Bola.com, Malang - Komposisi tim pelatih Arema FC kini dihuni mantan pemain Liga Indonesia, mulai dari Widodo Cahyono Putro, Siswantoro, Kuncoro, FX Yanuar, Agung Prasetyo, hingga Galih Firmansyah.
Di antara nama-nama tersebut, ada tiga yang pernah merasakan kerasnya sepak bola Indonesia pada era 90-an, yakni Widodo, Kuncoro, dan Siswantoro. Ternyata, ketiga pelatih itu pernah terlibat dalam pertandingan yang panas. .
Advertisement
"Semasa bermain, siapa yang tidak kenal Widodo Cahyono Putro. Striker bagus. Saya dan Siswantoro main untuk lini belakang Arema. Dia di Petrokimia Gresik. Ya, zaman itu kita main keras biar dia enggak sampai cetak gol ke gawang Arema," kenang Kuncoro.
Semasa bermain, Kuncoro dan Siswantoro dikenal sebagai pemain temperamen dan keras. Tak sedikit pemain lawan yang menjadi korban pelanggaran keras kedua eks pemain Arema tersebut.
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dijuluki Tukang Jagal
Alhasil, Kuncoro dan Siswantoro dijuluki tukang jagal di lini belakang Tim Singo Edan. "Ya, saya ingat waktu itu. Saya main untuk Petrokimia Putra. Mainnya kasar," kata Widodo.
Pelanggaran keras seperti tekel hingga sikutan dari Siswantoro dan Kuncoro ditujukan kepada Widodo waktu itu. Pada era 90-an, bisa dibilang Arema FC bermain keras menjurus kasar.
Gaya bermain tersebut membuat lawan kehilangan nyali. Ditambah lagi tidak semua pertandingan disiarkan langsung oleh televisi. Sehingga pelanggaran-pelanggaran keras sering luput dari pantauan Komisi Disiplin PSSI.
Setelah 10 tahun berlalu, mereka justru bekerjasama sebagai tim kepelatihan Arema FC. Namun, tidak ada dendam di antara mereka. Justru ketiganya tertawa jika membahas masa lalu.
Advertisement
Belajar Militansi
Kerasnya sepak bola Indonesia pada 90-an bisa dibilang sudah luntur. Saat ini, permainan sudah berkembang ke arah yang lebih taktikal. Namun, bukan berarti tidak ada hal positif dari sepak bola masa lalu yang bisa dipakai saat ini, satu di antaranya adalah belajar militansi.
"Kalau sudah di lapangan, semua mati-matian demi tim yang dibela," tegasnya.
Kini, mereka coba mengembalikan militansi pemain Arema FC. Saat ditangani pelatih sebelumnya, Fernando Valente, pemain Arema disinyalir kurang nyaman. Sehingga militansi dalam bermain menurun.
"Pemain, dikasih gaji besar sekalipun jika tidak nyaman, di lapangan kemampuannya tidak akan muncul. Karena itu, kami coba membuat tim lebih nyaman saat ini," kata Widodo.
Dongkrak Performa Tim
Karena tim pelatih Arema FC semuanya adalah eks pemain profesional, jadi memahami yang harus diperbuat untuk mengangkat performa anak asuhnya. Mengingat saat ini, Arema berada di zona degradasi.
Tim Singo Edan berada di urutan ke-16 klasemen sementara BRI Liga 1 musim ini, dengan 21 poin. Sisa 10 pertandingan diharapkan bisa membuat Arema FC selamat dari degradasi.
Advertisement