Bola.com, Jakarta - Piala Asia 2023 akan digelar pada 12 Januari hingga 10 Februari 2024. Ada 24 tim yang akan bersaing untuk bisa menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Timnas Indonesia akan berada di grup yang cukup berat pada ajang Piala Asia 2023, yaitu Grup D. Tim Garuda akan bersaing dengan dua tim kuat Asia, Jepang dan Irak, serta tim kuat Asia Tenggara, Vietnam.
Baca Juga
Advertisement
Pertandingan fase grup Piala Asia 2023 berlangsung dari 12 hingga 25 Januari 2024. Sementara 16 besar digelar pada 28 hingga 31 Januari 2024, kemudian semifinal digelar pada 6 dan 7 Februari 2024. Laga final digelar pada 10 Februari 2024.
Dalam sejarahnya, Timnas Indonesia sudah empat kali ikut tampil di ajang Piala Asia. Dimulai pada 1996 di Kuwait, 2000 di Lebanon, 2004 di China, dan terakhir 2007 di rumah sendiri.
Berbicara kiprah Timnas Indonesia pada setiap edisi Piala Asia yang diikuti, tidak dapat dipisahkan dari pemain-pemain yang menonjol selama keikutsertaan. Biasanya dilihat dari aksinya di atas lapangan.
Yuk simak siapa saja bintang-bintang Timnas Indonesia di setiap edisi Piala Asia berikut ini.
==
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Widodo C. Putro (1996)
Pada Piala Asia 1996, Timnas Indonesia tergabung bersama Kuwait, Korea Selatan, dan tuan rumah Uni Emirat Arab. Skuad Garuda diisi oleh pemain-pemain yang cukup menjanjikan saat itu.
Kurnia Sandy menjadi andalan di bawah mistar gawang, dengan Yeyen Tumena, Aples Tecuari, Sudirman, Marzuki Bardiawan, dan Agung Setyobudi mengawal lini pertahanan di pertandingan pertama menghadapi Kuwait.
Bima Sakti, Chris Yarangga dan Supriyono berada di lini tengah, di mana duet lini depan diisi oleh Ronny Wabia dan Widodo Cahyono Putro. Dalam laga inilah gol salto legendaris Widodo tercipta.
Pada menit ke-20 memanfaatkan umpan silang Ronny Wabia dari sisi kanan, Widodo yang berada di dalam kotak penalti bereaksi dengan melompat dan membalikkan badannya untuk melakukan tendangan salto. Bola dengan deras masuk ke dalam gawang Kuwait.
Gol tersebut mengundang decak kagum. Bahkan pelatih dan kiper Kuwait, sama-sama melontarkan pujian terhadap gol yang dicetak oleh Widodo itu. “Kungfu gol! Saya tiga kali memimpikan gol tersebut,” ucap pelatih Kuwait, Milan Macala, saat itu
Gol tersebut memang menjadi legendaris. Bahkan saking legendarisnya, gol-gol bintang dunia yang dicetak dengan cara yang sama kerap dikaitkan dengan nama Widodo, seperti yang dilakukan Wayne Rooney untuk Manchester United dalam laga derby menghadapi Manchester City pada Februari 2011.
Sayangnya Timnas Indonesia gagal mengamankan kemenangan dalam pertandingan itu. Meski sempat unggul 2-0 lewat gol Ronny Wabia pada menit ke-40, Kuwait mampu bangkit di babak kedua dan mencetak gol lewat Hani Al Saqer dan penalti Badr Haji Al Halabeej.
Poin yang diraih dalam laga kontra Kuwait itu menjadi satu-satunya poin Tim Garuda di Piala Asia 1996. Timnas Indonesia kemudian kalah 2-4 dari Korea Selatan dan 0-2 dari Uni Emirat Arab dalam dua laga selanjutnya, sehingga tersingkir sebagai juru kunci Grup A.
Advertisement
Tanpa Gol di Edisi 2000
Timnas Indonesia untuk kedua kalinya secara berturut-turut lolos ke Piala Asia pada 2000. Masuk ke putaran final sebagai juara Grup 7 fase kualifikasi, Tim Garuda tergabung dalam Grup B Piala Asia 2000, bersama China, Korea Selatan, dan lagi-lagi bersama Kuwait.
Jika dalam Piala Asia 1996 Timnas Indonesia bermain imbang 2-2 dengan Kuwait, pada edisi 2020 ini kedua tim kembali bermain imbang, tapi tanpa gol. Hasil imbang ini menjadi awal dari kiprah Tim Garuda di Piala Asia 2000.
Namun, nyatanya satu poin di laga awal tak bisa menyelamatkan Timnas Indonesia. Itu menjadi satu-satunya poin bagi Bambang Pamungkas dkk. selama tampil di Piala Asia 2020.
Satu hal yang paling menyakitkan bagi Tim Garuda di edisi kali ini adalah tak ada satu pun gol tercipta untuk Merah-Putih. Timnas Indonesia kalah 0-4 saat menghadapi China di pertandingan kedua dan kalah 0-3 saat bertemu Korea Selatan.
Ponaryo Astaman (2004)
Timnas Indonesia kembali lolos ke Piala Asia pada 2004 yang digelar di China. Tergabung di Grup A, Indonesia harus kembali menghadapi China yang kini menjadi tuan rumah, kemudian Bahrain dan Qatar.
Budi Sudarsono dkk. memulai kiprah di Piala Asia 2004 dengan menghadapi Qatar. Pertandingan ini menjadi sejarah bagi Tim Garuda karena untuk pertama kalinya meraih kemenangan di level Piala Asia.
Timnas Indonesia berhasil menang 2-1 atas Qatar dalam laga yang digelar di Workers Stadium pada 18 Juli 2004. Bahkan Tim Garuda berhasil unggul dua gol lebih dulu sebelum Qatar membalas pada akhir pertandingan.
Selain kemenangan pertama di Piala Asia, pertandingan Timnas Indonesia kontra Qatar juga menjadi istimewa bagi Ponaryo Astaman. Gelandang yang saat itu membela PSM Makassar itu mencetak gol kedua Indonesia lewat tendangan geledek dari luar kotak penalti yang meluncur deras ke sudut atas kanan gawang Qatar.
Dalam sebuah kesempatan, Ponaryo Astaman pernah menyebut gol indah yang diciptakannya itu hanya sebuah kebetulan yang terjadi di dalam pertandingan.
"Itu kebetulan juga. Kebetulan saja keren, itu mungkin yang paling tepat," ujar Ponaryo Astaman dalam acara Silaturahome Liputan6 pada 27 Mei 2020.
"Makanya kalau ada orang yang bilang tidak menduga gol seperti itu tercipta, ya memang tidak terduga. Yang menendang bola saja tidak menduga, apalagi yang hanya nonton," lanjutnya sembari tertawa.
Advertisement
Budi Sudarsono
Timnas Indonesia kemudian mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah Piala Asia berikutnya, yaitu pada 2007. Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Asia 2007 bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Ini menjadi pertama dan satu-satunya edisi di mana Piala Asia digelar di lebih dari satu negara penyelenggara. Presiden AFC saat itu, Mohammed Bin Hamman, yang menyetujui proposal tersebut dan kemudian menyesali keputusannya itu sebagai sebuah kesalahan.
Permasalahan logistik dan penyelenggaraan di empat negara disebutnya sebagai sesuatu yang sulit. Harus memiliki empat LOC, empat media center, dan juga pertimbangan keuangan menjadi permasalahan yang sulit teratasi.
Namun, Indonesia menjalani penyelenggaraan Piala Asia 2007 ini dengan penuh semangat. Mengusung tagline "Ini Kandang Kita", Timnas Indonesia diharap bisa berbicara banyak saat tampil di depan puluhan ribu pasang mata di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Timnas Indonesia bahkan berhasil mengawali kiprahnya di Piala Asia 2007 dengan kemenangan. Bermain di depan 60 ribu pasang mata pada laga pertama, Timnas Indonesia menang 2-1 atas Bahrain dalam laga pertama berkat gol Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas.
Gol Budi Sudarsono tercipta dengan cantik. Sebuah umpan chip Firman Utina ke kotak penalti. Budi Sudarsono berlari kencang dan lolos dari jebakan offside, kemudian melewati kiper Bahrain sebelum melepas tendangan terarah dengan kaki kirinya.
Kemenangan tersebut membuat penggemar Timnas Indonesia begitu bersemangat untuk memberikan dukungan yang lebih besar dalam dua laga tersisa di Grup D. Dalam dua laga berikutnya, SUGBK dipadati 88 ribu penonton.
Sayangnya, Timnas Indonesia justru kalah 1-2 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Korea Selatan dan gagal melangkah lebih jauh di Piala Asia 2007 yang pada akhirnya menjadi edisi terakhir Tim Garuda di kompetisi tersebut.