Sukses


Bayu Gatra Jujur Timnas Indonesia Sekarang Beda Banget: Dulu Kasihan, Grasroot Parah, Tolong Jangan Kayak Saya

Bola.com, Jakarta Bagi Bayu Gatra, membangun Timnas Indonesia yang kuat tak jauh berbeda seperti membangun rumah. Kalau fondasinya kuat, timnas pasti kukuh.

Di dalam lapangan, semua orang tahu kalau Bayu Gatra sosok penyerang mumpuni. Tak heran kalau Madura United, klub yang dibelanya sejak 2021 mengganjarnya dengan perpanjangan kontrak.

Tapi, siapa nyana, pemain yang juga pernah berseragam Persekap Pasuruan, Putra Samarinda, PSM Makassar, dan Bali United ini juga lincah dan lihai berkata-kata di luar lapangan.

Itu dia tunjukkan saat menjadi tamu di kanak YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali belum lama ini. Banyak hal yang ia tuturkan, termasuk ihwal fondasi Timnas Indonesia.

Menurut pria tampan berusia 32 tahun, banyak faktor yang kudu dibenahi jika Indonesia punya timnas yang sangar dan kuat.

"Fondasi di bawah kan harus dikuatin. Kayak kita bangun rumah, kalau di bawahnya hancur, meski di atasnya megah, kan ambruk juga," kata Bayu Gatra, sedikit berfilosofi.

"Tapi kalau fondasinya sudah kuat, di tengahnya kuat, di atasnya meski pun mau direnovasi bagaimana pun pasti indah," imbuhnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Jangan Kayak Saya

Fondasi yang dimaksud Bayu Gatra adalah penerapan bermain sepak bola yang benar mulai di level usia dini seperti passing, kontrol bola, serta pelatih-pelatih berkulitas.

"Tugas pelatih yang di grassroot-grassroot harus ditekankan lebih jeli. Jangan kek zaman saya dulu, punya pelatih nggak bisa nendang bola, nggak tahu bagaimana cara menendang bola, posisi berapa, terus kalau kalah bola pakai formasi berapa. Itu nggak diterangkan".

"Saya pribadi tak mau menyalahkan pemain. Soalnya grassroot kita parah. Kenapa saya di rumah ngadaian SSB mulai tahun 2018 gara-gara itu. Saya ingin sepak bola ke depan bisa menciptakan generasi berikutnya yang passing bagus, kontrol bagus. Jangan kayak sayalah," katanya.

3 dari 4 halaman

Dulu Terpuruk

Lantas, apa beda timnas di eranya dengan timnas sekarang?

"Kalau kita kan, support dari pemerintah sangat minim banget. Kita sampai pernah, yang ngasih bonus kita coach Rahmad Darmawan. Itu 2013 SEA Games. Makanya kita, sangat terpuruklah timnas waktu itu. Enggak punya uang. Kalau sekarang kan didukung penuh  pemerintah," katanya.

Masih terkait timnas era now, khususnya peluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026, Bayu Gatra ikut angkat suara. Indonesia yang berada di Grup C akan memulai laga melawan Arab Saudi pada 5 September mendatang.

"Sekarang sepak bola kan sudah berubah. Media sosial di mana-mana. Video analis pun sudah kita pelajari. Kalau zaman saya kan nggak ada. Sekarang kekuatan lawan sudah bisa diprediksi. Jadi siapa yang lengah, walau tim kuat, bisa juga kalah".

"Jadi, menurut saya, harapan atau peluang Indonesia sih besar atau fifty-fifty. Termasuk mau lawan Jepang. Intinya kita harus tetap fokus, kerja keras, dan jangan cepat puas".

4 dari 4 halaman

Pro Kontra Pemain Diaspora

Soal banyaknya pemain diaspora?

"Ada pro dan kontra juga. Ini kaca besar saya, kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang diterapkan oleh PSSI. Minusnya, kesempatan pemain lokal kita juga bertambah berkurang. Tapi ya kita juga harus belajar dan menyerupai permainan pemain-pemain naturalisasi," kata Bayu.

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer