Sukses


Football Institute Rilis Pelanggaran Disiplin BRI Liga 1 Musim Lalu: Persija Paling Sering Disanksi, Disusul Persib

Bola.com, Jakarta Football Institue merilis pelanggaran disiplin terhadap BRI Liga 1, Liga 2, dan Elite Pro Academy (EPA) 2023/2024, termasuk yang dilakukan pemain, tim, suporter, ofisial, hingga panitia pelaksana (panpel) pertandingan.

Dalam analisisnya yang bertitel "Menguji Kualitas Kompetisi Liga Indonesia Melalui Penegajan Disiplin Kompetisi Musim 2023/2024 dengan Riset Berbasis Pelanggaran Disiplin dan Hasil Putusan Sidang Komisi Disiplin", Football Institute memaparkan temuannya.

Founder Football Institute, Budi Setiawan, baru menggelar diskusi bersama anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, Pemimpin Redaksi Bola.com, Erwin Fitriansyah, pengamat Effendi Gazali, mantan Ketua The Jakmania, Ferry Indrasjarief, di Barito Mansion, Jakarta Selatan, Selasa (9/7/2024).

Metodologi yang dipakai adalah putusan Komite Disiplin (Komdis) untuk BRI Liga 1, Liga 2, EPA, putusan kasus pungli wasit, dan data kartu kuning dan kartu merah dari tiga kompetisi tersebut.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Persija Pertama, Persib Kedua

Periode riset untuk ketiga kompetisi tersebut digelar pada 1 Juli 2023 sampai 29 Mei 2024.

Dalam peringkat klub yang sering melakukan pelanggaran berdasarkan putusan Komdis PSSI, Persija bercokol di ranking pertama dengan total 23 pelanggaran.

Sebanyak 23 pelanggaran Persija itu meliputi 13 yang dilakukan suporter, empat pemain, tiga ofisial, dua panpel, dan satu tim.

Persib menyusul di posisi kedua dengan 19 pelanggaran dengan rincian sepuluh berasal dari suporter, tujuh pemain, satu ofisial, dan satu panpel.

"Susah membantah data. Tapi, ini fakta-fakta yang sebenarnya. Ini masukan yang penting untuk kami. Paling tidak Football Institute memeberikan data dan pelanggaran semusim terakhir," ujar Arya menanggapi analisis tersebut.

3 dari 4 halaman

Kurang Lengkap Tanpa Komdis PSSI dan PT LIB

Sementara itu, Erwin Fitriansyah merasa kurang lengkap karena diskusi Football Institute tidak menghadiri perwakilan dari Komdis PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB). Namun, ia tetap mengapresiasinya.

"Kurang lengkap tanpa adanya Komdis PSSI dan PT LIB. Temuan ini bisa sampai ke beliau-beliau. Penelitian ini berdaging semua. Kalau membantah, harus membuat penelitian tandingan," ucap Erwin.

Persija juga menjadi klub yang paling sering dihukum karena pelanggaran yang dilakukan suporternya. Data ini membuktikan bahwa sanksi denda tidak memberikan efek jera.

4 dari 4 halaman

Denda Tidak Efektif?

Setelah suporter Persija dan Persib, Persebaya Surabaya menjadi tim tersering ketiga yang didenda lantaran pendukungnya sebanyak delapan kali, diikuti PSS Sleman enam kali, dan PSIS Semarang, Bali United, dan PSM Makassar empat kali.

"Jika denda tidak membuat jera, bagaimana dengan pengurangan poin? Mungkin lebih berat. Semua klub kebereatan karena apa, takutnya ketika masa kritis di ambang juara dan degradasi, tiba-tiba ada penyusup," imbuh Arya.

"Klub-klub lebih kawatir dengan hukuman pengurangan poin ketimbang denda. Tapi kalau denda pengurangan poin, klub dan suporter pasti hati-hati," ungkap Arya.

"Hukuman denda tidak efektif karena terulang terus. Alasan yang disampaikan Bang Arya masuk akal tapi tetap harus ada solusinya. Klub-klub mencari uang tidak gampang. Hukuman denda, tapi harus ada sanksi lain yang lebih efektif. pengurangan poin masuk akal. Suporter pasti lebih berpikir," timpal Erwin.

Video Populer

Foto Populer