Bola.com, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) masih terus memburu pemain-pemain keturunan Grade A via program naturalisasi.
Kehadiran pemain-pemain tersebut diharapkan bisa semakin mendongkrak performa Timnas Indonesia, terlebih jelang putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang rencananya akan dimulai pada 5 September mendatang.
Baca Juga
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
3 Penyebab Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024: Tidak Ada Gol dari Pemain Depan!
Advertisement
Sebanyak 18 negara, termasuk Timnas Indonesia akan bertarung habis-habisan guna menjaga asa melangkah ke fase selanjutnya.
Masing-masing kontestan juga tengah mempersiapkan diri sebaik mungkin, terlebih tim-tim unggulan seperti Korea Selatan, Australia, Qatar, Arab Saudi, Irak, serta Jepang.
Berkaca dari laga-laga sebelumnya, Timnas Indonesia masih menyisahkan banyak pekerjaan rumah (PR) yang tak ringan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
PR Lini Serang
Lini serang merupakan salah satu PR yang harus dituntaskan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Saat kontra Irak dan Filipina di fase Grup F, empat tombak yang diturunkan Shin Tae-yong yakni Marselino Ferdinan, Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, dan Dimas Drajad sama sekali tak mampu mencetak sebiji gol pun.
Kalah 0-2 dari Irak, Indonesia menjadikan Filipina sebagai pelampiasan dengan kemenangan dua gol tanpa balas.
Dwigol Skuad Garuda justru dicetak oleh sabetan kaki kanan gelandang Thom Haye dari luar kotak penalti serta tandukan bek Rizky Ridho yang memaksimalkan tendangan bebas Nathan Tjoe-A-On.
Lantas, siapa gerangan striker anyar bidikan PSSI? Sejauh ini PSSI memang belum menyatakan secara resmi terkait pemain naturalisasi yang akan mereka incar.
Advertisement
Sosok Mauro Zijlstra
Hanya saja, Mauro Zijlstra, seorang bomber berbakat dan haus gol yang saat ini bermain untuk FC Volendam U-21, Belanda, siap merapat jika memang dibutuhkan.
Masih berusia 19 tahun dan memiliki tinggi hampir dua meter, Mauro Zijlstra sosok striker murni haus gol. Musim lalu, dalam 13 pertandingan di level U-21, pemain keturunan Indonesia itu sukses mengepak sembilan gol dan satu assist.
Lewat kanal YouTube Yussa Nugraha, Mauro Zijlstra memberikan sinyal positif untuk segera diprospek.
“Saya memiliki statistik yang bagus dan saya yakin bisa bermain di Timnas Indonesia jika PSSI mengundang saya,” ujarnya.
Jika PSSI menaturalisasi Mauro Zijlstra, maka talenta muda itu akan menambah panjang daftar striker Timnas Indonesia via program naturalisasi.
Berikut beberapa di antaranya dan seberapa hebat mereka di masanya bersama Timnas Indonesia?
Cristian Gonzales
Tanggal 3 November 2010 merupakan momen spesial yang tak akan pernah dilupakan Cristian Gonzales. Saat itulah ia resmi mengantongi KTP Indonesia setelah didaulat menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Dengan demikian, sah pulahlah dia memperkuat Timnas Indonesia lewat naturalisasi.
Di masanya, Cristian Gonzáles striker super tokcer. Sepanjang kariernya di blantika sepak bola nasional, pemain yang pernah memperkuat PSM Makassar, Persik Kediri, Arema Cronus, dan Persib Bandung ini tercatat sedikitnya empat kali menjadi top score Liga Indonesia.
Bersama Timnas Indonesia, El Loco hadir dalam 32 laga dengan torehan 13 gol. Sebuah torehan yang cukup bagus, mengingat saat bergabung ke timnas pemain asal Uruguay ini sudah berusia 34 tahun.
Advertisement
Osas Saha
Tak seperti Cristian Gonzales yang melegenda, kehadiran Osas Saha di Timnas Indonesia boleh dibilang hanya sekadar numpang lewat.
Soalnya, sejak resmi menjadi WNI pada 2018, perantau asal Nigeria itu hanya tampil dalam dua laga bersama Timnas Indonesia dan semuanya berakhir getir, kalah 0-3 dari Thailand lalu dihajar Malaysia dua gol tanpa balas.
Sergio van Dijk
Gatot, alias gagal total, demikianlah akhir drama Sergio van Dijk bersama Timnas Indonesia. Tombak berwajah lugu itu tak mampu memenuhi ekspektasi PSSI dan pecinta setia Timnas Indonesia sejak dirinya resmi menjadi WNI pada 2013.
Gelontoran gol yang diharapkan lahir dari kedua kaki dan tandukan kepalanya tak jua tersaji. Hingga 2014 masa baktinya di timnas, striker berdarah Belanda tersebut hanya mampu menyumbang sebiji gol dari enam laga yang dipercayakan kepadanya.
Advertisement
Ilija Spasojevic
Walaupun sudah uzur, 36 tahun, Ilija Spasojevic belumlah habis. Musim lalu, bomber kelahiran Montenegro 11 September 1987 itu masih jadi andalan Bali United dan membawa Serdadu Tridatu ke semifinal Championship Series BRI Liga 1 2023/2024.
Sebelum kembali ke Pulau Dewata pada 2018, Spaso pernah memperkuat sejumlah klub papa atas Indonesia dan keganasannya di jantung pertahanan lawan membawanya naik level ke Timnas Indonesia.
Setelah dinaturalisasi, Spaso bermain bersama timnas dari 2017 sampai 2023. Selama itu, ia hanya mengantongi tujuh caps dengan tuaian empat gol.
Beto Goncalves
Striker PSBS Biak ini dijuluki tua-tua keladi. Meski sudah 43 tahun, Beto belum mau menepi. Ia masih tegak berdiri memburu gol.
Sukses PSBS Biak promosi ke kasta tertinggi Indonesia musim 2024/2025 tak lepas dari eks mesin gol Persipura Jayapura itu.
Di Timnas Indonesia, Beto juga meninggalkan sepenggal kisah menarik. Resmi jadi WNI pada 6 Februari 2018, legiun Brasil itu setidaknya sudah tampil dalam 12 laga dengan torehan 10 gol. Pencapaian yang layak diacungi jempol, karena Beto bermain untuk timnas hingga 2019.
Advertisement