Sukses


Cerita Patrich Wanggai Lebih Memilih Kuliah daripada Main Bola

Bola.com, Jakarta - Dulu, semua remaja di Indonesia ingin seperti Patrich Wanggai. Terkenal, sering masuk televisi, dan jadi buah bibir di seantero Tanah Air.

Patrich Wanggai memang layak dijadikan idola, juga panutan. Aksinya di lapangan hijau, baik kala memperkuat klub terlebih saat membela Timnas Indonesia sungguh memesona.

Di lapangan hijau, Patrich Wanggai sosok striker cemerlang dengan talenta yang sangat luar biasa. Ia memiliki semua syarat untuk menjadi monster di lini serang dan ia telah membuktikannya dalam banyak laga.

Tak heran kalau anak Papua kelahiran Nabire, 27 Juni 1988, merupakan salah satu pemain muda berbakat di masanya. Jika saja waktu bisa ditarik mundur dan Shin Tae-yong hadir di sana, bisa dipastikan juru taktik Korea Selatan itu akan menjadikan Patrich Wanggai sebagai pemain kesayangannya.

Entah sudah berapa klub yang pernah dibelanya. Yang pasti banyak dan beberapa di antaranya adalah Perseman Manokwari, Persipura Jayapura, Sriwija FC, Persib Bandung, dan Persebaya Surabaya.

Yang paling fenomenal dan yang paling dikenang sepanjang masa ketika ia ikut membawa Indonesia melaju final SEA Games 2011. Sayang, di partai puncak Indonesia kalah dari musuh bebuyutan, Malaysia.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Disuruh Pilih Kuliah atau Sepak Bola

Di tengah maraknya pemain-pemain muda saat ini, termasuk pemain naturalisasi yang menyerbu Timnas Indonesia, Patrich Wanggai muncul kembali dan membawa pecinta Timnas Indonesia ke masa-masa kejayaannya.

Lewat kanal YouTube Sport77 Official, legenda yang kini berusia 36 tahun itu berbagi kisah. Termasuk ketika ia nyaris tak mendapat restu jadi pesepakbola profesional dari orang tua karena harus mengutamakan kuliah.

"Saya dulu bermain Persewon Wondama di Liga 3. Itu kan dulu zona Papua. Kebetulan saya ikut sepak bola pra PON. Pelatih nanya, 'kamu mau kuliah atau ikut PON?' Saya bilang, saya bisa dua-duanya coach. Harus pilih satu. Ya sudah saya ikut kuliah saja. Saya keluar. Dulu kan orang tua harus kuliah. Itu tahun 2007. Akhirnya saya pilih kuliah," kata Patrich Wanggai.

"Tapi saya bilang sama pelatih, kita nanti ketemu di PON. Pas PON, pelatihnya diganti. Yang pegang Paul Cumming. Begitu saya masuk, saya langsung jadi kapten PON Papua Barat," ujar Patrich Wanggai sembari menambahkan kalau Paul Cumming asal Inggris, adalah pelatihnya di Persewon Wondama.

 

3 dari 4 halaman

Puji Paul Cumming

Paul Cumming meninggalkan banyak kenangan bagi Patrich Wanggai, khususnya kala ia mulai menapaki karier.

"Dia orang tua yang top. Hujan gerimis saja kita nggak latihan. Dia juga nggak suka kita lari di tempat yang keras".

"Dia juga takut naik pesawat. Pernah Perseman main ke Manado, kita naik kapal laut. Pemanasan di kapal".

Sekadar informasi, Paul Cumming merupakan pelatih bertangan dingin yang identik dengan sepak bola Papua. Pada 1983, ia membawa Perseman Manokwari juara Divisi 1.

Tiga tahun berselang, Paul Cumming mengantarkan Perseman sampai ke final Perserikatan 1986, bersua tim kuat Persib Bandung. Perseman harus puas sebagai runner-up setelah kalah 0-1.

Di hari tuanya, Paul Cumming memilih menetap di Malang, Jawa Timur, dan berpulang pada September 2023 di usia sepuh, 76 tahun.

 

4 dari 4 halaman

Diskor Dua Tahun

Kembali ke Patrich Wanggai, siapa nyana ia ternyata pernah diskor selama dua tahun buntut dari keributan di PON saat melawan DKI Jakarta.

"Saya bikin kasus. Itu sebenarnya saya tidak pukul. Saya hanya kejar wasit. Itu saya punya pengurus yang pukul. Baru saya tarik lagi. Wah, ribut. Saya diskor dua tahun nggak bisa main di liga".

"Terus saya pulang ke Manokwari. Pelatih Perseman Manokwari saat itu Syafrudin Fabanyo. dia bilang, daripada tinggal di rumah ya sudah ikut saja latihan. Saya baru bisa main di putaran kedua di tahun kedua".

Tim Papua lainnya yang pernah diperkuat Patrich Wanggai sebelum mengembara ke daerah lain adalah Persidafon Dafonsoro dan Persipura Jayapura.

Kehadirannya di blantika sepak bola dalam negeri serta Timnas Indonesia menambah panjang daftar talenta-talenta hebat asal Bumi Cenderawasih.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer