Bola.com, Malang - Arema FC banyak dapat pujian di Piala Presiden 2024. Mereka membuat kejutan dengan menekuk beberapa tim unggulan hingga menembus laga final.
Tim-tim seperti Bali United, Madura United hingga Persis Solo keok di tangan Arema FC. Rekrutan baru tim Singo Edan juga tergolong sukses memberikan kontribusi besar.
Baca Juga
Advertisement
Lucas Frigeri, Wiliam Marcilio, hingga Salim Tuharea tampil apik. Belum lagi pemain lama seperti Charles Lokolingoy, Achmad Maulana dan lainnya.
Namun, di luar itu ada juga peran dari bos lama Arema yang kini sering muncul di bench pemain. Yakni Iwan Budianto yang kembali menjabat sebagai CEO Arema. Pria yang akrab disapa IB itu sebenarnya sering terlihat mendampingi Singo Edan sejak pengujung BRI Liga 1 musim lalu.
Apa yang membuat sang bos turun tangan lagi? Karena IB sempat mundur dari Arema 2019 silam. Waktu itu, dia fokus sebagai wakil ketua umum PSSI. Ternyata, ada satu hal yang membuatnya kembali intensif mendampingi Singo Edan.
“Yang lebih utama, saya sampaikan. Saya kehilangan sekali Ruddy Widodo selaku mantan GM Arema FC. Satu tahun kemarin Arema seperti tidak punya induk. Tahun ini, saya coba meluangkan banyak waktu," katanya dalam podcast di youtube Tommy Desky.
Seminggu penuh kemarin di Bali dampingi tim. Sekarang di Solo. Saya mau mengembalikan suasana kekeluargaan di dalam tim,” lanjut Iwan Budianto.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Enggak Punya Induk
Dulu, IB mempercayakan sosok Ruddy Widodo yang bisa membangun kekeluargaan dalam tim. Namun, mantan GM Arema itu sakit sejak 2022 lalu. Sehingga Arema masih berupaya mencari sosok yang bisa membuat tim lebih kompak.
“Satu tahun kemarin Arema seperti enggak punya induk. Kalau dulu, ada Aremania yang hari harinya memberi motivasi luar biasa."
"Jadi, sekarang kami mau bentuk kekompakan tim yang bener-bener bagus. Supaya saat ada kesempatan main lagi di Stadion Kanjuruhan atau sekitar Kota Malang, timnya tidak malu-maluin suporter,” tegas Iwan Budianto.
Advertisement
Analisis Tim
Selain mendampingi tim, Iwan Budianto ternyata juga melakukan analisis sendiri. Tentunya dari kacamata manajemen. Persoalan kekompakan tim sudah diketahuinya sejak musim lalu. Terutama saat Tragedi Kanjuruhan. Dimana mental pemain terganggu.
Sejak itu, IB melihat Arema harus dilatih sosok yang juga bisa jadi bapak bagi pemain. Setidaknya, pelatih itu menguasai ilmu psikolog. Itu dilakukan sejak musim lalu. Mereka mendatangkan pelatih asal Portugal, Fernando Valente yang punya sertifikasi tentang psikolog atau mengangkat mental pemain.
Namun, waktu itu gagal dari segi prestasi tim. “Penyakit klub ini bukan hanya dari sisi teknis. Tapi traumatik yang tidak mudah untuk diatasi. Jadi, pelatih yang dicari punya latar belakang psikolong dengan usia matang,” tegasnya.
Era Baru Arema
Kini, Joel Cornelli sementara berhasil membangkitkan Singo Edan. Pelatih asal Brasil itu juga punya kedekatan dengan pemain. Dia termasuk bisa beradaptasi dengan tradisi yang ada di Arema.
“Di Brasil, jika ada pertandingan malam, pagi hari mereka tidak ada aktivitas. Tapi di Arema tidak begitu. Pagi ada latihan ringan seperti senam. Tapi di situ membuat pemain bisa ngobrol informal. Saling memberi informasi harus melakukan apa ketika menghadap lawan,” jelasnya.
Sebuah obrolan informal tersebut membuahkan hasil ketika semifinal Piala Presiden. Dimana gelandang Arema, M. Rafli memberikan informasi kepada striker Charles Lokolingoy. Mereka membahas informasi tentang kiper Persis, M. Riyandi yang punya ketegangan ketika mendapat bola backpass dari rekannya.
Rafli mengetahui informasi tersebut karena pernah sama-sama di Timnas Indonesia. Dan Lokolingoy mencoba melakukan pressing ketika Riyandi mendapatkan bola backpass. Hasilnya, Lokolingoy bisa mencuri bola dari kaki Riyandi dan mencetak gol pertama.
Advertisement