Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia belum banyak berbicara di level Asia. Dalam Piala Asia 2023 di Qatar bulan lalu, mencapai 16 besar sudah jadi sejarah baru.
Namun, pengujung Februari, ada sebuah prestasi yang ikut membanggakan Indonesia. Dalam Turnamen Friendly Match Asia di Thailand 24-26 Februari, Indonesia mengangkat trofi juara. Namun turnamen itu masuk kategori U-45.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Advertisement
Indonesia diwakili oleh klub SDF Pandawa dengan materi mayoritas eks pemain profesional dan beberapa diantara pernah membela Timnas Indonesia. Seperti Suwandi HS, Nur Alim, Kamarudin Betay dan beberapa lainnya. Turnamen yang berlangsung di komplek Jai Fah Academy Football Training Center dan diikuti 9 negara di Asia.
Selain Indonesia, ada tuan rumah Thailand, Korea Selatan, Jepang, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar dan Malaysia. Negara-negara itu juga diperkuat beberapa mantan pemain profesional dan timnas.
Tiga pecinta sepak bola Tanah Air yang kemudian mempersiapkan tim untuk mewakili Indonesia, Yakni Yudistira Aswin, Ahmad Firdaus dan D. Ferdian.
“Undangan turnamen ini sampai ke teman-teman komunitas sepak bola di Jakarta. Kami putuskan berangkat dengan biaya sendiri,” kata Yudistira Aswin, yang berstatus sebagai manajer tim.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cerita Sebelum Tanding
Sebulan sebelum berangkat, persiapan baru dilakukan. D. Ferdian, mantan pesepak bola asal Malang yang bertugas mengumpulkan pemain dari beberapa daerah. Seperti Malang, Jakarta, Surabaya dan lainnya.
“Saya kumpulkan pemain yang sesuai dengan regulasi U-45 ke atas. Semua pemain saya sudah kenal permainannya di usia sekarang seperti apa. Karena sejak awal, kalau kami berangkat ke turnamen ini, harapannya harus juara,” jelas Ferdian.
Setelah mengumpulkan 18 pemain, tim ini terbang ke Thailand. Di babak penyisihan Grup, mereka meraih poin sempurna. Mengalahkan Kamboja, Jepang dan Thailand. Di semifinal, Vietnam dan Thailand juga dikalahkan. Meski sudah berusia diatas 45 tahun, mereka masih sanggup memainkan total lima pertandingan dalam tiga hari.
“Ada yang satu hari kami harus main dua pertandingan. Tim ini main penuh semangat karena rindu atmosfer pertandingan. Saya rasakan juga ada gengsi tersendiri. Saya ikut bermain sekaligus menentukan siapa yang starter dan masuk sebagai pengganti,” imbuh Ferdian yang jadi pemain sekaligus pelatih dalam tim ini.
Advertisement
Gengsi Negara
Meski semua pemain yang tampil di turnamen ini sudah cukup lama pensiun dari sepak bola, bicara tentang gengsi, mereka tak mau kalah.
Ada juga pemain yang baru pertama kali merasakan turnamen internasional.
Salah satunya mantan striker Persema Malang, Amin Zakaria. Pria yang kini bekerja di PDAM Kota Malang itu selama 14 tahun jadi pemain hanya berkiprah di Liga Indonesia. Justru setelah pensiun di sepak bola profesional, Amin baru merasakan turnamen internasional. Karena itu dia berterimakasih kepada pengurus tim yang melibatkannya dalam ajang ini.
“Baru kali ini saya merasakan even internasional. Meskipun di usia lanjut kepala 5, Tentu senang dan bangga apalagi jadi juara,” katanya.
Claudio de Jesus
Yang menarik, ada nama mantan pemain asing Arema, Claudio de Jesus. Dia ikut dalam tim ini karena sudah memiliki paspor Indonesia. Mengingat dia punya anak dan istri dan tinggal di Malang. Jadi, dia serasa sebagai pemain naturalisasi di kelompok usia 45 tahun.
Selain dua nama itu, Nur Alim, Suwandi HS termasuk pemain yang kenyang pengalaman internasional. Lantaran mereka sempat membela Indonesia di level senior maupun kelompok usia.
Mereka juga reuni dengan mantan pemain timnas yang bermain untuk Kamboja, Vietnam maupun Thailand. Di masa jadi pemain profesional, mereka sering bertemu di Piala Tiger (kini AFF).
“Ada beberapa pemain lawan yang dulu jadi pemain timnasnya. Jadi mereka reuni juga dengan mantan pemain timnas Indonesia,” lanjut Amin.
Advertisement
Berikutnya Piala Dunia U-45
Di balik romantisme masa lalu, dari segi permainan Nur Alim dkk tak kenal kompromi. Salah satu kunci keberhasilan Indonesia jadi juara, karena menjaga kondisi. Lantaran mereka sadar diri sudah tidak muda. Jadi, malam hari digunakan untuk istirahat total. Tidak untuk jalan-jalan menikmati wisata di Thailand.
“Di tim ini banyak pelatih yang punya lisensi A maupun A Pro. Jadi, mereka paham bagaimana jaga kondisi. Selain itu, mereka terbiasa memantau permainan calon lawan. Dan itu dilakukan sehingga saat bertanding, tetap pakai analisa, taktik dan strategi,” jelas Ferdian.
Setelah jadi juara di turnamen tingkat Asia, rencananya SDF Pandawa bersiap mengikut Piala Dunia U-45 yang juga akan diselenggarakan di Thailand. Karena Negeri Gajah Putih kini memberikan wadah bagi para pemain veteran untuk merasakan atmosfer kompetisi internasional.
“Rencananya pertengahan tahun ini Piala Dunia U-45. Juga di Thailand. Jika undangan sudah diterima, kami akan siapkan tim lagi,” kata Ferdian.
Lebih lanjut, para pemain SDF cukup kagum dengan fasilitas yang ada di Thailand. Karena cukup banyak lapangan bagus yang tersedia.
“Waktu turnamen level Asia kemarin, diselenggarakan di Lopburi City. Bukan kota besar seperti Bangkok. Tapi, fasilitas sepak bola lengkap dalam satu komplek,” pungkasnya.