Bola.com, Surabaya - Keikutsertaan Indonesia dalam ajang dunia sudah mulai memberikan banyak dampak. Banyak acara olahraga dunia juga yang diselenggarakan di Indonesia dan menarik minat banyak pecinta olahraga.
Tapi, apa yang dialami oleh dokter tim Persita Tangerang, Pratama Wicaksana Wijaya, ini agak sedikit berbeda.
Baca Juga
Advertisement
Dia baru saja mengikuti sebuah konferensi yang diadakan oleh IOC atau Komite Olimpiade Internasional yang diselenggarakan pada 29 Februari hingga 2 Maret 2024 di Monako.
Acara itu bertajuk “7th IOC World Conference on Prevention of Injury and Illness in Sport”. Acara ini memberi kesempatan kepada para pesertanya untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dalam bidang pencegahan cedera.
Bukan cuma sepak bola, semua praktisi bidang olahraga bisa mengikuti acara ini, mulai dari atlet, pelatih, dokter tim, hingga fisioterapis.
Lantas, bagaimana cerita Pratama Wicaksana Wijaya bisa mengikuti acara level dunia itu dan menjadi wakil dari Indonesia?
--
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Syarat Lulus Kuliah
Itu bermula karena statusnya sebagai mahasiswa di program dokter spesialis Ilmu Kedokteran Olahraga Universitas Indonesia (UI). Dokter yang akrab disapa Tommy itu sudah memasuki semester lima dalam program pascasarjana yang diikutinya.
Syarat kelulusan dari program itu mengharuskannya menerbitkan artikel ilmiah di jurnal internasional terakreditasi atau prosiding. Nah, kebetulan, ada dosen yang menawarkan Tommy untuk mencoba mendaftar ke acara tersebut.
Proses itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Tommy pada Agustus 2023 lalu. Dia kemudian mengumpulkan syarat-syaratnya, dan diterima oleh pihak IOC untuk menjadi salah satu dari ratusan peserta di seluruh dunia.
“Untuk mendaftar ini sebenarnya agak merepotkan. Karena, peserta harus membiayai sendiri mulai dari keberangkatan, tiket pesawat, akomodasi selama di sana, hingga kembali ke negara asalnya,” kata Tommy kepada Bola.com.
“Beruntungnya, saya dibiayai oleh pihak UI setelah saya diterima jadi peserta. Jadi, urusan biaya tidak membuat saya bingung. Saya harus perlu menyiapkan kebutuhan dan bahan apa yang harus saya presentasikan,” imbuhnya.
Advertisement
Pencegahan Cedera
Rupanya, Tommy bukanlah satu-satunya orang Indonesia yang menjadi peserta di acara tersebut. Ada peserta asal Indonesia lain, tapi dia merupakan perwakilan dari federasi atletik Asia, bukan Indonesia.
Tommy mengajukan topik pencegahan cedera sesuai tema acara itu. Dia membawakan materi sesuai dengan pengalamannya sebagai dokter tim sepak bola.
Presentrasi Tommy bertajuk “Implementing a Digital Surveillance System alongside Injury and Illness Prevention Programms in Indonesian Professional Football Clubs”.
Topik itu membuatnya mengejawantahkan bidang yang selama ini ditekuninya. Dalam upaya pencegahan cedera, ada berbagai teknologi yang digunakannya agar pemain bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Dia menjabarkan secara rinci bagian-bagian mana di tubuh para pemain sepak bola yang kerap mengalami cedera. Data-data itu membantunya untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Pernah di Persebaya
Tommy sendiri memiliki pengalaman sebagai dokter tim Persebaya pada 2018-2022. Setelah itu, dia memutuskan hijrah ke Persita hingga sekarang sambil menjalani perkuliahan di UI.
Selama menjadi dokter tim sejak 2018, pria asli Kediri itu mengaku mencatat riwayat cedera semua pemain yang ada di bawah klub tempatnya bekerja. Data itu masih dipegangnya sejak di Persebaya hingga kini di Persita.
Data itu membuatnya bisa memberi masukan kepada klub bagaimana menangani atau melakukan pencegahan cedera para pemain sepak bola. Hal itu kemudian membuatnya mengajukan topik yang dikuasainya itu.
“Saya beruntung memiliki kebiasaan mencatat riwayat cedera pemain. Dari situlah, saya mengasah kemampuan analis saya bagaimana cara melakukan penanganan cedera. Data ini sangat dibutuhkan klub,” imbuh alumnus Universitas Brawijaya tersebut.
Advertisement
Pengalaman
Selama di Monako, Tommy mendapatkan banyak pengalaman berharga. Dia bertemu dengan pelaku yang berkecimpung di dunia olahraga dari berbagai negara di seluruh dunia. Itu membuatnya berkesempatan bertukar pikiran.
Kini, dia sudah memasuki semester enam di bangku perkuliahan. Pengalamannya di Monako telah membuatnya lebih mudah untuk bisa menyelesaikan program tersebut. Hanya saja, bukan hal mudah bisa lulus dari program Ilmu Kedokteran Olahraga.
“Mungkin sudah ada satu hal yang membuat saya semakin dekat dengan kelulusan. Tapi, saya tetap harus menyelesaikan tesis. Kemungkinan, saya baru akan lulus di semester delapan,” imbuh pria berusia 33 tahun tersebut.
Persaingan di Liga 1
Advertisement