Bola.com, Jakarta - Aksi kekerasan yang dilakukan suporter klub di Indonesia kembali terjadi. Meski sudah dilakukan berbagai upaya edukasi, belum berdampak secara menyeluruh.
Pada bulan November ini setidaknya ada empat kejadian keributan suporter. Yang pertama adalah aksi kericuhan suporter Sleman yang masuk lapangan usai tim kesayangannya kalah dari Bali United. Kemudian, ada suporter Persiraja yang melakukan pelemparan terhadap tim tamu PSM Medan.
Baca Juga
Advertisement
Tak berhenti disitu, kericuhan terjadi setelah bentrok suporter Gresik United dengan pihak keamanan. Serta serangan terhadap bus tim Persiraja saat mereka pulang dari laga melawan SADA United.
Terbaru, kericuhan suporter Persib dengan pihak keamanan di area luar Stadion Indomilk Arena, Tangerang, saat Dewa United menjamu Persib Bandung, Minggu malam (26/11/2023).
Bukan hanya di Liga 1 dan Liga 2, di Liga 3 pun terjadi keributan suporter saat pertandingan di Jawa Timur dan Jawa tengah.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Komentar Pengamat
Menyikapi hal itu, pengamat sepak bola Tanah Air, Kesit Budi Handoyo meminta PSSI selaku federasi untuk lebih tegas dalam menerapkan aturan atau memberikan sanksi yang sepadan kepada kelompok suporter yang melakukan kerusuhan baik di kandangnya sendiri maupun di tempat lain.
"Mencermati beberapa kejadian yang melibatkan suporter, sudah waktunya PSSI lebih tegas lagi. Tidak usah kompromi lagi. Aturanya kan sudah ada, artinya bahwa suporter yang membuat kericuhan ya ikut saja itu aturan yang sudah ada. Kalau ada yang terlibat, urusan pidananya serahkan ke PSSI. PSSI ambil sikap di wilayahnya," kata Kesit Budi Handoyo kepada Bola.com, Minggu malam.
"Harus lebih tegas dan berikan sanksi berat. Ini sudah tidak bisa ditolerir lagi, sudah cukup banyak kejadian negatif yang melibatkan suporter ini. Masa masih belum jera juga dengan kejadian di Malang yang menewaskan ratusan nyawa," tambahnya.
Advertisement
Nama Baik
Jika terus terjadi, kata Kesit maka sudah dipastikan persepak bolaan Indonesia akan tercoreng, karena memiliki suporter yang senah dengan kericuhan meski tidak semua pecinta sepak bola terlibat di dalamnya.
Kejadian kerusuhan suporter yang bentrok dengan sesama suporter atau dengan pihak keamanan, menurut Kesit sudah dipastikan itu adalah oknum suporter yang tidak atau belum memahami esensi dari olahraga sepak bola itu sendiri.
Sepak bola adalah hiburan, dan ajang mencari prestasi bukan sebaliknya, malah keributan demi keributan terjadi di waktu yang berdekatan.
Apalagi, masih kata Kesit, saat ini Indonesia sedang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Seharusnya, suporter-suporter yang membuat keributan itu mempunyai rasa malu, karena dipastikan kabar keributan itu sampai ke telinga FIFA.
Mencoreng
"Yang jelas ini tentu akan mencoreng Indonesia, karena memiliki suporter yang suka membuat kerusuhan meski tidak semua ya. Sudah ada kejadian Kanjuruhan, tidak membuat suporter jera, masih ada saja keributan-keributan yang terjadi," ungkapnya.
"Saat ini Indonesia sedang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Pasti pemberitaan itu sampai juga ke FIFA. Apalagi kan FIFA sedang memantau Indonesia dalam rangka transformasi sepak bola Indonesia. Dikhawatirkan nanti FIFA punya pandangan suporternya ini ternyata sudah diatur padahal sudah ada kampanye dan sosialisasi pasca kejadian Kanjuruhan," tambahnya.
Advertisement
Sanksi Berat
Kembali ke PSSI, menurut pria yang sering tampil sebagai komentator jalannya pertandingan di beberapa stasiun televisi nasional ini harus ada hukuman berat bagi suporter yang membuat kericuhan.
Pasalnya, tanpa ada sanksi berat maka sudah dipastikan kejadian serupa akan kembali terulang.
"Solusinya hanya satu, sanksi seberat-beratnya agar ada efek jera. Tidak usah dikasih toleransi kepada suporter bermasalah. kasihan kepada suporter yang sudah berupaya tertib selama ini. Bila perlu, suporter yang terlibat kericuhan itu disanksi lama agar tidak bisa ke stadion," kata Kesit Budi Handoyo.