Sukses


Eduard Ivakdalam, Legenda Timnas Indonesia asal Papua: Sudahi Ribut-Ribut Naturalisasi Vs Lokal

Bola.com, Jakarta - Legenda sepak bola Papua sekaligus Pelatih Persewar Waropen, Eduard Ivakdalam ikut ambil suara terkait polemik pemain naturalisasi vs lokal yang kembali berkembang beberapa waktu terakhir. Isu tersebut kembali naik usai M. Tahir mengucapkan pernyataan kontroversial.

Gelandang PSBS Biak itu secara blak-blakan mengomentari komposisi pemain Timnas Indonesia di era kepelatihan Shin Tae-yong dalam podcast Bicara Bola yang dipandu pemerhati sepak bola Indonesia, Akmal Marhali.

Pemain berusia 30 tahun itu menilai kualitas pemain lokal tak kalah dengan mereka yang baru saja mengucap sumpah Warga Negara Indonesia (WNI).Untuk membuktikannya, dia siap uji tanding dengan para pemain tersebut.

Sontak saja hal tersebut menjadi perhatian publik sepak bola tanah air. Apalagi, Tahir menilai kompatriotnya Alberto Goncalves - seorang pemain naturalisasi -masih layak membela panji Merah Putih di usia kepala empat.

"Apa yang sekarang ini lagi jadi bahan perbincangan bisa kita setop. Kembali lagi, pemain naturalisasi harus punya semangat juang yang tinggi sama seperti pemain-pemain kita (lokal)," ungkapnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Pandangan Eduard Ivakdalam

Pria yang akrab disapa Edu ini menegaskan dirinya tak ada masalah dengan makin menjamurnya pemain naturalisasi di Timnas Indonesia. Legenda sepak bola Papua itu menilai pemain yang telah mengenakan seragam Garuda merupakan orang Indonesia.

Untuk itu, dia berpesan agar semua pemain tak main-main saat mendapatkan panggilan negara. Sebab, ada tanggung jawab besar kepada ratusan juta penduduk Indonesia yang menantikan prestasi mereka.

"Kalau dia sudah memilih Indonesia berarti sudah sama-sama WNI. Harus benar-benar bertanggung jawab untuk mengangkat harkat dan martabat orang Indonesia melalui Timnas Indonesia," tegas Eduard Ivakdalam.

3 dari 5 halaman

Peringkat FIFA Melejit

FIFA baru saja mengumumkan peringkat terbaru selepas jeda internasional pada Maret. Hasilnya, Timnas Indonesia melesat ke peringkat 134 dunia usai dua kali mengalahkan Vietnam di kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

Hasil tersebut membuat Eduard Ivakdalam merasa bangga. Walau masih jauh dari impian semua orang, dirinya berharap Timnas Indonesia terus berkembangan di setiap pertandingan atau turnamen yang diikuti.

"Saya kira Timnas kita sudah berjuang maksimal. Saya bilang pasti dari setiap ini mereka ada peningkatan. Apalagi dengan banyaknya pemain naturalisasi yang datang. Kita berharap pasti terangkat," sambungnya.

4 dari 5 halaman

Pesan untuk Timnas Indonesia U-23

Timnas Indonesia U-23 mendapatkan misi berat saat berlaga di Piala Asia U-23 2024. Mereka diharap mampu menembus babak semifinal untuk mengunci satu tempat ke Olimpiade Paris 2024.

Pelatih berusia 49 tahun itu mengenang kembali waktunya saat membela Timnas Indonesia di Piala Asia 2023. Dia berharap Rizky Ridho dkk. tak lagi mengulang kesalahan yang dibuat pendahulunya.

"Itu bagian dari pengalaman saya, begitu lawan Korea Selatan sudah ketakutan dan lain-lain. Semoga ke depan kita sudah tidak lagi seperti itu."

"Harapannya kita bisa benahi industri sepak bola menjadi bagus dan akhirnya Timnas bisa terangkat ke level dunia," tutupnya.

5 dari 5 halaman

Keturunan Bukan Naturalisasi

Penggunaan kata naturalisasi sendiri, sejatinya tak sepenuhnya tepat. Para pemain yang pindah kewarganegaraan belakangan ini, sebenarnya masih memiliki darah Indonesia dari nenek moyang mereka.

Bisa dikatakan, mereka adalah pemain blasteran atau keturunan yang tengah berkarier di luar negeri. Walaupun secara istilah, proses perpindahan itu disebut naturalisasi istimewa.

Sementara itu, naturalisasi biasa adalah pemberian kewarganegaraan kepada seseorang yang mengajukan diri dan telah memenuhi syarat.

Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi yakni menetap di Indonesia selama lima tahun tanpa pernah pulang ke negara asalnya.

Video Populer

Foto Populer