Bola.com, Jakarta - Usia yang terus bertambah tak membuat seorang Leonard Tupamahu berhenti menggeluti sepak bola.
Di usianya yang kini mencapai 41 tahun, Leo-sapaan akrabnya masih tetap tegak berdiri di jantung pertahanan PSS Sleman. Usia hanya angka, dan Leo masih ingin berkarya.
Baca Juga
Kabar Terkini Mengenai Wasit yang Akan Memimpin Laga Timnas Indonesia Melawan Jepang dan Arab Saudi
Persib Disindir Bobotoh dengan Sebutan Badut Asia, Bojan Hodak: Kami Memang Tak Cukup Kuat di Liga Champions
Kedubes RI di Denmark Jalin Koordinasi untuk Jalani Sumpah WNI Kevin Diks: Tunggu Kabar PSSI
Advertisement
Leo tak hanya dikenal sebagai pesepak bola yang telah lama berkiprah di kancah sepak bola nasional, tershitung sejak 2002.
Tak banyak yang tahu, terlebih generasi sekarang kalau kelahiran Jakarta, 9 Juli 1983, sempat berkecimpung di futsal, tepatnya saat jeda kompetisi pada 2004.
Dari futsal, Leo banyak mendapat ilmu yang bisa diterapkan ke sepak bola. "Kita diajari bagaimana cara bertahan sama-sama secara tim," kata Leonard Tupamahu mengawali kisahnya yang panjang via kanal YouTube Bicara Bola belum lama ini.
"Seperti sepak bola yang kadang-kadang pemain depan enggak ikut bertahan. Di futsal semua pemain ikut bertahan, semua pemain juga ikut menyerang," tambahnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Karier Panjang Leo
Bagi pecinta sepak bola saat ini, nama Leo mungkin terasa kurang familiar. Namun, bagi remaja-remaja awal 2000-an Leo merupakan salah satu wajah yang kerap hadir di layar televisi pertandingan sepak bola, koran, dan tabloid-tabloid olahraga.
Leo mengawali kariernya di sepak bola saat dipinang Persija Jakarta pada 2002. Dari Persija, kariernya terus berlanjut ke sejumlah klub seperti Persikabo, Arema Cronus, Persema Malang, Pelita Bandung Raya, Persiram Raja Ampat, Borneo FC, Bali United, dan sejak 2023 memperkuat PSS Sleman.
Dari sekian banyak klub yang pernah memakai jasanya, Leo kadung identik dengan Persija. Maklum, setelah waktu yang singkat pada 2002, ia kembali bergabung ke kandang Macan Kemayoran pada 2004 dan bertahan hingga 2009.
Selain di klub, Leo juga pernah memperkuat Timnas Indonsesia U-23, dari 2004 sampai 2006. Sayang, di timnas kariernya tak seawet di klub.
Advertisement
Pernah Main Striker
Saat di timnas, di ajang SEA Games 2005, Leo punya kisah menarik yang menggelitik. Ini terkait posisinya yang mendadak berubah menjadi striker.
"Dalam beberapa kali TC, Leo sudah dicoba bermain di beberapa posisi. Seperti main di bek kanan, gelandang bertahan, terus bek tengah," Leo berkisah.
"Lalu pas dua uji coba terakhir di Bandung, pelatih Peter Withe memainkan saya jadi striker. Waktu dia bilang, ya sudah Leo menyesuaikan saja yang penting ada kesempatan untuk bermain."
"Karena saat SEA Games saat itu ada beberapa bek macam Ricardo Salampessy, Ledi Utomo, Maman Abdurrahman," katanya mengenang.
Sosok Petarung
Leo sosok petarung lapangan hijau yang tampil sepenuh hati. Ia bahkan sampai beberapa kali menahan sakit karena wajahnya berlumuran darah.
"Kalau berdarah sudah berapa kali. Waktu main di Borneo pernah. Di Bali United juga pernah, waktu kita away. Baru dua menit bermain, sata kena sikut," kata Leo sembari menanmbahkan bahwa cedera merupakan risiko profesi.
"Saya harus ke luar dan dibawa ke rumah sakit untuk dijahit. Waktu 2007 juga pernah cedera waktu Persija lawan Persik Kediri, cedera lutut parah pertama kenanya sama Ronald Fagundez."
"Jadi kalau ditanya dendam atau tidak, saya pikir tidaklah. Ini risko pekerjaan," ujar Leo.
Advertisement