Bola.com, Jakarta - Nama-nama pemain yang dinaturalisasi untuk memperkuat Timnas Indonesia memang tak semuanya memiliki masa guna yang panjang. Sebab, ada beberapa nama yang mengalami pasang-surut meskipun sebetulnya cukup bersinar di level klub.
Program naturalisasi memang sudah sering menjadi kebijakan instan yang ditempuh oleh PSSI demi mendongkrak prestasi Timnas Indonesia. Hasilnya, muncul nama-nama pemain yang kini jadi langganan Shin Tae-yong di skuad Garuda.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Advertisement
Namun, tak semua pemain yang telah dinaturalisasi bisa bertahan lama. Mereka justru tersingkir dan jarang dilirik meskipun sebetulnya punya kiprah yang cukup mentereng di level klub.
Setidaknya ada beberapa nama yang pernah meraih gelar juara di kompetisi domestik, tetapi jarang bahkan sudah tak pernah mendapatkan panggilan Timnas Indonesia. Berikut Bola.com menyajikan nama-namanya.
--
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ilija Spasojevic
Ilija Spasojevic juga termasuk sebagai pemain naturalisasi yang kariernya bersama Timnas Indonesia mengalami pasang surut. Namun, di tengah kondisi ini, dia bisa tetap bersinar bersama klubnya.
Pemain kelahiran Montenegro itu sebetulnya sudah mengukir debut untuk skuad Garuda sejak tahun 2017. Namun, setelah momen itu, Spaso justru sangat jarang mendapatkan panggilan Timnas Indonesia.
Selama momen itu, dia memang menjadi salah satu penyerang tertajam di Liga 1. Bahkan, Spaso pernah membawa Bali United menjuarai kompetisi secara back-to-back pada edisi 2019 dan 2021/2022.
Khusus musim 2021/2022, dia sukses merengkuh gelar top scorer. Spaso akhirnya dipanggil STY pada Piala AFF 2022. Namun, saat itu dia juga terhitung jarang bermain dan hanya menyumbang satu gol dan satu assist.
Â
Advertisement
Stefano Lilipaly
Pemain naturalisasi yang sebetulnya tampil konsisten di era Liga 1 ialah Stefano Lilipaly. Namun, hal itu tak lantas membuat winger kelahiran Belanda ini selalu menjadi langganan Timnas Indonesia.
Tak jauh berbeda dengan Spaso, Lilipaly punya catatan yang mengesankan selama berkarier untuk Bali United. Dia ikut membawa Serdadu Tridatu meraih dua trofi pada musim 2019 dan 2021/2022.
Namun, di era Shin Tae-yong, pemain berusia 34 tahun ini mengalami pasang surut. Dia tak banyak mendapatkan panggilan untuk memperkuat Timnas Indonesia, termasuk yang terakhir kali pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala Asia 2023.
Padahal, pada musim ini, kiprahnya begitu luar biasa. Fano sukses menghasilkan 11 gol dan 16 assist untuk Borneo FC. Dia juga berpeluang mengantarkan skuad Pesut Etam meraih gelar pertamanya di BRI Liga 1 musim ini.
Â
Alberto Goncalves
Alberto Goncalves termasuk sebagai pemain naturalisasi yang kiprahnya bersama Timnas Indonesia tak berlangsung lama. Dia mulai mengukir debutnya bersama skuad Merah Putih pada 2018.
Sejak saat itu, ada beberapa kejuaraan yang sudah pernah diikuti Beto, mulai dari Piala AFF 2018, Asian Games 2018, hingga Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Event yang disebut terakhir sekaligus menjadi momen pamungkas Beto memperkuat skuad Garuda.
Setelahnya, pemain asal Brasil ini tak pernah lagi dipanggil Timnas Indonesia. Padahal, dia menjadi salah satu striker yang cukup gacor di Liga 1. Pada musim 2019, misalnya, Beto menduduki urutan kedua di bawah Aleksandar Rakic.
Striker yang kini sudah berusia 43 tahun itu juga punya banyak peran krusial di level klub, terutama saat membantu dua klub kasta kedua, Persis Solo dan PSBS Biak, merebut tiket promosi ke kasta tertinggi.
Advertisement