Bola.com, Jakarta Nasib Liga Putri hingga saat ini belum ada kejelasan. PSSIÂ hingga saat ini belum juga mengumumkan kepastian kick off Liga Putri.
PSSI hingga saat ini baru menggelar Elite Pro Academi tiga level usia yakni U-16, U-18, dan U-20. Ketidakpastian itu tentu saja membuat peserta Liga Putri yang diikuti 18 klub Liga 1 dibuat bingung.
Baca Juga
Timnas Indonesia Gagal ke Semifinal Piala AFF 2024, PSSI: Pemain Sudah Tampil Maksimal
Skuad Timnas Indonesia yang Gagal di Piala AFF 2024 Awalnya Diproyeksikan untuk Pertahankan Medali Emas di SEA Games 2025
Cristian Gonzales Tawarkan Diri ke Erick Thohir Jadi Pelatih Striker Timnas Indonesia setelah Tersingkir dari Piala AFF 2024
Advertisement
Kabar teranyar, Persis Solo mengumumkan secara resmi pembubaran tim putrinya karena alasan belum ada kepastian kapan dimulainya Liga Putri tersebut.
Pengamat sepak bola, Syatila Bianca mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Padahal, kata wanita yang pernah terjun di lingkungan olahraga sebagai peliput ini, Indonesia tidak kekurangan talenta serta kompetisi yang konsisten digelar akan membuat gairah sepak bola Indonesia meningkat.
Dan tentu saja, masih kata Syatila Bianca dengan bergulirnya kompetisi sepak bola wanita, maka sudah bisa dipastikan akan berdampak positif terhadap kekuatan timnas wanita, di mana sang pelatih tidak akan kekurangan pemain.
"Tentunya sebagai pecinta sepak bola, kondisi ini membuat prihatin ya. Dimana pembinaan sepak bola wanita masih belum konsisten di Indonesia. Padahal, melihat negara-negara lain, khususnya di Asia, pembinaan sepak bola wanita ini bisa beriringan dengan pembinaan sepak bola putra," kata Syatila Bianca kepada Bola.com, Minggu siang (08/10/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Muaranya Tim Nasional
"Dengan adanya kompetisi wanita yang konsisten itu tentu saja akan berdampak bagus pada kekuatan Timnas wanita. Pelatih timnas wanita bisa memantau para pemain terbaik atau mencari pemain-pemain yang berpotensi mempunyai kualitas bagus. Kompetisi yang konsisten juga saya yakin bisa menaikan kualitas pemain yang ada sekarang," tambahnya.
Syatila Bianca menyebut selama empat tahun kompetisi wanita tidak bergulir, tentu hal itu akan menjadi beban tersendiri bagi para penggiat atau pelaku pembinaan sepak bola di akar rumput.
Tentu saja, dengan tidak adanya kompetisi maka sudah dipastikan animo masyarakat terutama para srikandi di Indonesia akan berkurang.
Syatila menduga ada beberapa faktor yang mungkin saja menghambat perhelatan kompetisi sepak bola wanita di Indonesia.
Advertisement
Menunggu
Salah satunya kemungkinan masih dianggap tabu masyarakat seorang wanita bermain sepak bola. Selain itu, kemungkinan PSSI hati-hati dalam memutar kompetisi sepak bola wanita, karena sudah dipastikan klub-klub Liga 1 masih ada dalam masa transisi menyangkut finansial setelah sebelumnya kompetisi Liga 1 pun vakum karena pandemi Covid-19.
"Saya kira ada beberapa faktor yang menjadi kendala untuk memutar kompetisi sepak bola wanita, pertama, masih tabunya sepakbola putri dikalangan para orang tua. Jadi, keterbatasannya pemain menjadi hambatan belum berjalannya Liga 1 putri sampai saat ini," tuturnya.
"Bahkan, untuk urusan kompetisi, sepakbola putri dinyatakan tidak sebagus cabang olahraga basket, voli, bulutangkis, maupun beberapa cabang olahraga lainnya. Dan tentunya saya melihat , sepertinya PSSI tidak mau membebani klub liga 1, dimana mereka juga banyak harus mengurus tim U-16, U-18, dan juga U-20," Syatila Bianca mengakhiri pembicaraan.
Â