Sukses


Bojan Hodak dan 7 Pelatih Asing di Liga Indonesia: Lahan Subur Ekspatriat Unjuk Bakat, Siapa Paling Melesat?

Bola.com, Kediri - Kompetisi sepak bola profesional Indonesia sudah berusia 29 tahun, tepatnya sejak penggabungan kompetisi Galatama dan Perserikatan pada 1994. Selama itu pula, puluhan atau mungkin sudah ratusan pelatih asing datang ke Nusantara untuk menguji ilmunya. Mereka terbang ke Indonesia dari berbagai belahan negara di bumi ini.

Namun dari jumlah itu, hanya dalam kalkulasi jari ekspatriat profesional yang sukses meraih gelar juara bersama tim yang ditanganinya di Indonesia.

Meski pada awal pentas profesional, klub-klub Indonesia akrab dengan masalah kemacetan finansial, ternyata negara ini tetap jadi lahan subur dan menantang bagi jurutaktik impor.

Seiring perkembangan jaman dan kemajuan ilmu sepak bola, tiap generasi pun muncul pelatih-pelatih berbakat hebat yang mewarnai sepak bola kita.

Bojan Hodak, yang baru saja memberi gelar juara untuk Persib Bandung, yang menjadi gelar ketiga Maung Bandung selama berkiprah di Liga Indonesia, merupakan salah satu talenta yang punya kualitas mentereng.

Dari data yang dirangkum Bola.com, tercatat hanya 10 arsitek asing yang berhasil mengangkat trofi juara sejak kompetisi kasta tertinggi bertitel Divisi Utama, ISL, hingga Liga 1 sekarang ini.

Namun, selain Bojan Hodak, ini adalah 7 pelatih asing terbaik di kompetisi sepak bola Indonesia. Siapa saja mereka? Yuk kita kupas kehebatan mereka.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 8 halaman

1. Henk Wullems

Meneer Belanda ini jadi pelatih asing pertama yang meraih gelar juara di era penyatuan kompetisi Perserikata dan Galatama dengan Divisi Utama sebagai level tertinggi saat itu.

Henk Wullems mengantar Bandung Raya jadi kampiun pada 1995. Keberhasilan ini memikat PSSI dan menunjuk Henk Wullems sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 1996-1998.

Sosok kelahiran Haarlem, Belanda, 21 Januari 1936 ini, pun mempersembahkan medali perak untuk Timnas Indonesia di Asian Games 1997. Prestasi ini membuat nama Henk Wullems sangat berkesan di hati pencinta sepak bola Nasional.  

Karier Henk pun terus melesat. Berikutnya PSM juga kepincut untuk memakai jasanya. Juku Eja, julukan PSM, pun diberinya gelar jawara pada musim 1999/2000.

Namun, kisah sukses pria yang tutup usia pada 15 Agustus 2020 ini tak bisa diulanginya saat membesut Arema (2003) dan Persegi Gianyar (2007-2008).

3 dari 8 halaman

2. Serghei Dubrovin

Pelatih asal Moldova ini memulai debutnya di Indonesia dengan membawa PKT Bontang sebagai finalis dan meraih posisi runner-up Divisi Utama 1999/2000.

Namun, bintang Serghei Dubrovin baru benar-benar bersinar kala membawa Petrokimia Putra merengkuh mahkota juara 2001/2002.

Seperti garis takdir Henk Wullems, pelatih pendiam dan lebih banyak menghabiskan waktunya tidur bila tak ada kesibukan melatih ini didaulat sebagai nakhoda Timnas Indonesia U-23.

Seperti putaran roda, Serghei Dubrovin tidak begitu sukses ketika menangani Persija (2004-2005), Manado Bersatu di LPI (2010-2011), dan Persidafon Dafonsoro (2011-2012).

Saat ini, di usia 72 tahun, Serghei Dubrovin sibuk mengelola klub Milsami Orhei di Divisi Nasional Moldova.

4 dari 8 halaman

3. Jacksen F. Tiago

 

Nah, ini dia! Figur ini paling sukses berkarier di sepak bola Indonesia, baik sebagai pemain maupun pelatih.

Jacksen F. Tiago adalah pencetak gol terbanyak dengan koleksi 26 butir, saat membawa Persebaya juara musim 1996/1997 di bawah asuhan almarhum pelatih Rusdy Bahalwan.

Setelah gantung sepatu dan alih profesi sebagai pelatih, Jacksen langsung menambah koleksi piala di almari Persebaya ketika menjuarai Divisi Utama 2004.

Meski namanya dibesarkan Persebaya, tetapi prestasi spektakuler diukir bersama Persipura dengan tiga kali juara di era ISL pada musim 2008, 2010, dan 2013.

Jadi total pria asal Brasil ini telah mengoleksi empat gelar juara selama kariernya sebagai pelatih. Prestasi ini masih belum dipecahkan pelatih lokal maupun asing di kompetisi Indonesia.

 
5 dari 8 halaman

4. Stefano Cugurra

 

Stefano Cugurra pertama kali mencicipi atmosfer sepak bola Indonesia sebagai pelatih fisik di Persebaya. Adalah Jacksen Tiago yang mengajak pria asal Brasil yang akrab disapa Teco ini.

Setelah benar-benar memahami karakter sepak bola Nusantara, Teco pun naik pangkat menjadi pelatih kepala.

Pria yang menurut Jacksen Tiago sebagai sosok cerdas, karena keluarga yang berlatar belakang akademisi ini mengukir prestasi tiga kali menjuarai Liga 1, masing-masing bersama Persija pada 2018 dan Bali United pada 2019 dan 2021.

6 dari 8 halaman

5. Rene Alberts

Meski jumlah koleksi gelar juara masih dikuasai pelatih asal Brasil, seperti Jacksen Tiago dan Stefano Cugurra, tetapi ada beberapa pelatih asal Eropa yang juga sukses di Indonesia.

Selain Henk Wullems dna Serghei Dubrovin, ada nama-nama lain, termasuk Robert Rene Alberts dari Belanda. Ia pernah sukses bersama Arema FC saat menjadi juara ISL 2010 dan runner-up Copa Indonesia pada tahun yang sama.

 
7 dari 8 halaman

6. Simon McMenemy

Pelatih kelahiran Aberdeen, Skotlandia, itu kali pertama dikenal oleh publik sepak bola Indonesia ketika menangani Timnas Filipina dan mengantarnya hingga semifinal Piala AFF 2010. The Azkals kalah dari Timnas Indonesia di babak empat besar.

Kemudian Simon McMenemy sempat menangani Mitra Kukar dan Bhayangkara FC. Bersama The Guardians, nama Simon makin berkibar karena berhasil menjadi juara Liga 1 2017.

Kesuksesan itu membuat Simon McMenemy kemudian dipercaya menjadi pelatih Timnas Indonesia pada awal 2019. Namun, Simon gagal memberikan prestasi bagi Tim Garuda dengan rentetan kekalahan beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

8 dari 8 halaman

7. Bernardo Tavares

Bernardo Tavares merupakan pelatih yang sukses bersama PSM Makassar. Pelatih asal Portugal itu mempersembahkan trofi juara Liga 1 2022/2023.

Bahkan pelatih yang satu ini bisa dibilang cukup struggle di PSM, baik hingga akhirnya menjadi juara Liga 1, atau kemudian merosot di musim 2023/2024.

Dengan segala macam permasalahan internal di PSM, Bernardo Tavares berusaha membawa PSM tetap mampu bersaing dan tetap bertahan di Liga 1.

 

Video Populer

Foto Populer