Sukses


Kisah Gelandang Timnas Palestina, Mohammed Rashid: Ditemukan Guru Penjas di Ramallah, 3 Tahun Warnai Sepak Bola Indonesia

Bola.com, Jakarta Tak terasa, Mohammed Rashid sudah hampir tiga tahun mewarnai sepak bola Indonesia. Gelandang bertahan Timnas Palestina itu mengawali kariernya bersama Persib Bandung pada 2021.

Hanya bertahan setahun, pemain berusia 28 tahun tersebut kemudian terbang ke Pulau Dewata guna menerima pinangan Bali United. Kelahiran 3 Juli 1995 juga tak lama mengenakan jersey kebesaran Serdadu Tridatu sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan petualangannya di kasta tertinggi Indonesia bareng Persebaya Surabaya jelang bergulirnya musim 2024/2025.

Di lapangan hijau, Mohammed Rashid merupakan sosok gelandang petarung pekerja keras dan tanpa kompromi. Mantan pilar Hilal Al-Quds, Shabab Al-Bireh, dan Al-Jeel siap berduel dengan permainan sekeras apa pun demi menjaga wilayahnya dari gempuran lawan.

Tapi, tak banyak yang tahu, ihwal perjalanan karier nan unik serta mimpi lain Mohammed Rashid.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Ditemukan Guru Penjas

Lewat kanal YouTube koleganya saat sama-sama di Persib, Marc Klok, Mohammed Rashid bicara banyak hal terkait profesi yang telah membesarkan namanya di kancah Internasional.

"Banyak yang memulai karier dengan bermain di jalanan. Dan aku suka siapa pun yang memiliki mimpi sejak kecil. Dan sejujurnya, sepak bola tidak ada di kepalaku awalnya. Aku hanya bersenang-senang dengan teman-teman. Pada saat itu aku mungkin berusia 13 atau 14 tahun," kata Mohammed Rashid.

Dari jalanan, bakat sepak bolanya ternyata terus berkembang.

"Guru pendidikan jasmani di sekolah menengah, dia yang benar-benar mengundangku ke satu akademi di Palestina, di kotaku, Ramallah," imbuh Mohammed Rashid.

3 dari 4 halaman

Merantau ke Amerika

Tak lama, memasuki usia remaja, Mohammed Rashid memutuskan merantau ke Amerika Serikat.

"Untuk kehidupan yang lebih baik. Itu hanya untuk belajar karena itulah yang selalu aku pikirkan. Di Palestina, kami benar-benar tidak bisa melihat masa depan," ujar Mohammed Rashid.

"Sejujurnya tidak ada dalam rencanaku untuk bermain sepak bola. Terutama ketika aku sampai ke perguruan tinggi. Aku ditawarkan suatu pekerjaan saat itu," kata Mohammed Rashid.

4 dari 4 halaman

Timnas Palestina U-23

Lantas, kapan mulai jatuh hati ke dunia balbalan? "Kemudian entah dari mana Timnas Palestina U-23 memanggilku untuk Kualifikasi Asian Cup 2017. Aku pikir inilah yang mengubah seluruh hidupku," katanya.

Mohammed Rashid juga blak-blakan soal mimpinya terhadap bakat-bakat muda yang ada di kampung halamannya.

"Apa yang aku jalani di Palestina, salah satu mimpi terbesarku adalah mencoba dan mendapatkan bakat potensial keluar dari Palestina. Banyak orang, banyak pemain sebenarnya tidak memiliki kesempatan di sana. Aku pikir itu salah satu yang paling menyedihkan untuk dilihat," ujar Mohammed Rashid.

Meski sulit, Mohammed Rashid tak akan menyerah begitu saja. "Aku akan berusaha sebanyak mungkin untuk memberi mereka kesempatan untuk tumbuh ke dunia sepak bola di luar Palestina," pungkasnya.

Video Populer

Foto Populer