pelanggaran terjadi penganiayaan dan perkelahian antar suporter di tribun timur.
Sedangkan PSIS Semarang sebagai klub tuan rumah juga mendapat denda Rp25 juta dengan jenis pelanggaran adanya suporter Persebaya Surabaya sebagai suporter klub tamu yang hadir dalam pertandingan.
Advertisement