Bola.com, Tidore - Klub baru di Liga 2, Malut United FC, hadir dan bisa menjadi simbol kebangkitan sepak bola di Maluku Utara. Bagaimana pelatih kepala Imran Nahumarury membangun pondasi kukuh skuadnya yang punya misi nantinya untuk bisa menembus Liga 1?
Imran Nahumarury ditunjuk klub Malut United FC sebagai nakhoda. Pelatih asal Tulehu, Maluku tersebut, mengaku tidak berpikir dua kali ketika ditunjuk untuk menangani klub yang baru berdiri pada Mei 2023 tersebut. Imran menyebutnya sudah seperti pulang kampung dengan menangani tim yang sementara berjulukan Laskar Kie Raha itu.
Baca Juga
Advertisement
Malut United memang tidak main-main dalam mempersiapkan tim untuk kompetisi Liga 2. Beberapa eks pemain Liga 1 direkrut seperti Ilham Udin Armaiyn, Hari Nur Yulianto, Ridwan Tawainella, Hendra Adi Bayauw, Bagus Nirwanto, dan Joko Ribowo.
Tidak hanya skuad pemain, Malut United bahkan sudah mempersiapkan dalam tiga tahun ke depan akan memiliki stadion sendiri. Stadion yang akan dinamakan Malut United Arena tersebut dibangun atas tanah seluas 6 hektar di Kota Sofifi, Maluku Utara. Arena itu berkapasitas 25 ribu hingga 30 ribu penonton dengan tipe single seat dan rencananya akan dilengkapi dengan fasilitas seperti wisma pemain dan pelatih serta akademi.
Ingin tahu lebih banyak Malut United dari kacamata seorang sang pelatih, Imran Nahumarury? Bagaimana caranya membangun fondasi kukuh tim dengan pendekatan personal? Para pembaca bisa menyimaknya dalam wawancara Bola.com.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Malut United Menjadi Wadah Pemain Lokal
Kehadiran Malut United, apakah bisa menjadi simbol kebangkamin sepak bola di Maluku Utara?
Ya, dari awal ketika saya dihubungi oleh owner klub, Pak David (Glenn), ada dua hal yang beliau sampaikan. Yang pertama itu sosial, yang kedua olahraga, kami fokus di sepak bola. Jadi, sepak bola bagi mereka di Ternate ini, khususnya Maluku Utara, itu agama kedua buat mereka. Jadi, tinggal bagaimana sepak bola yang sudah lama tenggelam, kami bangkitkan kembali lagi. Dulu kami tahu Persiter Ternate, suatu tim yang disegani di sepak bola Indonesia itu hilang. Akhirnya mereka tidak ada wadah. Pemain-pemainnya yang bagus-bagus diambil oleh tim-tim lain. Dengan kedatangan Malut United ini tentu menjadi wadah, menjadi tempat buat mereka untuk bisa meningkatkan performa mereka. Jadi, buat apa harus main di luar, sementara mereka punya tim Maluku Utara ini ada.
Apa misi atau target pribadi bagi seorang Imran Nahumarury di Malut United?
Ya, pertama saya pribadi ya, saya sangat antusias, sangat senang banget ketika dihubungi untuk melatih tim ini. Karena bagi saya, pulang kampung bahasanya. Membangun sepak bola Maluku secara keseluruhan, khususnya Maluku Utara, Itu impian saya. Dulu kami punya tim ada Persiter tapi sudah hilang. Ketika saya dihubungi untuk misi yang mulia ini, dari owner, itu saya langsung terima. Saya tidak berpikir dua kali karena saya dari dulu bermimpi supaya Maluku ini harus punya tim yang profesional. Itu membuat saya sangat senang karena saya berasal dari Maluku juga.
Advertisement
Keyakinan Tembus Liga 1
Seberapa yakin Coach Imran untuk mengantarkan Malut United nantinya menembus Liga 1?
Kalau saya punya prinsip begini, kalau tidak yakin, tidak usah hidup. Jadi, keyakinan itu yang membuat saya lebih percaya diri dan lebih semangat. Tapi, semangat tidak diikuti dengan kerja keras, nothing. Dari sini saya bilang buat buat anak-anak, jangan jadikan beban ya. Kami kerja keras, mencintai profesi. Kalau sudah melakukan yang terbaik, di ujung sana hasilnya nol, kami ada masalah. Kami tak mungkin mendahului keputusan Tuhan, itu enggak bagus. Jadi, ketika owner bilang target Liga 1, saya ambil. Bagi saya, seorang pelatih harus punya tantangan.
Beda hal ketika kami sudah membangun tim yang punya sejarah. Ini tim baru dengan ambisi yang sangat besar, dengan materi pemain juga yang bisa dikatakan baru, walau mereka berpengalaman. Tapi, menyatukan pemain-pemain yang berpengalaman beda. Chemistry antara mereka itu kan harus kami bangun dan itu butuh waktu. Makanya saya selalu ketika di luar lapangan juga saya membangun hubungan di antara mereka. Hubungan antara pemain Jawa dengan pemain Ternate itu bagaimana karena bagi saya itu penting.
Kalau di Eropa mungkin beda. Mereka ambil pemain-pemain besar, datang mereka sudah tahu lah karena mereka profesional. Kalau budaya di Indonesia, butuh waktu untuk bisa menyatukan pemain-pemain bintang ini. Kalau tidak, maka tim itu akan menemui berbagai masalah. Misalnya gini, kalau saya hanya mengandalkan satu, dua, atau tiga pemain, maka saya yakin dan percaya bahwa tim ini akan mengalami masalah besar. Maka dari itu tim ini ketika saya ambil mereka, yang pertama adalah bagaimana saya membangun football value bagi mereka. Di luar lapangan kami atau coba semaksimal mungkin membuat mereka nyaman, antarmereka juga nyaman, baru nanti di lapangan saya melanjutkan apa yang saya lakukan di luar lapangan karena penting bagi sebuah tim.
Oke, saya bayar kamu besar, kamu harus main maksimal, enggak bisa seperti itu. kami harus membangun itu dari luar lapangan. Jadi, saya yakin ,saya percaya bahwa apa yang kami inginkan, apa yang kami citakan, Insya Allah bisa tercapai. Saya yakin Insya Allah kami punya kesempatan untuk bisa tembus di Liga 1. Kalau kami hanya sekadar berkompetisi, enggak ada tantangan. Kalau enggak ada tantangan, enggak mungkin saya terima ini. Saya harus terima ini. Yang penting saya kerja, kerja, dan kerja.
Pendekatan Personal kepada Pemain Malut United
Menarik komentar Coach Imran soal pemain Malut United harus melupakan masa lalunya, maksudnya bagaimana?
Saya tipe orang ketika tim ini terbentuk, sebelum memulai latihan, saya akan memanggil secara personal, secara individu satu-satu. Saya dari hati ke hati, saya panggil. “Oke, saya butuh kamu. Saya tidak melihat masa lalu kamu. Tahun lalu kamu berapa gol, tahun lalu kamu memberikan prestasi yang bagus buat klub kamu, tidak! Saya ambil kamu nih karena saya tahu kamu masih bisa. Saya tahu kalian belum habis.”
Itu yang saya sampaikan ke mereka. Saya juga meminta mereka meupakan kebintanga, lupakan apa yang sudah dilakukan di klub yang lama. Kalau masih ingin bermain sepak bola kamu ingin mendapatkan sesuatu dari ini, maka harus lupakan semuanya. Kalau masih di zona nyaman, selesai. Lupakan itu, mulai dari nol lagi.
Itu tugas saya bagaimana membuat pemain kembali lagi. Tugas saya membuat mereka bangkit karena dengan begitu mereka akan tetap dibayar mahal.
Satu hal yang saya omongkan kepada mereka juga adalah di sini tidak ada pemain bintang, di sini tidak ada pemain inti, tidak ada pemain Jawa, tidak ada pemain Ternate. Semua adalah pemain Malut United. Siapa yang bekerja keras, dia yang akan main. Enggak perlu siapa itu. Pemain muda kerja keras, bagus, dia main. Itu bagaimana cara saya membangun sebuah tim.
Advertisement
Kenangan dengan Sepak Bola Maluku Utara
Apakah punya kenangan tersendiri dengan Maluku Utara?
Jaman dulu belum pisah dari Maluku itu kan ada Popda (Pekan Olahraga Daerah) setelah itu ada Popnas. Kita tuh sering main, sering bertanding mewakili daerah masing-masing. Nah dari situ saya sudah melihat bahwa memang Ternate ini banyak sekali potensi pemain yang berkualitas.
Dulu saya masih ingat selalu kita berhadapan dengan Persiter, kita berapa dengan Maluku Utara, selalu gengsinya sangat luar biasa. Ketika kita main di Stadion Gelora Kie Raha, itu sangat luar biasa. Dan, yang saya tidak pernah lihat di daerah lain adalah itu tidak hanya anak kecil, tidak hanya laki-laki, tapi ibu-ibu, ya perempuan, sangat antusias. Kalau Jakarta, ada ya beberapa lah. Tapi, di sini ketika sepak bola, itu banyak banget tuh ibu-ibu yang nonton. Itu artinya bahwa sepak bola tidak hanya dikenal oleh laki-laki, tapi semua.