Bola.com, Jakarta - Berhasil meraih tiga kemenangan beruntun di BRI Liga 1 musim ini membuat Arema FC untuk sementara lepas dari zona degradasi. Padahal hampir delapan bulan tim yang dijuluki Singo Edan itu berkutat di zona merah.
Saat ini, Arema berada di urutan ke-15 klasemen sementara BRI Liga 1 dengan 30 poin. Mereka unggul dua poin atas Persita Tangerang yang turun ke peringkat 16.
Baca Juga
Advertisement
Hasil bagus itu tak lepas dari keberhasilan pelatih Widodo Cahyono Putro sebagai arsitek baru. Padahal, Widodo tidak memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan Arema FC.
Seperti diketahui, dia baru melatih Arema pada 9 Februari 2024. Belum sebulan, eks pelatih Persita Tangerang itu menjalani tiga pertandingan dengan hasil poin maksimal.
RANS Nusantara (3-2), Persija Jakarta (3-2), dan Persikabo 1973 (1-0) menjadi korbannya. Lalu, apa sebenarnya yang dilakukan Widodo C. Putro berhasil membangkitkan Arema FC dalam waktu singkat?
Dia mengaku hanya membuat pemain lebih nyaman dan sedikit melakukan sentuhan taktikal. "Saya hanya sedikit melakukan perubahan. Membenahi kelemahan tim. Tetapi, intinya membuat pemain lebih nyaman," jelasnya.
Jika melihat tiga pertandingan yang sudah dijalani, setidaknya ada tiga perubahan yang mencolok di Arema FC sejak diasuh Widodo. Berikut ini tiga hal tersebut.
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Temukan Formasi Ideal di Lini Depan
Sebelum Widodo datang, Arema agak bermasalah dengan lini depan. Dari 24 pertandingan, Tim Singo Edan baru mencetak 26 gol.
Pada putaran pertama, mereka bergantung kepada Gustavo Almeida. Striker asal Brasil itu mengemas 14 gol dan jadi top skorer Liga 1 musim ini. Namun saat paruh musim, dia dilepas ke Persija Jakarta.
Sejak itu, Arema FC seperti kehilangan striker haus gol. Dedik Setiawan permainannya masih naik turun, sedangkan striker baru, Gilbert Alvarez tampil di bawah ekspektasi. Namun saat Widodo datang, dia melihat ada potensi lain di lini depan Tim Singo Edan.
Striker berpaspor Australia, Charles Lokolingoy, dipasang sebagai targetman. Karena sebelumnya dia lebih sering jadi winger. Adapun Dedik dipasang sedikit melebar dan menjadi striker bayangan.
Kolaborasi Dedik dengan Lokolingoy ternyata mampu menjadi formasi ideal. Tiga pertandingan, keduanya tampil moncer. Lokolingoy membuat empat gol dan satu assist, dan Dedik mencetak dua gol plus dua assist.
Widodo melihat chemistry pemain di lini depan membaik. Mereka saling memberi assist, dan sisi egois pemain ditekan. Mereka diminta saling memberikan bola kepada pemain yang punya posisi lebih ideal untuk mencetak gol.
"Pada latihan, lebih banyak finishing, karena latihan finishing itu menyenangkan bagi pemain. Dan efek positifnya bisa terbawa dalam pertandinga," jelasnya.
Jika melihat tujuh gol yang lahir dalam tiga pertandingan, mayoritas tercipta dari skema yang disiapkan dalam latihan. Seperti umpan-umpan crossing, satu dua sentuhan dan beberapa skema lainnya.
Â
Advertisement
Beri Kepercayaan Pemain yang Pernah Bela Timnas
Komposisi starting eleven Arema FC mengalami perubahan. Beberapa pemain yang sempat diparkir pelatih sebelumnya, Fernando Valente, kembali dipercaya. Seperti M. Rafli, Bagas Adi, dan Arkhan Fikri.
Widodo tak meragukan kemampuan para pemain lokal tersebut. Apalagi, mereka pernah menjadi bagian Timnas Indonesia kelompok usia dan senior.
Khusus Arkhan, masih mendapat beberapa kali kesempatan tampil oleh pelatih lama. Namun Rafli dan Bagas, lebih banyak jadi penonton di bangku cadangan.
Rafli dan Bagas sempat butuh waktu lagi untuk menemukan sentuhannya. Namun kini, mereka mulai memberikan kontribusi. Performa paling mencolok diperlihatkan Arkhan.
Gelandang berusia 19 tahun itu menjadi gelandang serang menggeser pemain asing Ariel Lucero. Ada sinyal jika Widodo memberikan kesempatan kepada pemain lokal agar tampil maksimal. Sehingga mereka punya kans kembali ke Timnas Indonesia.
Â
Taktik Mudah Dipahami Pemain
Jika melihat cara bermain yang diterapkan Widodo, bisa dibilang skemanya lebih mudah dipahami. Misalnya, ketika bermain di cuaca terik, pemainnya diminta menurunkan tempo.
Begitu juga saat bermain di lapangan yang rumputnya lebih tebal. Dia juga tidak memaksa anak buahnya memainkan ball possesion untuk membongkar pertahanan lawan.
Widodo lebih mengutamakan efektivitas permainan. Ternyata, skema yang mudah dipahami membuat pemain lebih lepas dilapangan.
Hal ini berbeda dengan skema Fernando Valente. Pelatih asal Portugal itu membuat pemainnya harus melakukan ball possesion. Baginya, menguasai permainan selama mungkin membuat lawan tidak punya kesempatan berkembang.
Namun nyatanya, permainan Arema justru kurang efektif. Mereka selalu menguasai ball possesion, tetapi minim mencetak gol. Berbanding terbalik dengan performa Arema FC di bawah kepelatihan Widodo.
Advertisement