Bola.com, Jakarta - Belum lama ini Satgas Independen Antimafia Bola mengungkap adanya kasus pengaturan skor yang terjadi di Liga 2 2018. Ada nama klub PSS Sleman yang tersangkut dalam kasus itu.
Sebanyak sembilan orang pun sudah diciduk oleh pihak Kepolisian. Bahkan, mereka juga sudah divonis untuk pihak terkait. Termasuk sosok legendaris bernama Vigit Waluyo.
Advertisement
Vigit Waluyo belum lama ini resmi mendapatkan vonis dari pengadilan akibat kasus itu. Meski harus diakui vonis untuk Vigit sangat ringan yakni lima bulan penjara saja.
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali mendorong hukuman itu tidak hanya menyasar pada individu. Klub yang terseret juga harus mendapatkan hukuman.
"Satgas antimafia bola sudah bekerja untuk mengungkap pengaturan skor PSS Sleman Vs Madura FC yang ada sembilan tersangka termasuk Vigit Waluyo, wasit, perantaranya, sudah dijatuhkan hukuman hukum positif meski sangat ringan," katanya kepada Bola.com.
"Secara de facto dan de jure telah terjadi pengaturan skor mengantarkan PSS juara Liga 2 2018, promosi ke Liga 1. Hukum positif sudah dijalankan, kami mendorong hukum Football Family juga dijalankan," sambungnya. Â
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diskualifikasi, Degradasi, dan Denda
Akmal Marhali menyatakan pihaknya mendorong Komdis PSSI untuk segera menjatuhkan hukuman kepada PSS Sleman. Sebab, di Kode Disiplin PSSI 2023.
"Saya mewakili SOS, meminta Komdis PSSI untuk segera menjatuhkan hukuman kepada PSS. Dalam Pasal 64 Kode Disiplin PSSI, yang melakukan pelanggaran match fixing secara sistematis hukumnya didiskualifasi, degradasi dan denda Rp150 juta," jelas Akmal.
Menurut Akmal, apa yang terjadi dengan PSS Sleman itu tidak hanya melibatkan individu saja. Tetapi sudah dilakukan secara sistematis.
"Ini bukan perorangan, ini sistematis dilakukan manajemen. PSS Sleman melakukan tindakan pengaturan skor untuk promosi ke Liga 1," sambungnya.
Advertisement
Mirip Juventus
Lebih lanjut, Akmal Marhali menyebut apa yang terjadi dengan PSS Sleman mirip dengan apa yang terjadi dengan Juventus di Italia pada awal 2000-an lalu. Kasus itu kemudian akrab disebut dengan Calciopoli.
Menurut Akmal, Calciopoli yang terjadi di Italia juga bisa dicontoh di Indonesia. Terutama dalam hal pemberian sanksi kepada pihak yang terlibat.
"Ini mirip dengan kasus Juventus. Sanksi memang harus segera diberikan agar marwah sepak bola kita terjaga. Kalau tidak, ini berpotensi akan berulang terus, karena hukumannya hanya menyasar individu," tandasnya.Â
Persaingan di BRI Liga 1 2023/2024
Advertisement