Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-23 tinggal selangkah menuju Olimpiade Paris 2024. Garuda Muda hanya perlu mengatasi Irak pada perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Kamis (2/5/2024) malam WIB.
Pertandingan ini jadi momen besar sesungguhnya bagi anak asuh Shin Tae-yong. Jika mampu menang di pertandingan ini, Timnas Indonesia U-23 bakal mengulang pencapaian bersejarah 68 tahun lalu saat berlaga di Olimpiade Melbourne 1956.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Advertisement
Walau begitu, tim Merah Putih tak boleh terlalu percaya diri. Kekalahan atas Uzbekistan pada fase semifinal lalu, memperlihatkan banyak pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan pada pertandingan nanti.
Apa saja deretan pekerjaan rumah pelatih yang akrab disapa STY tersebut? Bagaimana Timnas Indonesia U-23 mengatasi segala permasalahan tersebut untuk menggapai impian besar di depan mata? Berikut ulasan selengkapnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mencari Sosok Pengganti Rizky Ridho
Timnas Indonesia U-23 menghadapi persoalan besar jelang pertandingan ini. Mereka dipastikan berlaga tanpa sang kapten sekaligus pemain pilar di pertahanan, Rizky Ridho yang menerima kartu merah di laga sebelumnya.
Tanpa kehadirannya, STY dipastikan harus berhitung dengan cermat untuk mencoba beragam opsi. Kembali ke skema empat bek dengan menduetkan Justin Hubner dengan Komang Teguh atau M. Ferarri mungkin jadi piilhan ideal.
Tetapi jika pelatih asal Korea Selatan itu tetap bersikukuh menggunakan tiga bek, Ferarri jadi pilihan ideal untuk menggantikan peran seniornya tersebut. Atau bisa juga dengan mencoba menarik Nathan Tjoe-A-On sedikit ke belakang.
Advertisement
Variasi Build-Up Play
Salah satu kelemahan yang terlihat di laga semi-final adalah ketidakmampuan Timnas Indonesia lepas dari pressing tinggi Uzbekistan. Duo lapangan tengah, Ivar Jenner dan Nathan Tjoe-A-On mendapatkan pressing terus menerus.
Bila sudah begitu, trio pemain belakang termasuk kiper Ernando Ari tak punya pilihan lain. Melambungkan bola jadi opsi satu-satunya yang mereka miliki dan itu sangat tidak efektif untuk membangun serangan.
Mencari variasi build-up play bakal sangat krusial andai situasi serupa terjadi di pertandingan nanti. Salah satu duo lapangan tengah mungkin bisa turun untuk lepas dari pressing dan mendapatkan view yang lebih baik untuk mengoper bola.
Manfaatkan Peran Rafael Struick
Ketiadaan Rafael Struick di pertandingan semi-final begitu terasa. Ramadhan Sananta tak cukup mumpuni untuk menjadi connector serangan timnya saat melakukan build-up play dari sisi lapangan.
Berbeda dengan Struick yang lebih mobile dan memahami ruang, Sananta memang lebih bertipe target-man. Menjadi hal yang wajar bila pola permainan Timnas lebih terlihat saat Struick berada di atas lapangan.
Segitiga antara Struick, Marselino Ferdinan dan Witan Sulaeman dipastikan akan kembali muncul di pertandingan nanti. Ketiga pemain itu diharapkan mampu membongkar pertahanan Irak dalam situasi open-play.
Advertisement
Saatnya Bagas Kaffa Tampil?
Satu problem lain yang terlihat di pertandingan kemarin adalah betapa berlubangnya sisi kanan pertahanan. M. Fajar Fathurrahman dan M. Ferarri kepayahan mendapat tekanan bertubi-tubi Uzbekistan.
Sejauh ini, STY memang belum menemukan pemain ideal untuk mengisi posisi wing back kanan. Ilham Rio Fahmi yang memainkan peran ini di Persija Jakarta, tak cukup tangguh menghadapi pertempuran di level Asia.
Satu-satunya opsi yang belum dicoba adalah memainkan Bagas Kaffa. Bek asal klub Barito Putera itu sejatinya memiliki keseimbangan yang lebih baik ketimbang dua kompatriotnya di Timnas Indonesia U-23.
Walau begitu, ada keraguan apakah pemain asal Magelang itu bisa memahami peran bermainnya. Sebab, sedari kelompok usia 17 tahun, dirinya terbiasa bermain dengan skema empat bek alih-alih tiga bek.