Bola.com, Malang - PSM Makassar hampir dipastikan gagal mempertahankan gelar juara BRI Liga 1. Sampai pekan 22 BRI Liga 1 2023/2024, juara musim 2022/2023 ini masih berkutat di papan tengah.
PSM Makassar ada di urutan 10 dengan 28 poin dalam klasemen BRI Liga 1 2023/2024. Performa tim berjuluk Juku Eja ini tidak konsisten, sehingga mereka tak bisa bersaing di papan atas.
Advertisement
Padahal tim ini masih ditangani pelatih yang sama, Bernardo Tavares. Pelatih 43 tahun asal Portugal itu dikenal sebagai pelatih jenius.
Musim lalu, Bernardo Tavares membawa PSM juara dengan materi pemain yang biasa-biasa saja. Justru di tangannya, ada beberapa bintang baru muncul, seperti pemain kembar, Yakob dan Yance Sayuri, Ramadhan Sananta, dan beberapa lainnya.
Kesuksesan musim lalu tak bisa terulang. Satu di antaranya lantaran konsentasi tim PSM harus terpecah. Banyak hal yang ditengarai membuat PSM melempem musim ini.
Seperti rumor finansial klub memburuk, sampai hilangnya kapten Wiljan Pluim. Tak cukup sampai di situ, mereka juga harus berkiprah di Piala AFC.
Sementara itu, dari segi kedalaman skuad, PSM Makassar seperti kurang mumpuni untuk tampil di dua ajang sekaligus. Dengan berbagai persoalan itu, wajar jika Tavares belum bisa membuat timnya kembali disegani.
Berikut faktor-faktor yang membuat PSM Makassar melempem musim ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diterpa Masalah Finansial
Sejak tengah putaran pertama BRI Liga 1 musim ini, persoalan ini santer beredar. Pemain PSM Makassar harus mengalami keterlambatan gaji. Bahkan Bernado Tavares sempat melelang trofi pelatih terbaik dan baju yang dikenakannya musim lalu.
Kabarnya, persoalan finansial tersebut sampai saat ini belum teratasi. Namun, tidak diketahui berapa lama keterlambatan gaji yang dialami pemain PSM. Satu yang jelas, jelang pekan 22 BRI Liga 1 melawan Bhayangkara FC, pemain PSM sempat mogok latihan.
Tentunya situasi ini membuat persiapan teknis Juku Eja terganggu. Wajar jika hasilnya mereka ditahan Bhayangkara meski pertandingan digelar di kandang sendiri, Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare. Padahal Bhayangkara FC merupakan juru kunci BRI Liga 1 saat ini.
Persoalan ini membuat PSM tak lagi menakutkan bagi tim lawan, meskipun saat mereka menjalani partai kandang. Saat ini, PSM sudah 4 kali kalah di kandang sendiri. Padahal musim lalu, Stadion Gelora BJ Habibie sangat angker bagi tim tamu.
Advertisement
Kehilangan Wiljan Pluim
Persoalan finansial membuat masalah lain di tubuh PSM. Kapten tim sekaligus playmaker andalan, Wiljan Pluim, pergi dari PSM Makassar. Bahkan dia sempat menghilang di pertengahan putaran pertama.
Padahal Wiljan Pluim merupakan pemain asing terlama yang pernah bermain untuk Juku Eja di era Liga 1. Pluim bermain di Makassar selama 7 tahun.
Sayang, musim terakhirnya dia hanya tampil dalam 9 pertandingan. Setelah itu dia menghilang dan akhirnya pindah ke Borneo FC yang kini jadi pimpinan klasemen.
Itu membuat peluang bagi Pluim untuk mendapatkan gelar juara Liga 1 beruntun dengan dua tim yang berbeda.
Tidak dipungkiri, peran Pluim di PSM sangat besar. Dia membuat serangan Juku Eja lebih tajam. Belakangan, dia dibebaskan bermain di depan.
Hasilnya justru lebih efektif karena tenaganya hanya untuk membangun serangan. Dia tak dilibatkan saat tim bertahan. Selain itu, dia merupakan kapten tim. Sayangnya, itu sudah berakhir.
Konsentrasi Terpecah di Piala AFC
Tidak dipungkiri bermain di Piala AFC cukup menyita konsentrasi dan tenaga pemain PSM Makassar, karena mereka punya jumlah pertandingan lebih banyak ketimbang klub lain.
PSM berada di Grup H Piala AFC tahun ini. Namun, mereka tak punya kans lolos, karena di zona ASEAN hanya juara grup dan satu runner-up terbaik yang lolos ke babak selanjutnya.
Sementara PSM kini berada di urutan ketiga dengan 7 poin. Andaikan mereka menang di laga terakhir, PSM tak bisa mengejar runner-up terbaik karena tim di grup lain ada yang sudah memiliki 12 poin.
Berbeda dengan musim lalu, PSM hanya fokus di Liga 1. Risiko pemain cedera atau kelelahan lebih kecil.
Biasanya, tim pelatih harus memasang strategi menyimpan pemain untuk prioritas laga yang lebih penting. Jika pemain inti selalu tampil di setiap pertandingan, baik Liga 1 dan Piala AFC, dia akan kelelahan.
Advertisement
Kurang Greget di Bursa Transfer
Musim ini, PSM Makassar sudah kehilangan Wiljan Pluim dan Ramadhan Sananta. Dua pemain yang musim lalu jadi salah satu keberhasilan PSM jadi juara. Penggantinya, ada dua pemain asing yang direkrut di putaran kedua, yakni Victor Mansaray dan Ze Paulo.
Namun, mereka masih butuh adaptasi, mengingat keduanya belum berpengalaman tampil di Liga 1. Selain itu, PSM kini sering menurunkan pemain muda. Seperti Ananda Raehan, Andy Harjito, dan beberapa nama lainnya.
Seperti biasa, pemain muda tampil kurang konsisten. Terkadang ada beberapa laga mereka tampil di bawah performa terbaik.
Sebenarnya, musim lalu PSM juga tidak terlalu greget di bursa transfer. Pemain yang didatangkan tidak banyak yang memiliki nama besar.
Namun, Bernardo Tavares bisa memolesnya. Bedanya, musim ini ekspektasi di PSM lebih tinggi setelah meraih juara. Sehingga beban pemain muda PSM saat ini lebih berat.
Persaingan di BRI Liga 1 saat Ini
Advertisement