Bola.com, Jakarta - Kompetisi Liga 1 hampir setiap musim memberikan tantangan berat kepada setiap pelatih kepala. Pelatih dipecat di tengah jalan seperti sudah jadi tradisi. Bahkan ada klub yang ganti pelatih sampai tiga kali dalam satu musim. Itu tak lepas dari tuntutan tinggi dari suporter dan manajemen.
Musim ini, sudah ada 9 klub yang berganti pelatih. Artinya separuh dari kontestan BRI Liga 1 2023/2024.
Advertisement
Catatan ini bisa dibilang lebih baik ketimbang musim-musim sebelumnya. Biasanya, lebih dari 50 persen klub melakukan pergantian pelatih setiap musim.
Namun, di balik fenomena tersebut, masih ada segelintir klub yang percaya dengan proses yang dilakukan seorang pelatih.
Bola.comĀ mengamati ada 4 klub yang minim mengganti pelatih kepala. Ada beberapa keberhasilan yang dicapai, seperti memberi trofi juara, mengorbitkan banyak pemain muda, hingga sekedar memperbaiki posisi di klasemen.
Berikut empat klub Liga 1 yang minim mengganti pelatih.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bali United
Bisa dibilang tim ini memegang rekor tak pernah ganti pelatih kepala sejak 2019. Artinya, sudah lima tahun berlalu, mereka hanya menggunakan jasa pelatih asal Brasil, Stefano Cugurra.
Faktor prestasi membuat mnajemen Bali United memberikan kepercayaan tinggi kepadanya. Pelatih yang karib disapa Teco itu berhasil memberikan dua gelar Liga 1, musim 2019 dan 2022.
Sejak ditangani Teco, Bali United selalu bersaing di papan atas setiap musimnya. Hanya saja, perjalanan sang pelatih tak selalu mulus di Bali United. Beberapa kali dia dihadapkan dengan tuntutan suporter yang memintanya untuk mundur.
Prestasi Bali United sempat goyah di paruh musim lalu. Namun, sejauh ini Teco berhasil mengembalikan kepercayaan fans.
Musim ini, Bali United sementara menempati urutan ketiga. Mereka masih punya kans untuk jadi juara dengan lolos ke Championship Series lebih dulu.
Advertisement
Persija Jakarta
Ā
Sejak musim lalu, Persija Jakarta mempercayakan kursi kepelatihannya kepada Thomas Doll. Pelatih asal Jerman itu bahkan kontraknya sudah diperpanjang sampai 2025 mendatang.
Thomas Doll saat ini belum memberikan gelar juara untuk tim berjuluk Macan Kemayoran. Tapi, dia berhasil mengorbitkan banyak pemain muda yang bakal jadi tulang punggung Persija beberapa tahun kedepa. Sebut saja Rio Fahmi, Resky Fandi, Dony Tri Pamungkas, dan lainnya.
Musim lalu, pelatih 57 tahun ini membawa Persija sebagai runner-up Liga 1. Sayang, musim ini Macan Kemayoran terlempar dari persaingan papan atas.
Saat ini mereka melorot ke urutan 11 klasemen sementara. Ditambah dengan perekrutan pemain yang kurang berhasil membuat performa mereka tak konsisten.
Contohnya seperti meminjam striker yang jadi top skorer paruh musim, Gustavo Almeida dari Arema.Ā Namun, di Persija justru dia kurang tajam.
Beberapa persoalan itu tak membuatnya dilengserkan dari jabatan pelatih kepala. Sepertinya manajemen Persija melihat jika sang pelatih hanya kurang beruntung musim ini, sehingga Doll masih dapat kepercayaan memimpin Persija.
Borneo FC
Ā
Sejak Februari 2023, Borneo FC mempercayakan kursi pelatih kepada Pieter Hustra. Pelatih 57 tahun asal Belanda ini memberikan efek positif bagi performa tim berjulu Pesut Etam.
Itu sebabnya, sampai saat ini, Huistra masih jadi pelatih kepala klub asal Samarinda tersebut. Diprediksi karir sang pelatih akan lebih panjang, karena saat ini, Borneo ada di puncak klasemen.
Tim berjulukan Pesut Etam ituĀ dipastikan lolos ke Championship Series dan punya kans jadi juara musim ini. Itu bisa jadi catatan sejarah bagi Borneo FC, dan Huistra akan jadi pelatih pertama yang membawa Pesut Etam juara Liga 1.
Jika melihat sejarah Borneo FC, sebelum Huistra datang, mereka tergolong sering gonta-ganti pelatih. Musim lalu (2022/2023), mereka sempat ditangani tiga pelatih. Milomir Seslija, Andre Gaspar dan Pieter Huistra.
Hal yang sama juga terjadi musim 2021/2022. Ada tiga pelatih yang bergantian menangani Pesut Etam. Seperti Mario Gomez, Risto Vidakovic, dan Fakhri Husaini. Dari pengalaman itu, manajemen Borneo tidak ingin sembarangan mencari pelatih.
Huistra bisa dibilang cepat beradaptasi dengan skuat Borneo FC. Maklum, dia pernah jadi Dirtek PSSI pada 2014 hingga 2015.
Saat ini, dia juga punya skuat mentereng di tim Pesut Etam. Pemain inti dan pelapisnya punya kemampuan setara.
Mereka punya pemain sekelas Wiljan Pluim, Stefano Lilipaly, Nadeo Argawinata, Fajar Fathur Rahman, Hendro Siswanto dan lainnya, sehingga dia tidak pusing jika ada pemain yang absen.
Advertisement
Barito Putera
Ā
Tim ini tergolong tidak doyan ganti-ganti pelatih. Sejak musim lalu, Rahmad Darmawan dipercaya jadi pelatih kepala.Ā Pada awal musim, pelatih yang akrab disapa RD ini sempat membawa Barito Putera bersaing di papan atas.
Namun,Ā beberapa hasil kurang konsisten membuat mereka kini ada di urutan 9 klasemen sementara.
Meski demikian, bisa dibilang prestasi itu cukup lumayan, karena beberapa musim terakhir Barito Putera terseok-seok di papan bawah, terutama musim 2021/2022 dan 2002/2023.
Menariknya, dua kali RD datang sebagai penolong, karena Barito Putera menempati urutan 15 dalam dua musim tersebut. Bedanya, setelah membawa Barito Putera selamat dari degradasi musim 2021/2022, RD pindah ke Rans Nusantara.
Namun, pelatih 57 tahun itu sepertinya berjodoh dengan Barito Putera. Kini dia memperbaiki Laskar Antasari dari tim papan bawah ke medioker. Wajar jika manajemen Barito Putera sampai saat ini memberikan kepercayaan penuh kepadanya.
Persaingan di BRI Liga 1
Advertisement