Bola.com, Kuala Lumpur - Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Hamidin Mohd Amin, mengungkapkan kendala yang dihadapi pihaknya dalam mencari pemain-pemain keturunan berkualitas seperti yang saat ini memperkuat Timnas Indonesia.
Belakangan ini, FAM memang dibanding-bandingkan dengan PSSI. Pasalnya, Induk Sepak Bola Indonesia itu bisa memperoleh banyak pemain keturunan ‘Grade A’ yang ikut mendongkrak prestasi Timnas Indonesia.
Baca Juga
Pengakuan Pelatih Filipina, Beruntung Bisa Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024 usai Mempermalukan Timnas Indonesia
Anak Baru di Timnas Indonesia Minta Maaf Gagal Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024: Ini Bukan Hasil yang Kami Inginkan
Saking Senangnya Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024 dengan Mengalahkan Timnas Indonesia, Kapten Filipina: Saya Nggak Bisa Berkata-kata!
Advertisement
Hamidin mengatakan, FAM memang tak bisa leluasa mencari pemain-pemain keturunan yang berkualitas untuk Timnas Malaysia. Setidaknya, ada sejumlah faktor yang menghambat kebijakan naturalisasi ini.
“Di tempat kita sekarang ini, seperti yang saya pahami dari tim senior sampai kelompok usia muda, kita akan mengambil pemain warisan dengan kualitas tinggi untuk mewakili tim nasional,” kata Hamidin dikutip dari Harimau Malaya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perbedaan dengan Indonesia
Hamidin menjelaskan, FAM tak bisa bergerak leluasa seperti Filipina dan Indonesia yang bisa dengan mudah mencari pemain keturunan. Pasalnya, dua negara ini memiliki banyak pilihan pesepak bola dengan darah campuran di Eropa.
Sementara itu, situasi yang dihadapi Malaysia berbeda. Dari segi pilihan, mereka sangat terbatas. Padahal, FAM juga telah menunjuk Christopher Raj sebagai penanggung jawab khusus untuk masalah ini.
“Namun ingat, kita tidak akan sama dengan Filipina atau Indonesia. Mereka punya banyak pemain warisan yang bisa mereka pilih, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sedangkan kita ini sangat-sangat terbatas,” ujarnya.
“Ada banyak pihak yang mengatakan bahwa FAM tidak mendorong hal ini, padahal banyak juga yang palsu. Karena, penasihat saya, Christopher Raj, yang memantau masalah ini, telah melihatnya,” tambahnya.
Advertisement
Dibandingkan dengan PSSI
Dalam sesi wawancara ini, Harimau Malaya memang mencoba membandingkan program naturalisasi FAM dengan PSSI yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum, Erick Thohir. FAM dinilai tak mengambil inisiatif untuk menghubungi pemain-pemain keturunan.
Menurut Hamidin, upaya ini sebetulnya sudah dilakukan. Namun, ketika pemain keturunan yang bersangkutan dihubungi, beberapa di antaranya tak menjawab. Dalam beberapa kasus, mereka ternyata tak memiliki darah keturunan Malaysia.
“Yang terbaru, kami menghubungi dia, tetapi dia tak menjawab. Kami akhirnya juga mengetahui bahwa dia tidak memiliki ibu atau ayah dari Malaysia. Jadi, banyak juga yang menipu,” ujar Hamidin.
“Jadi, siapa pun pemain warisan yang ada, asalkan dia punya kualitas yang bagus, ya kenapa tidak untuk kita ambil. Namun, kita tidak bisa mendapatkan yang sama seperti diperoleh Indonesia atau Filipina,” tambahnya.
Belum Tentu Sukses
Terlepas dari perdebatan ini, Hamidin memaklumi kebijakan yang dilakukan PSSI. Dia menyebut, program yang sukses diterapkan oleh PSSI belum tentu menghasilkan kesuksesan yang serupa di Malaysia.
“Mungkin cocok di Indonesia saat ini, tetapi belum tentu cocok di Malaysia. Jadi, kita lihat dahulu karena yang sukses di Indonesia belum tentu bisa diterapkan di Malaysia,” kata Hamidin.
Sumber: Harimau Malaya
Advertisement