Bola.com, Jakarta - Rochy Putiray memberikan pendapat mengenai pertemuan klub Indonesia dengan tim Hong Kong.
Kub Indonesia sangat jarang atau bahkan tidak pernah menghadapi wakil Hongkong di kompetisi antarklub Asia. Berbeda dengan Timnas Indonesia.
Baca Juga
Curhat Rochy Putiray, Iri Enggak Dapat Pelatih seperti Shin Tae-yong Saat Perkuat Timnas Indonesia
Rochy Putiray Merasa Timnas Indonesia Beruntung Punya Pelatih Seperti Shin Tae-yong: Dia Detail Sekali
Polemik Penolakan Bahrain Bermain di Jakarta, Eks Striker Timnas Indonesia: Bisalah Itu Diurus Erick Thohir
Advertisement
Sekarang, Bali United harus bisa melakukannya saat menghadapi Lee Man FC di preliminary stage Liga Champions Asia 2023/2024 di Stadion Hong Kong pada Rabu malam (16/8/2023).
Jika melihat peta kekuatan, Keduanya hampir sama. Nilai pasar tim juga hampir sama jika dilihat dari situs transfermarkt.com. Tapi yang membedakan adalah mental bermain. Hal ini diungkapkan oleh
Rochy bisa berkata demikian karena ia sempat membela beberapa klub asal Hong Kong. Mulai dari Instant Dict FC, South China, hingga klub langganan juara Kitchee SC. Di Liga Premier Hong Kong 2022/2023, Kitchee SC keluar sebagai juara.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Apa Perbedaan Mencolok?
Lee Man FC yang merupakan lawan Bali United di kualifikasi ACL 2023/2024, menempati posisi runner-up. Musim lalu, Lee Man diperkuat mantan bek Persebaya Surabaya Alie Sesay. Sedangkan South China, pernah dibela mantan bek Persib Bandung Bojan Malisic.
“Lawan Lee Man, sebenarnya mental Bali United lebih baik. Karena Liga Indonesia ini tekanannya jauh lebih besar dari Liga Hong Kong,” terangnya.
Yang ingin ditekankan oleh Rochy Putiray adalah bagaimana Bali United harus bisa menerima keputusan wasit yang tidak berlebihan. Ia sadar masalah di sepak bola Indonesia salah satunya adalah keputusan wasit yang kurang tepat.
“Peran wasit di Liga 1 itu penting. Apa-apa protes dan sebagainya. Wasit juga lebih pro ke tuan rumah kan. Kalau wasit di Liga Champions, pasti sudah lebih tegas. Harus bisa bisa beradaptasi dengan keputusan wasit berlisensi internasional. Kalau bisa seperti itu, saya yakin, bisa lolos ke fase berikutnya,” terangnya.
Advertisement
Kualitas Pemain
Soal kualitas pemain, Bali United juga dianggap tidak kalah dari Lee Man FC atau klub-klub di Liga Hong Kong lainnya.
“Kalau bicara kualitas pemain, saya tidak bisa terlalu banyak berkomentar. Tapi yang saya lihat, kualitas pemain juga ada pengaruhnya dengan profesionalisme sebuah klub. Bicara kualitas, saya lihat Bali United bagus manajemennya. Mereka bisa membuat fasilitas dan sebagainya menjadi lebih baik,” ungkap pria 53 tahun tersebut.
Bicara Pengalaman Saat di Hong Kong
Ketika meninggalkan Persija Jakarta dan pindah ke Hong Kong, Rochy mengakui persaingan di Liga Hong Kong saat itu cukup ketat. Dari sanalah profesionalitas dalam dunia sepak bola didapatkannya.
Perjalannya disana juga tidak mulus. Ia bahkan sempat harus turun ke tim reserve karena penampilannya yang menurun.
“Sudah sejak lama Liga Hong Kong itu sangat profesional. Dari sanalah saya memahami arti profesionalisme dalam dunia sepak bola itu seperti apa,” bebernya.
“Jadi mau sehebat apapun permainan, kalau tidak profesional ya sudah akan jatuh juga. Kalau bermain jelek di tim utama, ya sudah akan bermain di tim reserve sampai performanya benar-benar kembali. Main jelek, potong gaji. Potong gajinya bisa sampai 50 persen. Mau pemain itu sehebat apapun tapi buat pelanggaran kecil saja, pasti akan dihukum. Tapi tidak tahu ya bagaimana sekarang,” tutupnya.
Advertisement