Bola.com, Surabaya - Laga akbar bertajuk Derbi Jatim bakal tersaji pada akhir pekan ini. Persebaya Surabaya dijadwalkan menjamu Arema FC pada pekan ke-13 BRI Liga 1 2023/2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (23/9/2023).
Sudah menjadi rahasia umum jika kedua tim terlibat rivalitas sejak lama. Pertemuan antara Persebaya Surabaya dan Arema FC selalu melahirkan persaingan sengit di dalam lapangan.
Baca Juga
Advertisement
Tak jarang, suporter turut meramaikan rivalitas tim kebanggaan kedua tim. Bonek dan Aremania juga dikenal sebagai dua kelompok suporter yang memiliki hubungan kurang baik.
Dua kelompok suporter itu, belum bisa dipertemukan sehingga tak akan ada lawatan Aremania ke Surabaya ataupun Bonek ke Malang.
Munculnya perselisihan kedua kelompok suporter itu memang masih menjadi tanda tanya, mengingat kedua tim lahir dengan jarak tahun yang cukup jauh. Persebaya Surabaya lahir pada 1927, sementara Arema FC didirikan pada 1987.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rivalitas Malang Vs Surabaya
Artinya, selisih usia kedua klub ini mencapai 60 tahun. Saat Arema baru berdiri, Persebaya sudah bergelimang prestasi dengan menjuarai Perserikatan dan kompetisi nasional lainnya.
Banyak yang berpendapat rivalitas kedua kelompok suporter itu lahir, karena persaingan Persebaya dengan Persema Malang untuk menunjukkan yang terbaik di Jawa Timur. Warga Malang lantas mulai beralih mendukung Arema begitu didirikan pada 1987.
Selama ini, muncul berbagai catatan dan tulisan yang menyebutkan rivalitas antara Aremania dan Bonek merupakan representasi dari Malang dan Surabaya. Kedua kota itu memang dikenal sebagai dua kota terbesar di Jawa Timur.
Lantas, bagaimana awal mula persaingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya lahir, sehingga memunculkan perseteruan Aremania versus Bonek?
Â
Advertisement
Insiden Nurkiman
Pada 26 Desember 1995 menjadi tanggal yang tidak akan dilupakan Persebaya dan Bonek. Tanggal itu bisa dibilang merupakan satu di antara penyebab perseteruan Bonek dengan suporter asal Malang.
Pada tanggal tersebut, Persebaya melakoni partai tandang menantang Persema Malang dalam lanjutan Liga Indonesia 1995/1996. Singkat cerita, pertandingan yang berakhir dengan skor 1-1 itu kurang memuaskan suporter tuan rumah, Ngalamania.
Bus pemain Persebaya yang akan bertolak menuju Surabaya tiba-tiba dihadang sekelompok Ngalamania di tengah jalan. Kaca-kaca pun pecah dan salah satu pemain Persebaya, M. Nurkiman, mengalami luka pada mata bagian kiri.
Akibat insiden itu, mata kiri Nurkiman mengalami cacat permanen dan tidak bisa berfungsi seperti sedia kala. Pria kelahiran 8 Januari 1973 itu pun tidak bisa menjalani kompetisi musim itu secara penuh, karena berada di bawah penanganan medis.
Musim berikutnya, nama Nurkiman dipanggil ke dalam skuad asuhan Rusdy Bahalwan dalam Liga Indonesia 1996/1997. Namun, pria didikan Indonesia Muda, klub internal Persebaya, itu menolak tawaran tersebut.
Sampai saat ini, hubungan kurang harmonis masih menghiasi antara Bonek dengan Aremania, suporter Arema. Insiden yang menimpa Nurkiman ini disinyalir menjadi cerita awal rivalitas dua kelompok suporter ini.
Â
Sama-sama Sarat Prestasi
Seperti sudah disebutkan, kedua tim ini memiliki sejarah yang berbeda karena lahir di era yang berbeda pula. Tetapi, Arema dan Persebaya merupakan klub Jawa Timur yang sama-sama mengoleksi banyak gelar juara.
Persebaya, yang lahir pada 18 Juni 1927, memiliki sejarah panjang dengan berkiprah di Perserikatan, kompetisi sepak bola warisan pemerintah kolonial Belanda. Tim Bajul Ijo mengoleksi empat gelar Perserikatan, kedua terbanyak setelah Persija Jakarta.
Di sisi lain Arema yang didirikan pada 11 Agustus 1987, merupakan klub yang berkompetisi di Galatama. Kompetisi ini disebut sebagai semi-profesional karena membolehkan klub merekrut pemain asing, hal yang dilarang oleh Perserikatan.
Tim berjulukan Singo Edan itu mampu menjuarai Galatama edisi 1992 dengan masih bernama Arema Malang.
Pertemuan pertama Arema dan Persebaya terjadi pada Piala Utama 1992, tepatnya pada 25 Oktober 1992. Piala Utama adalah turnamen yang mempertemukan kontestan terbaik Perserikatan dan Galatama.
Persebaya kemudian keluar sebagai pemenang laga itu dengan skor 2-1. Kala itu, belum ada perseteruan suporter dari kedua klub ini.
Baru pada 1994/1995, Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu kompetisi dengan nama Liga Indonesia. Kompetisi itu sempat dinaikkan menjadi Indonesia Super League pada 2008 dan kini menjadi Liga 1 sejak 2017.
Persebaya tercatat memenangi dua gelar Divisi Utama Liga Indonesia, tepatnya pada tahun 1996/1997 dan 2004. Arema juga tidak ketinggalan karena menjadi yang terbaik merengkuh trofi Indonesia Super League 2009/2010.
Pada musim 2009/2010, rivalitas kedua klub seolah meruncing. Karena, saat Arema keluar sebagai kampiun, Persebaya justru terdegradasi ke Divisi Utama musim berikutnya.
Setelah musim itu, kedua klub sama-sama mengalami masalah dualisme akibat konflik yang mendera PSSI. Persebaya sudah menyelesaikannya, karena tim tandingan ini telah berganti nama menjadi Bhayangkara FC.
Namun, Arema belum merampungkan dualismenya hingga sekarang. Saat terdapat klub bernama Arema FC di kasta tertinggi, masih ada klub lainnya dengan nama Arema Indonesia yang juga melahirkan masalah di internal Aremania.
Advertisement