Bola.com, Jakarta - Bagi pecinta sepak bola di Tanah Air, nama Fariq Hitaba mendadak tenar. Ia menjadi wasit yang sanggup memberikan pencerahan terhadap apa yang terjadi ketika Ramadhan Sananta offside dan Rizky Ridho mendapat kartu merah.
Saat itu, Hitaba menegaskan, keputusan wasit yang memimpin laga Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23, adalah benar. Artinya, Sananta offside yang membuat gol Ferrari dianulir, plus Ridho memang layak mendapat kartu merah.
Baca Juga
Advertisement
Komentar Hitaba sekaligus memberi pencerahan terhadap bahan perbincangan yang selalu viral dan cenderung memprovokasi hanya dari satu sisi saja. Nah, setelah Hitaba, pekan ini satu kata yang kembali terkenal : Guinea.
Kata tersebut bukan istilah, melainkan nama negara. Yup, Guinea adalah lawan yang harus dihadapi Timnas Indonesia U-23 dalam rangka mengejar mimpi tampil di Olimpiade 2024 Paris.
Seperti diketahui, setelah kalah dari Uzbekistan, pasukan Shin Tae-yong takluk dari Irak. Walhasil, kini satu-satunya peluang agar bisa merumput di Olimpiade Paris adalah menyingkirkan Guinea.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jadi Perbincangan
Guinea mendadak menjadi bahan pembicaraan rakyat Indonesia. Yup! Negara yang terletak di pesisir Atlantik yang jumlah penduduknya tak sampai 20 juta jiwa ini akan menjadi seteru Timnas U23 Indonesia di playoff guna mengantongi satu tiket ke Olimpiade 2024.
Mampukah Indonesia mengalahkan Guinea? Tak bermaksud jemawa, tak ada yang tak mungkin bagi Garuda Muda. Witan Sulaeman dkk tampil memesona pada laga sebelumnya di Piala Asia U-23 Qatar dengan kemenangan fantastis atas Australia, Jordania, dan Korea Selatan.
Sayang, di semifinal, tim asuhan Shin Tae-yong kalah dari Uzbekistan dan selanjutnya mengalami nasib yang sama kala bersua Irak dalam duel perebutan tempat ketiga.
"Ini kesempatan terakhir untuk lolos ke Olimpiada dan saya akan berusaha sebaik mungkin," kata Shin Tae-yong, terkait optimistis dirinya bisa mengggebuk Guinea pada Kamis (9/5/2024) mendatang.
Â
Advertisement
Spirit Khusus
Hal serupa juga telontar dari Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir. Mantan Presiden Inter Milan itu memberikan kode keras kalau para penggawa Garuda Muda siap 100 persen untuk bertarung di lapangan.
Guinea jelas bukan lawan yang enteng. Tim yang diotaki Kaba Diawara ini dijejali pemain yang malang-melintang di Eropa seperti Belgia, Jerman, Prancis, dan Yunani. Jika ditilik dari nilai pasar alias harga pemain, situs Transfermarkt menyebutkan skuad muda Guinea menembus 7,68 juta euro atau sekitar Rp133,4 miliar. Bandingkan dengan Garuda Muda yang jauh lebih kecil, 4,8 juta euro atau Rp83,43 miliar.
Dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola Guinea melesat cepat. Tak hanya di level junior, timnas senior mereka juga tak kalah mengilap dan mentereng. Ada empat pemain yang sudah bermain untuk timnas senior Guinea masuk daftar calon lawan Timnas Indonesia U-23. Mereka adalah Ilaix Moriba, Saidou Sow, Facinet Conte, dan Ibrahim Diakite.
Â
Pemain Berbahaya
Menariknya, meski masuk skuad tim senior, umur keempatnya masih di bawah 23 tahun. Oleh karena itulah, Kaba Diawara memanggil mereka ke Prancis jelang bentrok kontra Indonesia.
Moriba, 21 tahun, saat ini merumput bareng Getafe, Spanyol. La Liga menjadi santapan rutin sejak awal 2024. Gelandang petarung ini, menurut Transfermarkt, memilik harga pasar Rp52,14 miliar.
Sow bermain untuk Strasbourg, klub Prancis. Bek 21 tahun itu naik pangkat ke tim senior pada 2023 setelah mengalami perkembangan pesat di Strasbourg B. Mengingat kondisi genting demi bisa berpastisipasi di Olimpiade 2024, Sow juga mendapat panggilan negara.
Sementara itu, Conte, berusia 19 tahun, namun sudah promosi ke tim senior. Lumrah, karena dia sosok striker pembunuh di jantung pertahanan lawan. Sejauh ini ia sudah tampil 21 kali untuk timnas dan torehannya cukup mengerikan: enam gol dan tiga asis.
Melihat kemampuannya yang berada di atas rata-rata penyerang Guinea, klub Liga 2 Prancis, SC Bastia, rela merogoh kocek 800 ribu euro pada Juli 2023. Terakhir, siapa yang tak kenal Ibrahim Diakite?
Tukang jagal seharga Rp15.64 miliar ini beken di negaranya dan jadi inspirasi pemain-pemain muda di sana. Saat ini, Diakite wara-wiri di liga teratas Swiss bersama FC Stade Lausanne Ouchy.
Ada satu nama lagi yang tak kalah moncer, juga mehong. Dia adalah Aguibou Camara. Tukang serbu di lini tengah yang masih berusia 21 tahun ini disebut-sebut sebagai pemain termahal Guinea kala masih dibalut jersey Olympiakos Piraeus, Rp86,91 miliar.
Â
Advertisement
Garuda Tetap Oke
Bagaimana dengan Garuda Muda? Meski tak semahal pemain Guinea, beberapa anak asuh Shin Tae-yong juga berbanderol menggiurkan. Rizky Ridho misalnya, bek berdarah dingin kepunyaan Persija Jakarta ini kabarnya bernilai Rp6,95 miliar.
Ivar Jenner, playmaker Utrecht, yang kini jadi idola anyar di Indonesia, berdasarkan Transfermarkt bernilai Rp5,21 miliar. Boleh dibilang, laga Indonesia vs Guinea yang rencananya mentas di Clairefontaine, Paris, Prancis, Kamis (9/5), tak hanya soal deretan pemain muda mahal tapi juga pelatih.
Di kubu Guinea, Kaba Diawara bukan orang sembarangan. Di masa mudanya, Diawara ternyata pernah memperkuat dua tim beken Eropa, Arsenal dan Paris Saint-Germain (PSG).
Pria yang kini berusia 46 tahun itu juga pernah berkostum Bordeaux dan berperan besar membawa mereka ke posisi runner up Piala Liga Prancis 1996/1996 dan juara Liga Prancis 1998/1999. Tak lama setelah gantung sepatu, Kaba Diawara dipanggil pulang pada Oktober 2021 guna membesut Timnas Guinea U-23.
Adapun Shin Tae-yong cukup tenar di negaranya, Korea Selatan. Kelahiran 11 Oktober 1970 pernah dipercaya memimpin Koresel di Piala Dunia 2018. Meski tersingkir di fase grup, namun Shin Tae-yong sempat membuat rakyat Jermah geram dan senewen karena Korsel secara mengejutkan mengalahkan Die Mannschaft dia gol tanpa balas.
Shin Tae-yong bersiap mencetak sensasi baru dalam sejarah sepak bola Indonesia. Apa itu? Kalau sampai bisa meloloskan Indonesia ke Olimpiade 2024, ia pantas mendapat tempat spesial di hati rakyat Indonesia. Bisa jadi, ia bakal senasib dengan Guus Hiddink, yang mendapat gelar warga kehormatan dari pemerintah Korea Selatan setelah membawa Taeguk Warriors ke semifinal Piala Dunia 2002.