Bola.com, Gresik - Pilus, dedengkot Ultrasmania, prihatin dengan bentrokan yang terjadi pascalaga Gresik United kontra Deltras pada Liga 2 2023 di Stadion Gelora Joko Samudro, Minggu (19/11/2023).
"Saya terkejut dengan insiden itu. Karena selama bertahun-tahun saya masih aktif di Ultrasmania, seingat saya tak pernah terjadi keributan di Gresik," kata Pilus.
Advertisement
Tanpa menyudutkan pihak kepolisian dan Ultrasmania, salah satu pendiri kelompok suporter di era Petrokimia Putra ini, menyebut ada masalah hubungan antara manajemen klub dan suporter.
"Info yang saya dapat, sebenarnya kemarin teman-teman Ultras ingin demo damai ke manajemen. Saya pikir hal ini wajar, ini bentuk kecintaan suporter kepada klubnya," ujarnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berubah
Pilus pun menjelaskan perbedaan atmosfer sepak bola di era Galatama, ISL dan Liga 1 sekarang ini.
"Eranya memang sudah berubah. Kami dulu, suporter sangat dekat dengan manajemen sehingga komunikasi dan hubungan jadi harmonis. Tapi sepak bola sekarang telah berubah, manajemen seperti eksklusif dan kurang akrab dengan suporter," tuturnya.
Padahal, lanjut Pilus, hubungan klub dan suporter merupakan simbiosis mutualisme.
"Era sepakbola industri membuat hubungan klub dengan suporter renggang. Kita hidup di Indonesia yang penuh kekerabatan. Jadi mari kita kembalikan warwah sepakbola kita yang damai," jelasnya.
Advertisement
Dampak Industrialisasi
Dampak industrialisasi itu, papar Pilus, menempatkan klub sebagai produsen yang menjual jasa tontonan. Sementara suporter diposisikan jadi konsumen yang butuh hiburan.
"Lihat saja banyak suporter klub di Indonesia melakukan protes atau sindiran seperti kalimat: kami suporter bukan konsumen. Kejadian kemarin murni antara Ultrasmania dengan manajemen yang tak melibatkan pendukung Deltras lho," jelasnya.