Bola.com, Jakarta - Pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia U-23 kembali menuai polemik. Masih ada enam pemain yang belum hadir dalam sesi latihan pertama Garuda Muda jelang tampil di Piala AFF 2023 pada Kamis (10/7/2023) lalu.
Keenamnya adalah Rizky Ridho dari Persija Jakarta, Beckham Putra dari Persib Bandung, Dzaky Asraf dari PSM Makassar, Alfeandra Dewangga serta Muhammad Adi Satryo dari PSIS Semarang, dan Kadek Arel dari Bali United.
Baca Juga
Timnas Indonesia Dibantai Jepang, Erick Thohir Pasang Badan soal Nasib Shin Tae-yong: Saya Minta Maaf dan Bertanggung Jawab
Sebanyak 1.500 Warga Korsel Padati Tribune Selatan SUGBK, Dukung Timnas Indonesia saat Hadapi Jepang
Arya Sinulingga Anggap Towel Cinta dengan Shin Tae-yong, Pengkritik Nomor 1
Advertisement
Kepala Badan Tim Nasional (BTN), Sumardji, pun mencak-mencak. Ia bahkan menuding para pelatih yang tidak mau melepas para pemain itu tak menghargai Timnas Indonesia U-23.
Sementara di sisi lain, para pelatih itu sebenarnya punya hak untuk tidak melepas para pemain mereka. Sebab, Piala AFF U-23 2023 bukanlah turnamen yang resmi masuk kalender FIFA.
Pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni memiliki pandangan mengenai polemik yang terus berulang itu. Ia mencoba memahami posisi kedua belah pihak.
"Saya paham jengekelnya manajemen Timnas Indonesia U-23, prespektif orang Indonesia kebanyakan itu kan tim nasional di atas segalanya," ujar Kusnaeni kepada Bola.com, Jumat (11/8/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Komunikasi Jadi Kunci
Namun, Mohamad Kusnaeni merasa komunikasi yang baik menjadi kunci dalam situasi seperti ini. Manajemen Timnas Indonesia U-23 harus mampu menyampaikan itu dengan baik kepada pihak klub.
Apalagi saat ini banyak klub BRI Liga 1 2023/2024 yang menggunakan pelatih asal Eropa. Mereka tentu memiliki kultur sepak bola yang berbeda dengan Indonesia.
"Menurut saya penting bagi manajemen Timnas Indonesia untuk melakukan komunikasi kepada para pelatih Liga 1. Mereka banyak yang datang dari Eropa, dan di Eropa itu jelas kalender tim nasional ya sesuai kalender FIFA itu," ujarnya.
Advertisement
Keunikan Sepak Bola Indonesia
Sementara di Indonesia, Kusnaeni merasa ada perbedaan kultur. Piala AFF entah itu di level umur berapapun masih dianggap penting.
Selain itu, ada pula agenda lain yang juga dianggap penting. Misalnya di SEA Games atau Asian Games.
"Di Indonesia itu beda, selain agenda FIFA, agenda AFC, ada pula ajang muti-event. Tidak semua pelatih paham iklim sepak bola di Asia, kuncinya ya di komunikasi, beri pemahaman," kata Kusnaeni.
"Buat Indonesia ajang AFF itu masih penting, karena sepak bola kita levelnya masih di AFF. Pencapaian di AFF itu selalu penting. Kalau Timnas tidak berprestasi di ajang itu, pelatih juga akan di-bully," sambung Kusnaeni.
Turunkan Ego
Lebih lanjut, Mohamad Kusnaeni juga meminta pihak manajemen Timnas Indonesia U-23 dan manajemen klub serta pelatih klub untuk saling menurunkan ego.
Mereka didorong untuk mencari solusi agar kepentingan Timnas Indonesia U-23 bisa terpenuhi. Juga kepentingan bagi klub yang akan berlaga di BRI Liga 1.
"Harus sama-sama menurunkan ego agar semua kepentingan tercapai. tidak ada yang salah dengan sikap klub, pelatih, manajemen, yang salah adalah komunikasi yang disampaikan dengan kurang baik," tandasnya.
Advertisement