Bola.com, Jakarta - Dua laga pekan ke-31 BRI Liga 1 2023/2024 yang berakhir dengan skor mencolok menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik. Sebab, dalam sejarahnya, kompetisi sepak bola Indonesia pernah diwarnai hasil pertandingan yang berbau kontroversial.
Pertandingan yang dimaksud ialah kemenangan telak Bhayangkara FC atas Persik Kediri dengan skor 7-0 di Stadion PTIK, Selasa (16/4/2024). Kemenangan The Guardian menjadi sorotan karena mereka berada di papan bawah, sedangkan Tim Macan Putih berada di papan tengah.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Pelatih Bahrain Mulai Ketar-ketir Jelang Lawan Timnas Indonesia: Sangat Sulit, Mental Harus Disiapkan!
Advertisement
Selepas pertandingan, manajemen Persik langsung bereaksi. Mereka merilis permohonan maaf atas kekalahan mencurigakan tersebut. Bahkan, manajemen membuka pintu bagi satgas anti-mafia bola untuk melakukan penyelidikan.
Sehari kemudian, tim pemuncak klasemen yang difavoritkan menjuarai kompetisi musim ini, Borneo FC, harus menyerah empat gol tanpa balas dari Madura United di Stadion Batakan, Balikpapan, Rabu (17/4/2024).
Dua hasil ini pun menimbulkan kegaduhan di media sosial. Tak sedikit pihak yang menaruh curiga dari dua partai tersebut. Apalagi, jika merujuk catatan sejarah, sepak bola Indonesia pernah tersangkut insiden sepak bola gajah. Berikut ini ulasannya.
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Persebaya vs Persipura
Jauh sebelum era Liga 1, panggung sepak bola di Indonesia pernah dihebohkan dengan skor fantastis di era Perserikatan musim 1987/1988 tepatnya pada laga antara Persebaya Surabaya melawan Persipura Jayapura.
Ketika itu, Persebaya disebut-sebut dengan sengaja 'mengalah' 0-12 dari Persipura. Menurut kesaksian eks pemain Persebaya, Muharom, hal ini dilakukan untuk 'menolong' Persipura sekaligus 'menjegal PSIS Semarang'.
"Kami semua sakit hati. Sampai akhirnya 21 Februari 1988, Persebaya ketemu Persipura (dulu masih bernama Irian Jaya) di Tambaksari. Posisinya kami sudah juara grup, sedangkan PSIS untuk lolos situasinya Persipura harus menang," kata Muharom lagi.
Muharom merasa keputusan manajemen tim 'mengalah' saat itu bukanlah sesuatu yang diharamkan. Selain itu, ada arahan dari manajer sebelum pertandingan untuk 'menolong' Persipura.
"Kalau versinya p ak Agil (manajer Persebaya), beliau alasannya cinta NKRI, jadi katanya Persipura Jayapura lolos ke Senayan itu hiburan buat masyarakat di sana. Saat semua pemain dikumpulkan, ada instruksi untuk 'menolong' Persipura."
Â
Advertisement
Insiden PSS vs PSIS
Babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia musim 2014/2015 juga pernah mengguncang dunia sepak bola Tanah Air. Sebab, duel antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang di Stadion Akademi Angkatan Udara (AAU), Sleman, itu diwarnai skandal sepak bola gajah.
Duel yang berakhir dengan kemenangan kubu Elang Jawa dengan skor 3-2 itu sarat kontroversi. Pasalnya, semua gol yang tercipta pada pertandingan ini berasal dari proses bunuh diri. Dari rekaman pertandingan, kedua tim seperti tak berniat bertanding.
Imbasnya, ada banyak pemain, pelatih, hingga ofisial mendapat hukuman berat dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Tak sedikit yang harus menanggung sanksi larangan seumur hidup akibat terbukti melakukan tindakan yang melanggar sportivitas itu.
Saat itu, aksi memalukan ini dilakukan kedua tim karena mereka menghindari menjadi juara Grup N. Pasalnya, mereka harus berhadap-hadapan dengan Pusamania Borneo FC yang saat itu jadi tim yang ditakuti.
Akibatnya, PSS dan PSIS sama-sama didiskualifikasi dari kompetisi. Dua kontestan yang akhirnya promosi ke kasta tertinggi, yakni Liga Super Indonesia, ialah Borneo FC dan Persiwa Wamena.
Â
Aceh United vs PSMP Mojokerto
Peristiwa lainnya yang pernah mengguncang sepak bola Indonesia ialah pertandingan Aceh United melawan PSMP Mojokerto pada babak delapan besar Liga 2 2018. Pertandingan ini juga terbilang penuh kontroversi dan pernah viral pada masanya.
Dalam duel yang berlangsung di Stadion Cot Gopu, Bireuen, Aceh, pada 19 November 2018 itu, PSMP sebetulnya hanya membutuhkan hasil seri melawan tuan rumah untuk merebut tiket lolos ke fase semifinal Liga 2 2018.
Momen ini bermula ketika mereka mendapatkan hadiah penalti ketika sudah tertinggal 2-3. Pada menit ke-88, eksekusi Krisna Adi justru melebar dari gawang. Krisna Adi ditengarai sengaja tidak memasukkan bola.
Kejanggalan lainnya muncul karena laga ini harus mundur 10 menit dari jadwal yang ditentukan. Padahal, seharusnya pertandingan digelar bersamaan dengan partai lainnya antara Semen Padang melawan Kalteng Putra di GOR Haji Agus Salim.
Imbas dari peristiwa ini, Krisna Adi mendapatkan sanksi berat dari PSSI. Dia dihukum larangan terlibat dalam dunia sepak bola Indonesia seumur hidup. Adapun PSMP saat itu hanya dilarang berkompetisi selama semusim saja.
Advertisement