Bola.com, Jakarta Kebijakan PSSI untuk terus memburu pemain naturalisasi kembali berbuah manis. Terkini, Jens Raven, sukses mengantarkan Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF U-19 2024.
Ya! Gol semata wayang Jens Raven pada menit ke-18 ke gawang Thailand di partai final, Senin (29/7/2024) tak hanya membuat Garuda Muda menyudahi penantian panjang selama 11 tahun tak pernah lagi juara tapi sekaligus membuktikan kebangkitan sepak bola Indonesia dalam dua tahun terakhir.
Advertisement
Sebelumnya, di ajang yang sama, Indonesia mengukuhkan diri sebagai kampiun Piala AFF U-19 2013. Kini, sejarah kembali terulang.
Pencapaian Jens Raven dan kawan-kawan menambah panjang torehan spektakuler timnas setelah sebelumnya juga berhasil lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023, semifinal Piala Asia U-23 2024, dan melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Eksistensi pemain-pemain diaspora, termasuk Jens Raven tak terbantahkan telah membawa dampak signifikan bagi Timnas Indonesia di pentas Internasional.
Sukses ini membuat banyak pihak berkomentar positif, termasuk dari salah satu veteran Liga Indonesia asal Kamerun yang sejak Juli 2017 resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), Herman Dzumafo.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Manfaat Pemain Diaspora
Dalam kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali baru-baru ini, Dzumafo Herman menyatakan pemain-pemain lokal bisa "mencuri" ilmu dari pemain diaspora yang ada di timnas.
"Sekarang di timnas banyak pemain keturunan. Jadi pemain lokal yang ada di timnas seharusnya dia lihat cara hidupnya seperti apa. Itu sangat membantu," kata Dzumafo.
"Saya mau semua elemen mendukung PSSI karena apa yang mereka lakukan itu luar biasa. Nggak gampang membawa orang, walaupun keturunan menggantikan paspor. Karena paspor Eropa. Kita tahulah paspor Eropa sama paspor Indonesia. Mereka sangat mengorbankan itu demi Indonesia. Jadi kita harus dukung."
Advertisement
Persela
Oh ya, meski kini sudah berusia 44 tahun, Dzumafo Herman belum mau berhenti menendang bola. Sejak 2023, legenda yang identik dengan PSPS Pekanbaru ini memilih memperkuat Persela Lamongan.
"Saya tahu, aku akan berhenti dari sepak bola atau gantung sepatu. Tapi untuk saat ini belum. Saya sudah memikirkannya tapi itu bukan halangan untuk berhenti sekarang. Masih ingin bermain dan masih kuat," kata Dzumafo yang pernah juga memperkuat Arema Indonesia, Persib Bandung, Mitra Kukar, Dewa United, dan Bhayangkara.
Mau Jadi Pelatih?
Setelah gantung sepatu nanti, Dzumafo Herman tertarik meneruskan karier sebagai pelatih. Selain pelatih, top score Divisi Utama Liga Indonesia 2008/2009 dengan torehan 17 gol ingin juga membangun akademi sepak bola.
"Menurut saya, generasi yang ada saat ini harus kita bina sebaik mungkin biar ke depannya sepak bola Indonesia lebih top lagi".
Kenyang pengalaman di kompetisi Indonesia sejak 2007, Dzumafo Herman menyimpulkan ada beberapa hal yang harus dibenahi.
"Mental, cara berfikir, dan edukasi diri sendiri serta edukasi orang lain. Waktu saya kecil, saya suka melihat pemain hebat. Apa yang dia lakukan supaya saya bisa seperti itu. Dari dia saya ambil yang positif. Yang negatif saya buang".
Â
Advertisement